48. Indah karena nya

62.6K 5.7K 553
                                    

"Rindu terbesar adalah merindukan orang yang pamitnya baik-baik."

***

Keadaan kelas memang sedikit kosong, mungkin karena pagi ini guru mereka sedang mengadakan rapat. Siswa siswi mulai melakukan aktivitas yang selalu ada ketika jam kos. Seperti sparing basket di lapangan autdor, jajan kekantin, dan mungkin tiduran di dalam kelas dengan nyaman, atau juga bergosip di luar kelas.

Halnya dengan kelima cowok itu yang tengah berada di dalam kelas. Bahkan Banu sudah nangkring rebahan seakan itu kelas miliknya. Semakin menambah suasana karena pembicaraan ringan mereka mengenai ketuanya itu.

"Lo gak sadar Za? Tatapan bos kita sama Bu negara gimana?" Tanya Banu membuat pikiran teman-temannya tertuju pada dua orang yang dimaksud.

"Gak mungkin sih kalo masih gak ada rasa," sambung Gibran menyetujui.

"Kemarin pas Kerja Kelompok aja sampai pro banget jagain dari Gua, padahal gak gua apa-apain," kata Galuh saat mengingatnya.

Gibran terkekeh. "Lo kan gak waras Gal, jadi wajar aja Raksa jauhin masa depannya, entar kalo ketempelan sama lo bisa surem dah."

"Sialan, kurangajar!"

Menyimak sejak tadi, Kenzo juga tampak berpikir. "Jangan-jangan mereka backstreet Gib?" Terka Kenzo yang mulai curiga.

Gibran tertegun beberapa saat, lalu matanya melebar. "Jangan-jangan iya lagi? Wah anjir!"

"Terus kenapa Raksa masih sana Rachel? Pasti Alda marah kalo liat cowoknya boncengan sama cewek lain." Tutur Kenzo.

"Rachel kan sepupunya Jo." Tambah Galuh.

"Sebahagia pak ketu aja dah, cape gua liatnya." Keluh Kenzo dan menghela napas kasar.

Banu juga mengangguk, tangannya terlipat dan berpikir. Sedangkan Harsa yang saat ini duduk di sampingnya diam. "Pak ketu siapa? Raksa?" Saut Harsa.

Mereka menoleh dan mengumpat bersamaan dalam hati. Apalagi Gibran yang baru tersadar dengan keberadaan Harsa yang bersama mereka sejak tadi.

"Ketua gua Har, kan gua kerja di caffenya." Balas Banu.

Harsa ber-oh saja dan mengangguk. Setahunya Banu memang bekerja di caffe Raksa, Harsa juga tidak jarang masuk ke caffe itu.

"Za hospot Za!" Kata Syabina.

"Paket Chat."

Syabina mendengus saat jawaban sakral itu keluar.

Syabina menoleh ke arah Kenzo, "Zo jangan bilang pake Chat Zo! Gua gorok lo kalo nolak," ucapnya Syabina mengancam.

Kenzo menatapnya. "Yaudah gua paket game nih."

"Sialan!"

"Aku darah biru, kamu darah babu!" Seru Gibran mengejek gadis itu yang membuatnya langsung naik darah. Gibran memang gencar mencari masalah dengan Syabina, padahal jelas-jelas Syabina adalah orang yang pemarah.

Dengan terpaksa Syabina menjambak rambut Gibran hingga membuat cowok itu mengaduh. Divel tetap menyaksikan karena yakin bahwa pacarnya akan menang.

"Woy! Sakit babu!"

"LO BILANG SEKALI LAGI!" Bentak Syabina emosi mengabaikan Divel yang memperhatikannya saat ini.

Kenzo yang melihatnya hanya bisa tertawa puas, ia senang melihat aksi Syabina yang tak hentinya menjambak dan melayangkan beberapa pukulan kecil.

Gibran meringis mengusap lengannya yang terkena pukulan. "Gua aduin majikan nih kalo lo gak lepasin, mau?!"

"Siapa emang majikan gua?!"

KANAGARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang