58. Deklarasi Hati

55.8K 5.3K 1K
                                    

"Egois itu ketika dia datang dengan nekat, tidak peduli jika hati lain itu akan terluka atau tidak ketika bersamanya." -Kanagara & Arunika


***

Alda duduk di samping Syabina pagi ini. Mereka tengah sibuk bercerita dari hal serius sampai hal random sejak tadi. Alda tak menyadari bahwa Raksa sudah ada di mejanya karena Alda duduk di kursi Syabina.

"Denger-denger mereka udah putus." Bisik Syabina membuat Alda membulatkan matanya terkejut.

"Serius?"

Syabina mengangguk cepat. "Iya, baru aja kemarin."

"Rumor kali, masa cuma sehari," bisik Alda terheran. Tidak mungkin ada orang yang pacaran hanya satu hari apalagi langsung go publik seperti Raksa dan Dianara. Pendekatan saja bisa berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun seperti dirinya saat mengejar Raksa.

"Gua tau karena Jiva yang ngasih tau. Lambe turah Padja Utama rame banget semalem." Balas Syabina.

Alda melipat tangannya. "Raksa gak sejahat itu kali."

Syabina mengerling malasa mendengar sanggahan Alda yang jelas-jelas adalah bodoh. "Cinta sih wajar ya, tapi cinta lo udah buta tambah ketutup ban truk jadi mau liat pencerahan aja gak bisa, Al. Bego banget gua punya temen." Rutuk Syabina kesal.

"Siapa juga si?"

"Lo lah. Ngeselin banget hati lo. Gak mikir dulu gitu kalo mau suka, main terobos aja, nanti pas sakit gua lagi yang diminta ceramah, udah gitu masuk kuping kanan keluar kuping kiri."

Alda terkekeh melihat raut sahabatnya yang tampak benar-benar dongkol. Sedangkan orang yang sedang mereka bicarakan ada di belakang, sibuk mendengarkan lelucon temannya yang terdengar konyol. Arza terkekeh menggeleng heran saat mendengar cerita Kenzo.

"Abis pala gua di timpuk teflon sama Bunda." Gerutu Kenzo.

Banu tertawa memegangi perutnya. "Lagian lo pake minta mau adik segala anjir. Udah paruh baya gitu muka lo." Kata Banu.

"Lo pikir gua aki-aki?!"

"Muka lo penuaan dini gitu." Celetuk Galuh.

"Durjana lo Gal." Lirih Kenzo merasa tersakiti.

Arza mengusap bahu Kenzo. "Sabar Zo, hidup banyak cobaan."

Kenzo menghela napasnya saat mendengar perkataan Arza. "Hidup emang banyak cobaan Za, kalo dikit namanya cobain." Kata Kenzo.

Banu terkekeh mendengar jawaban Kenzo. "Pinter amat lo Jo," katanya.

"Wuihh Da Kenzo nih bos!" Balas Kenzo membangga.

Galuh menatap Gibran yang sejak pagi tidak membuka suara sama sekali. "Kenapa lo?"

"Gibran ngambek sama Raksa, Gal." Kata Banu.

"Lah? PMS apa gimana?"

"Biasalah bos lo, emang kerjaanya nyakitin anak orang." Ujar Banu menyindir.

"SAKITNYA TUH DI SINI DI DALAM HATIKU! TO THE BONE! NYELEKIT CENAT CENUT DADA KU NENG! JEDAR JEDER!" Teriak Kenzo tiba-tiba.

"Astagfirullah," Banu dan Galuh mengusap dadannya.

"LO KESURUPAN REOG YA JO?" Sentak Galuh mengusap wajah Kenzo berusaha menyadarkannya.

Divel terkekeh sambil sesekali memetik senar gitar yang ada di pelukannya. Cowok itu memang sering menggunakan gitar milik Harsa berhubung ada di kelas ini. Kelas Raksa memang sepertinya sudah menjadi kelas tongkrongan bagi mereka berenam.

KANAGARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang