51. Terluka setelah kemarin

54.9K 5.3K 1.5K
                                    

"Wajar jika hatimu sakit. Itu tandanya cintamu tidak main-main.

***

Hari senin menyapa lagi setelah minggu Alda yang kemarin hanya di penuhi nama Raksa.

Ia berjalan di lorong bersama Devi, adik kelasnya. Mereka tengah asik membahas persiapan ekskul musik yang katanya akan menyelenggarakan acara pentas seni di sekolah mereka.

"Terus gimana kata ketua, Vi? Pensi tetep jalan kan?"

Alda memang masuk di club Karya Seni. Ia memang bukan anak musik, dirinya lebih suka melukis di banding memainkan alat musik atau bernyanyi. Namun akhir-akhir ini, Alda tertarik pada seni musik dan perlahan-lahan mulai mempelajari alat musik.

"Kayanya bulan depan kak,"

"April? Duh bentrok sama Olimpiade gua gak ya?" Terka Alda khawatir, pasalnya ia juga sangat ingin hadir di pentas ini.

"Eh iya tuh Kak, Kak Rayhan juga Olimpiade kan? Terus nanti yang ngisi acara siapa?" Tanya Devi.

Alda mengulum bibirnya. "Ada Divel kayanya,"

"Tapi dia bukan anggota ekskul musik, emang bisa?"

"Kita universal Vi, ya kali ada yang punya bakat tapi di larang tampil cuma karena bukan anggota. Lagian gua juga anggota baru, gak terlalu bisa nyanyi."

Devi terkekeh. "Suara lo bagus kak. Semester kemarin Kak Divel juga ngisi sama Kak Arza. Masa sekarang mau mereka lagi?"

Alda mengangguk sebagai balasan. "Iya juga sih." Balasnya. Matanya menatap ke arah depan. Tepat saat itu Alda baru pertama kalinya merasa menyesal karena mendongakan kepalanya dan berakhir melihat suatu hal yang menyakitkan di sana. Udara dalam paru-parunya seakan hilang. Jantungnya mencelos dan rasa sesaknya tidak karuan.

"Kok Kak Raksa gandengan sama Kak Dianara?" Saut Devi yang juga tertegun di samping Alda.

Seluruh pasang mata di koridor mengarah kepada Raksa dan Dianara yang berjalan beriringan di lorong, tangan mereka saling bertautan. Tak sedikit dari mereka yang membulatkan bola matanya terkejut sekaligus tidak menyangka.

Alda merasa pasokan oksigen di sekitarannya menipis. Gadis itu menarik napasnya dengan paksa, lalu tersenyum getir.

"Eh Vi, gua harus ke kelas nih nanti diskusi lagi ya, gua belum ngerjain PR." Ujar Alda dan segera pergi berbalik arah.

Devi tidak berkata-kata dan tetap terbisu sambil melihat Raksa yang saat ini mengantar Dianara ke depan kelas XI IPA 2. Tepat di hadapannya, Devi melirik kelas Alda yang sedikit riuh, entahlah rasanya Devi juga sesak melihat Alda seperti ini.

"WOY RAK!"

Raksa menoleh saat sautan itu terdengar. Arza mendekat ke arahnya di ikuti teman-temannya dari belakang.

"Lo berangkat sama dia?" Tanya Arza tanpa basa-basi dan melirik Dianara sekilas.

Dianara tersenyum kikuk saat di situasi baru seperti ini, ia tidak pernah di kelilingi oleh teman-teman Raksa secara intimidatif. Sedangkan Raksa mengangguk acuh membalas pertanyaan Arza.

Mereka semua tampak bingung, Banu mendekat dan tersenyum tipis kepada Dianara.

"Din kenapa mau sama dia? Kalo berangkat sama gua lebih aman Din,"

"Dia pacar gua."

Deg.

Banu tertegun di tempatnya begitupun mereka yang mendengar hal ini seketika membisu dalam keheningan lama.

KANAGARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang