26. Kanagara & Arunika

85K 7K 768
                                    

"Hati ini rela terluka demi bahagia yang ada di bahumu." -Aldaraya

***

Malam ini, tepat pukul 19.00 WIB Raksa sudah berdiri di samping motornya. Laki-laki berkaos hitam di tumpangi jaket hitam itu duduk menyandarkan tubuhnya sembari menunggu Alda.

Ternyata ada yang lebih menegangkan selain detik-detik kemenangan tawuran baginya, yaitu menunggu seseorang. Cowok dingin berwajah datar dan irit bicara itu sedang gugup. Catat, Kanagara bermata elang sedang gugup.

"Ngapain gua pusing mikirin obrolan, cuma di suruh jalan doang." Ungkapnya pada udara malam.

Pandangannya teralih saat gerbang itu terbuka menampilkan sosok gadis dengan kemeja salm dan celana highwaist nya, pakaian itu tampak manis melekat di tubuh Alda. Gadis itu menatap Raksa, dan sebaliknya pun begitu. Mereka saling menatap beberapa detik, hingga suara batuk itu mengintrupsi telinga Raksa agar tersadar.

Alda meremas ujung bajunya. "Mau kemana?" Tanya gadis itu menyaut pertama kali seperti biasa.

Gerakan itu sedikit kaku, Raksa dengan cepat menyerahkan helm yang ia sengaja bawa kepada Alda tanpa mengatakan apapun.

Setelahnya cowok itu menaiki motornya, lalu menoleh sedikit. "Naik." Ujarnya seraya memakaikan helm full-face nya.

Alda mendengus, kalimat pembuka dianatara mereka malam ini ternyata tidak sesuai dengab adegan drama yang biasanya romantis. Ia segera naik, tetapi cowok itu belum juga melajukan motornya membuat Alda melirik ke arah kaca spion. "Ayo, kenapa diem?"

Mata Kanagara yang tajam itu menatap intens spion dari balik kaca helm. "Pegangan, gua ngebut."

Alda langsung menaruh kedua tangannya di pundak Raksa, lalu menepuknya. "Udah."

"Gua bukan ojek."

"Hah? Kan tadi di suruh pegangan,"

Raksa mendecak. "Lemot." Kemudian ia menarik tangan Alda dan meletakannya di pinggangnya sendiri.

Gadis itu hanya diam tanpa protes, hingga motor itu melesat dari sana dengan Alda yang masih larut dalam seribu pertanyaan di otaknya.

"Sa?" Sautnya.

"Hm?"

Alda merasa lega saat Raksa menyaut, tidak budek seperti sepupunya, Gibran yang selalu mengatakan 'hah' jika di ajak bicara di motor. Alda memeluk pinggang cowok itu semakin erat, meletakan kepalanya di punggung Raksa. Sedangkan cowok itu hanya diam, pandangannya tetap fokus ke arah jalanan meski pikirannya tidak disana. Karena ternyata organ tubuhnya yang di sebut jantung sedang berdebar membuat pikirannya kusut.

Merasa lucu dengan hatinya yang sulit di ajak bekerja sama, Alda hanya bisa mendengus pelan. Bahu lebar ini terlalu nyaman jika harus Alda lupakan. Kehangatan yang Alda rindukan meski Raksa tidak pernah memeluknya secara tulus selain menggendongnya ketika ia sakit saja.

"Mau ngasih luka varian apa lagi?" Gumam gadis itu melirih, terdengar seperti bisikan.

Untuk sekarang Alda hanya akan membiarkan hatinya terbang setinggi mungkin, menaruh harapan yang tidak ada batasnya, dan tinggal menunggu hatinya untuk di cabik-cabik lagi nanti. Alda tersenyum tipis, pelukannya semakin erat. Sangat nyaman bersandar di bahu ini, terlanjur nyaman meski harus dibayar luka.

"Rachel itu siapa?"

Rachel?

Raksa diam kala pertanyaan itu terlontar. Raksa pikir semua orang tahu hubungan mereka, secara berita apapun mengenainya akan menyebar dalam beberapa menit saja di telinga warga sekolahnya.

KANAGARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang