31. Cemburu

83.7K 6.7K 368
                                    

"Dia adalah definisi rindu paling menyebalkan." -Aldaraya

***

Bel masuk pagi ini berbunyi di seluruh penjuru sekolah. Jam sudah menunjukan pukul delapan. Melihat suasana kelas yang mula riuh di penuhi pembicaraan kekhwatiran mereka tentang hari ini membuat Alda meringis, jantungnya mendadak berpacu tak karuan, ia cukup gelisah sedari tadi namun rasa gelisahnya tersamarkan oleh suara riuh yang mulai merayapi kelas, beberapa murid berlarian di koridor menuju kelas mereka. Hingga lirikan Alda terarah kesamping saat mendengar bunyi decitan kursi yang Raksa geser.

Cowok itu duduk dibangkunya dengan tenang, tak ada raut cemas atau sebagainya. Alda mencebik, bisa-bisanya Raksa setenang itu di situasi mendebarkan seperti ini.

Detik-detik pembagian raport membuat tubuh Alda panas dingin. Padahal sebelumnya Alda tidak seperti ini, dulu ia tak mementingkan peringkat, hanya mementingkan kenaikan nilai saja, tidak terobsesi akan ranking meski ia selalu bertahan di dalam sepuluh besar.

Namun kemarin, "Besok pembagian rapot. Kalo lo berhasil ngalahin gua, lo akan tau jawabannya."

"Mikirin yang kemarin?" Saut Raksa, Alda terkesiap dan menoleh.

"Apaan si, lagian gua gak peduli sama jawabannya." Ketus gadis itu.

Raksa hanya tersenyum simpul, sesangkan Alda menggigit bibirnya cemas, matanya semakin terbuka saat sosok guru pria, wali kelasnya mulai masuk ke dalam kelas XI IPA 3 itu.

"Pagi.."

"Pagi Pak!" Jawab mereka serempak.

Pak Haris selaku wali kelas mereka duduk di kursinya sembari meletakan tumpukan raport di atas meja, aura benda itu tampak menyeramkan membuat Alda meneguk ludahnya kasar.

Alda masih berdoa, namun tetap harapannya sia-sia karena nilai sudah tercatat permanen disana. Satu pesan muncul, membuat fokus Alda terbagi menjadi ke ponselnya, ia hanya mendengarkan ucapan samar dari gurunya di depan.

Alda mendengus sebal, bisa-bisanya di situasi seperti ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alda mendengus sebal, bisa-bisanya di situasi seperti ini. Syabina malah mementingkan rupa wali kelasnya daripada rupa nilai nya nanti. Alda mematikan ponselnya dan berfokus ke arah depan lagi. "Bismillah," gumamnya memantapkan diri.

Tak sadar jika sedari tadi Raksa memperhatikan gerak-geriknya. Bibir Raksa naik melengkung tipis.

***

Benda persegi panjang dengan bertuliskan namanya sudah ada di tangannya saat ini. Ia memegangnya seakan itu tak penting.

Koridor sudah sepi, namun ia masih berada di sini, menatap deretan nama di mading dengan seksama. Gadis itu mengeluarkan hembusan napas berat. "Naik sih, tapi kenapa harus dua?" Lirihnya melihat nama Alda yang tertera di pararel dua. Dan..

KANAGARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang