24. Harga Mati

89.4K 6.6K 310
                                    

Komen dong kalian🙃 Suka gak sih sama cerita yang aku buat?

****

"HARGA MATI ITU KAMI!" -Darz

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"HARGA MATI ITU KAMI!" -Darz

***

Tentang waktu yang di telan masa dengan cerita yang harus dilupakan, dengan bersama banyak kenangan itu ternyata membuat rindu menggebu dalam diri manusia yang tahu apa arti sebuah pertemanan, arti perjuangan, arti saudara yang benar-benar kental dalam jiwa mereka.

Tulisan besar hitam yang tegaris asal di dinding usang itu ternyata masih menunggu lama untuk di baca lagi.

'Dargez besar dari masa ke masa!'

Mata gelap obsidian itu menatap deretan kalimat yang membuat dadanya bedebar hebat, darahnya berdesir setelah ia menemukan tulisan ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata gelap obsidian itu menatap deretan kalimat yang membuat dadanya bedebar hebat, darahnya berdesir setelah ia menemukan tulisan ini. Matanya menelisik ke segala penjuru ruangan, jiwanya merasa di angkat untuk bangkit lebih tinggi lagi. Dan Kanagara bermata elang itu benar-benar merasa jiwanya sedang diikat sebuah cerita, bagaimana gudang ini sudah menjadi saksi bisu sebuah peristiwa tahun lalu yang cukup melegenda dalam cerita semesta dan penghuni Padja Utama.

Rangkulan di bahunya membuat Raksa tersadar. Arza menatap tulisan itu dengan pandangan nanar. "Masa itu sedang mengajak kita untuk kembali." Ujar Arza pelan.

Gibran meletakan sebuah tongkat baseball di tangannya dengan asal, lalu menoleh sejenak ke arah Kenzo dan Banu yang saat ini sudah duduk nyaman di atas meja usang, keduanya tampak kelelahan karena sudah berhasil mendorong lemari lama yang menutupi tulisan pilox tadi.

"Cepet banget waktu, perasaan gua baru kemarin di suruh tawaf pas MOS sama lo semua." Saut Gibran terkekeh mengingat bagaimana mereka di hukum sama-sama kala itu.

Arza tertawa pelan. "Mana barengan lagi, di liatin dua angkatan sekaligus." Tambahnya.

"Malu gua sumpah!" Seloroh Kenzo.

"Sok malu, biasanya malu-maluin." Saut Divel membuat mereka terbahak.

Gibran mendekati Divel dengan sisa tawanya. "Yang lebih menikam ada gak Vel? Gua semangat nih kalo Kenzo udah jadi sasaran." Kata Gibran mengompori.

KANAGARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang