61. Manusia yang Pembohong

49.1K 4.6K 285
                                    

"Semua akan menjadi pengkhianat pada waktunya. Hati-hati, gula dan garam terlihat sama."

***

Sepulang dirinya dari sekolah, Gibran melangkah masuk ke dalam rumah besar itu dengan tas yang hanya tersampir sebelah di bahunya. Cowok itu melangkah masuk dan mendapati suasana rumahnya yang benar-benar hening. Gibran menghela napasnya dan manaiki anak tangga.

"BAGAIMANA PUN DIA HARUS TAU SEMUANYA!"

Suara samar teriakan seorang wanita membuatnya menoleh, Gibran mengernyit mendengar samar-samar keributan dari ruang kerja ayahnya. Ia pun kembali turun dan mendekati pintu ruangan itu.

"Kamu gak tau apa yang akan terjadi kalo semuanya terungkap!"

"Tapi Gibran berhak tau Mas! Dia gak bisa terus hidup dalam kebohongan!"

Deg.

Aliran darahnya tiba-tiba berdesir. Merasa penasaran Gibran melangkah perlahan semakin mendekat saat kata 'Kebohongan' itu keluar dari mulut Ibunya.

Apa yang sebenarnya sedang mereka bicarakan?

Sedangkan di dalam sana, dengan perdebatan yang tidak berhenti sejak tadi membuat Haidar mengusap wajahnya merasa gusar. Haidar menatap Amber dengan wajah lelah. "Gak bisa Ma," lirih Haidar pada Amber.

Amber menunduk, matanya berkaca-kaca. "Dia bukan anak kita."

"Mam,"

Mereka sontak menoleh ke arah pintu. Pintu setengah terbuka menampilkan wajah Gibran yang tampak terdiam tidak percaya.

Air mata Amber menetes, wanita itu menggeleng dan mendekati Gibran. "Kami bisa jelasin, Gibran."

Rahang Gibran mengeras dengan tangan yang terkepal sempurna. "Jelasin?"

"JELASIN APANYA!" Sentak Gibran lantang.

"Jaga bicara kamu!" Peringat Haidar.

Gibran terkekeh sinis, ia menggeleng tidak menyangka dan berbalik pergi melangkah menjauh dari sana. Matanya tiba-tiba memanas, hatinya sakit saat mendengar kenyataan yang baru saja ia dengar.

Amber menatap Haidar marah. "Kamu seharusnya gak marah sama dia!" Ucap Amber dan segera menyusul Gibran keluar.

"Gibran! Tunggu mama sayang, mama bisa jelasin!"

Gibran menyentak tangan Amber dengan air mata yang lolos dari matanya. "SIAPA MAMA GUA HAH?" Teriaknya sambil menangis, suaranya terdengar bergetar berusaha menahan gejolak amarah dalam dirinya.

"KENAPA GUA ADA DI KELUARGA INI?!" Teriak cowok itu membuat Amber menangis deras.

Amber menggeleng lemah dan mendekat. Ia memeluk putra semata wayangnya itu berusaha memberinya penenangan.

"GUA INI SIAPA? ANAK TITIPAN ORANG LAIN? ANAK PUNGUT KALIAN?"

Amber terisak dalam pelukan anaknya. "Maafin mama sayang, mama tetep ibu kamu. Maafin kita,"

Bahu Gibran naik turun dengan air mata yang menetes. Cowok itu menangis karena merasa dikhianati oleh orang-orang tersayangnya. Semua orang akan merasa bodoh jika merasakan posisinya sekarang.

"Dimana orang tua Gibran, Ma.." lirihnya.

"Kenapa kalian bohong sama Gibran," lirihnya lagi membuat Amber semakin tersedu.

Amber mengusap punggung anaknya. "Mama gak maksud bohongin kamu."

Dadanya sesak karena amarahnya meluap semakin besar. Ia menggeleng brutal seakan ingin menolak semua kenyataan pahit ini.

KANAGARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang