34. Bukan Segalanya

77.1K 5.9K 433
                                    

Yang mau kepoin aku mampir IG aja. @snow.corn_

Akun resmi sebagai penulis @aeri_wp

Gak berharap lebih loh cerita aku bakal serame ini😁 Makasih buat yang mau stay dan komen di sini. Semoga suka terus❤

****

"Aku telah sampai pada titik lelahku dan maaf jika aku tak lagi mengejarmu." -Aldaraya

***

Mereka semua berkumpul di parkiran membuat suasana disana ramai oleh anak Dargez. Canda dibalas tawa dan sautan-sautan dari anggota yang lainnya, membuat gadis itu merasakan kehangatan yang belum pernah ia dapatkan di situasi manapun. Gadis itu baru saja menyadari, ternyata ini yang di sebut pertemanan menyenangkan.

Raksa menaiki motornya lalu disusul yang mereka. Alda berdiri di samping cowok itu, sudut matanya menelisik ke arah jaket hitam kebesaran yang mereka kenakan, tampak sama dan serupa dengan logo serigala di dada mereka. Melihat itu Alda menjadi semakin yakin, bahwa ada yang ia tidak ketahui tentang Raksa. Atau mungkin Alda memang benar-benar tidak mengenal Raksa selama ini?

"Gak sama abang Galuh, Al? Kosong tuh." Saut Kenzo.

Alda hendak menoleh, namun tak jadi ketika Raksa dengan cekatan memakaikan helm di kepalanya. "Alda sama gua." Tekan Raksa sambil menarik tangan gadis itu untuk naik.

"Yakin, Al?" Saut Galuh yang kali ini ikut menggodanya, cowok itu bahkan sudah duduk di atas motor ninja putihnya dengan gaya sok keren yang Banu ajarkan.

Laser tajam yang mampu menghunus mata siapapun itu sudah melayang pada Galuh. "Gua gak niat ngasih tinju ke lo, Gal." Tekan Raksa.

Mereka semua terkekeh saat berhasil menggoda sang ketua.

"Ketua udah punya doi, masa anak buah nya jomblo gini?" Timpal Arza mengedarkan pandangannya ke seluruh teman-temannya disana.

"Ya itu mah lo kali bang, gua kagak." Saut Vidi, anak kelas 10, junior mereka yang juga anggota Darz.

Banu, Galuh, Gibran, dan Kenzo terbahak. "Nasib, Za. Makanya jangan prenjon." Ujar Banu menyindir Arza dan Giana di belakangnya, cewek itu juga duduk di motornya sendiri menatap Gibran sinis.

Arza mendesis. "Lah mending, daripada jadi buaya yang gak bisa setia kaya lo."

Alda yang sejak tadi sudah berada di atas motor Raksa sedikit menarik ujung jaket cowok itu. Raksa yang menyadari segera menyaut, ia tahu, mungkin gadis itu sedang berada dalam kelelahan sore ini. "Gua duluan cuy!" Ujarnya.

Divel mengangguk. "Sama, mau nganter." Singkat cowok berdarah dingin itu membuat Syabina yang di belakangnya tersipu malu.

"Malu-malu, biasanya juga malu-maluin." Batin Alda mencibir.

"Yeuu.. Pamer!" Seloroh Banu.

"Syirik," balas Divel.

"Awas Divel kadal Syab, lagi butuh kelonan."

Divel melayangkan tatapan tajamnya. "Kalo gua kadal lo apaan?" Tanya Divel. "Predator?" Ejeknya.

"Sialan pengen jitak!"

"Sesungguhnya menghujat teman itu adalah perbuatan keji dan munkar!" Saut Feron melakukan tos ria bersama Banu. Cowok itu dengan sengaja menampilkan wajah mengejeknya kepada Divel yang mendapat balasan ancaman mata darinya.

Gibran terkekeh, tatapannya teralih ke arah Raksa yang sudah menyalakan motornya. "Markas gimana?" Tanya Gibran.

"Nanti gua ke sana." Ujar Raksa sebelum menutup kaca helm full-face nya.

KANAGARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang