42. Harga Diri Dibalas Harga Mati

67.8K 5.7K 338
                                    

"Tersesat dalam hati yang jalan keluarnya sudah tidak ada adalah definisi jatuh dalam karma."

***

Keduanya sampai di parkiran toko swalayan. Alda segera turun dan berdiri kaku, tidak ada percakapan sejak tadi membuat suasana semakin canggung.

Raksa melepas jaketnya dan langsung memakaikannya pada tubuh Alda membuat gadis itu tersentak karena perlakuan Raksa tiba-tiba.

"Nutupin seragam," Kata Raksa membuat Alda mengangguk dan membenarkan letak jaketnya.

Lalu Raksa membuka baju seragamnya menyisakan kaos hitam polos dan menampakan sebuah kalung perak yang ada di leher cowok itu. Mata Alda sedikit terfokus pada bentuk liontin serigala yang menggantung di leher Raksa. Lalu tatapannya beralih pada motor Raksa di bagian depan, persis sama, bentuk kepala serigala dengan logo serigala perisai yang ada di motor Raksa.

 Lalu tatapannya beralih pada motor Raksa di bagian depan, persis sama, bentuk kepala serigala dengan logo serigala perisai yang ada di motor Raksa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kenapa logo itu misterius sekali sih? Dan keberadaannya terus-terusan tertangkap mata Alda.

Raksa menatap gadis itu, senyumnya terbit. "Udah mikirnya?" Tanya Raksa.

Alda mendesis, kenapa cowok itu tiba-tiba bersikap manis? Dipikir Alda akan baper lagi? Yang pasti diusahakan tidak. Diusahakan.

"Kita mau buat Glitter Painting buat pameran, dan kita gak diskusi dulu sama anggota Sa, gak tentu kita mau beli apa disini," Gerutu Alda, memang salah cowok itu karena langsung mengajaknya pergi tanpa mendiskusikan bagaimana tugas yang ia terima untuk pameran nanti.

Raksa mengangguk, masalah ini enteng. "Yaudah beli aja semuanya." Balas cowok itu, seperti biasa yang selalu menganggap segala hal itu mudah.

Sontak Alda melotot terkejut. "Ih Serius!"

"Iya serius,"

"Gak gitu juga Sa. Udah deh, mending sekarang lo chat temen lo suruh usul kita mau buat apa nanti," Ujar Alda saat sadar bawa Raksa memang serius, uang Raksa kan tidak ada habisnya.

Cowok itu menggeleng. "Buat apa? Gua ke sini cuma mau bareng lo doang." Setelahnya ia berjalan meninggalkan gadis itu, Alda menatap punggung cowok itu jengah, setan apa lagi yang memasuki Raksa sekarang?

Alda segera menyusulnya juga, mereka pun berjalan beriringan. Keduanya seperti sepasang kekasih yang tengah bolos sekolah, mengingat rok dan celana yang mereka kenakan tampak senada.

"Jadi belinya apa?" Saut Alda saat menginjakan kakinya di eskalator.

Raksa mengendikkan bahunya acuh dan tetap dalam posisi tangannya yang tenggelam di saku celana.

"Sok," Batin Alda greget.

Alda mendengus dan mengalihkan pandangannya. Wajah Raksa sudah tidak menjadi candu lagi, beda dengan dulu, jika Alda melihat Raksa sekarang rasanya ia ingin melemparkan sebuah tabung gas ke wajah tampannya. Biar saja, Alda sudah tak peduli. Orang ini memang menyebalkan dan lebih mementingkan egonya ketimbang perasaan orang lain. Bisa-bisanya Alda sempat menyukai orang seperti Raksa.

KANAGARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang