37. Bukan Berhenti

76K 6.1K 606
                                    

"Melepaskan adalah bagian terbaik dari mencintai." -Aldaraya

***

Hari semakin hari sudah mulai berlalu, menyisakan waktu libur bagi para siswa SMA Padja Utama menjadi satu minggu lagi.

Selama liburan itu juga membuat Raksa dan teman-temannya rajin mengunjungi markas. Langkahnya mengayun di atas ubin berukuran besar yang terpasang di lantai markas. Cowok itu berjalan dengan jaket kebesaran berlogo serigala berperisai yang tersemat di dada kirinya. Bahu lebarnya itu tampak gagah, seakan mengatakan tidak pantas jika ia diragukan untuk menjadi ketua Dargez.

Kedatangannya membuat seluruh atensi mereka teralih padanya. Raksa berjalan ke depan dan duduk di sana, di kursi yang dapat memudahkan dirinya di tatap oleh seluruh anggota Dargez.

Giana duduk di samping Arza seraya menyerahkan beberapa lembar kertas berisi bukti serta foto yang telah di cetak. Raksa meraih kertas itu, ia menelisik seluruh deretan tanggal dan bulan yang tercetak beserta keterangan yang tertera pada data kas mereka.

"Total keseluruhan 25 juta, cukup buat dua kegiatan lagi." Ujar Giana.

Raksa mengangguk puas, lalu ia menyerahkan lembaran tadi kepada Giana lagi. Kemudian tatapannya teralih ke arah Galuh dan Gibran yang saat ini tampak kalem. "Bayar kas anjing." Ujar Raksa menagih.

Ini sudah bulan keempat, tanda centang di kolom nama mereka belum juga ada, itu artinya mereka belum menyetorkan kas yang hanya di tagih dua kali perbulan saja. Dan seperti biasa, jika tidak memakai kelembutan, maka harus dengan kekerasan. Karena pada dasarnya uang dua ribu untuk membayar kas terasa lebih mahal dibanding uang dua puluh ribu untuk membeli sesuatu.

Giana mengulurkan tangannya, lalu menekuk jarinya dua kali. "Sini,"

"Bokek gua Gi." Balas Galuh melas.

"Bayar!" Sentaknya galak, sesuai tugasnya yang menjadi bendahara di sini.

Anak-anak lain hanya terkekeh, ada juga yang terheran, hampir setiap bulan ketika rapat pasti tagihan kas akan berujung pada Galuh, jika tidak Gibran.

"Wakil bukan nya ngasih contoh malah dicontohin." Sindir Arza membuat sebagian melirik Galuh.

"Udah numpang wifi, numpang ngopi, gak sekalian numpang sakit hati, Gal?" tambah Kenzo.

Galuh menghela napasnya, jika sudah begini ia tidak bisa menghindar, tangannya segera merongoh saku celana dan mengeluarkan selembar uang biru dari dompetnya.

"Lima ribu perminggu aja susah amat." Gerutu Giana dan mengambil uang dari Galuh.

"Emang dasarnya koret, di tagih lima ribu aja ngaret!" Sambung Banu.

"Lo juga gak bayar kampret!" Protes Galuh menempeleng kepala Banu.

Banu meringis dan menyerahkan uang enam ribu kepada Giana. "Nih, kembaliannya harus ada," ucap Banu.

Giana menghela napasnya kasar. "Gak usah," ketusnya.

"Ya gak bisa anjir! Itu masih ada kembalian nya!" Protes Banu.

"Serebu doang goblok!" Makinya merasa heran dengan cowok satu ini.

"Setiap kelebihan pasti ada kembalian," balas Banu, Giana hanya mengerling malas.

KANAGARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang