7. Tembok Belakang Sekolah

80.5K 7.2K 117
                                    

"Hal terindah dan tersakit itu ketika mencintai tanpa memiliki."

***

Alda berjalan dengan tergesa menuju area belakang sekolahnya. Seraya mengedarkan pandangannya Alda berdiri di depan tembok tinggi itu, matanya menatap ke atas, ia menelan saliva ketika menyadari bahwa tembok ini terlalu tinggi untuk di panjat. Terpaksa ia harus memanjat ke sana, bagaimanapun juga Alda tidak pernah berani untuk membolos sendirian, tapi kali ini harus.

"Aduh.. please gak ada jalan lain apa?" Gerutunya. Hatinya sudah gelisah karena mamanya. Otaknya berpikir lebih keras berusaha mencari cara namun tetap saja tidak bisa.

"Oke-oke... Santai Al, gunakan kinerja otak lo meskipun minim."

Ia segera menaiki meja bekas yang sudah rapuh, setidaknya itu bisa di gunakan sebagai alat untuk membantunya memanjat.

"Gak sampe!" Pekiknya berjinjit berusaha meraih ujung tembok. "Please tolong gua.." Mohonnya yang masih berusaha meraih ujung tembok itu.

"Lo ngapain?"

"Oh my god!" Ia tersentak membuat meja yang Alda pijaki begoyang. Tubuhnya oleng dan—

Grep

Tunggu, kenapa rasanya tidak sakit? Apa ia jatuh di pelukan seseorang?

Perlaha Alda membuka matanya. Damn! Seketika tatapannya langsung membeku dengan jantung yang berpacu dua kali lebih cepat saat melihat wajah tampan di hadapannya.

"S-sa?"

Raksa mendorong tubuh Alda agar bangkit. Cowok itu memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana dan menatap Alda datar.

"L-lo ngapain di sini?" Tanya Alda menatap sekeliling karena kedatangan Raksa cukup mengejutkan.

"Ditanya malah nanya balik." Desis Raksa dan naik ke atas meja.

Alda mendengus. "Lagian lo yang ngagetin gua!"

"Gua cuma nanya."

"Untung gua gak jatuh!"

Raksa mendengus. "Gua yang nolong."

Merasa kesal Alda hanya mengerling malas. "Siapa juga yang mau di tolongin."

Kanagara bermata elang itu menatap Alda, sudut bibirnya terangkat naik membuat seringaian tipis. "Yakin?"

Alda melirik sedikit lalu mengendik acuh. "Yakin lah."

"Padahal gua juga niat bolos." Ujar Raksa seraya meraih ujung tembok itu, dan tentu berhasil karena ia sudah terbiasa dan tahu triknya. Sedangkan Alda menatap tak percaya, semudah itu?

Raksa menaikan alisnya. "Yakin?"

Alda mendengus kasar. "Yaudah iya gua butuh bantuan, gimana caranya?" Tanya gadis itu meski nadanya tetap ketus.

Raksa mengulurkan tangannya, Alda meraih uluran tangan cowok itu dan naik ke atas meja. Lalu Raksa berjongkok dan menepuk bahunya. "Injek."

"Hah? Lo serius gak sih?"

Cowok itu mendecak dan menepuk bahunya lagi. "Gua bilang injek."

Dengan ragu perlahan Alda meletakan sepatunya di atas bahu cowok itu. Raksa memejamkan matanya saat merasakan tekanan kuat tatkala Alda naik, perlahan ia bangkit membantu Alda agar meraih ujung tembok.

"Jangan ngintip!" Peringatnya.

"Gak."

Alda melipat bibirnya berusaha fokus, ia meraih ujung dinding dan perlahan naik mendudukan dirinya di atas tembok besar itu.

KANAGARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang