67. Rumah Yang Sakit

50.3K 4.5K 470
                                    

"Seribu yang datang tidak bisa menggantikan satu yang hilang."

***

Malam yang harusnya menjadi waktu beristirahat bagi penghuni bumi nyatanya terselip kalimat tidak bagi sebagian dari mereka.

Sejak tadi hingga sekarang Raksa berdiri di depan pintu menunggu sosok itu keluar dari dalam. Tak lama yang Raksa tunggu pun muncul, pintu terbuka menampakan Arza bersama raut lelahnya. Matanya sayu, Arza benar-benar telihat seperti seseorang yang tubuhnya lemah. Tidak ada sinergi dari diri Arza yang biasa Raksa lihat.

"Gimana?" Saut Kenzo yang bangkit dari duduknya.

Arza menghela napasnya, ia menggeleng lemah. "Mama harus ke psikater." Ujar Arza.

Raksa dan Kenzo menunduk mendengar hal itu. Ibunya mengidap gangguan kesehatan mental, Skizofrenia Residual. Cukup lama selama berbulan-bulan Arza menahan diri untuk tidak meninju ayahnya sendiri yang tega meninggalkan ibunya di situasi seperti ini.

Sejak 5 bulan yang lalu Ayahnya jarang pulang, sekalipun pulang sering membawa wanita berpakaian minim kerumah mereka tanpa mempedulikan status ibunya dan Arza yang ada di sana sebagai keluarga. Segalanya rumit bagi Arza, sekarang Ibunya harus dirawat oleh Psikater untuk penyembuhan yang lebih intensif. Namun Arza tidak tega, bagaimanapun Ibunya adalah sosok yang Arza butuhkan disampingnya.

Raksa mendekat, menepuk bahunya memberi semangat. "Demi Mama lo, lakuin yang seharusnya." Kata Raksa.

"Lagin bapak lo ngapa sih hah? Suruh pulang sekali aja bisa gak? Yang waras-waras dulu deh, jangan ngambil yang sesad mulu, heran gua." Gerutu Kenzo kesal.

"Butuh hajaran biar sadar." Tambah Raksa kepada Arza.

Arza terkekeh miris. "Mau gua tinju sekalipun dia gak akan sadar. Gua di sini cuma daftar harta." Ujarnya tersenyum kecut.

Raksa menghela napasnya sedangkan Kenzo menaruh tanggnya di kedua pinggang dengan helaan napas kasar. "YA DEWAAA!" Katanya.

Kenzo terkadang merasa heran dengan skenario kehiduapn teman-temannya yang rumit. Kadang Kenzo banyak bersyukur karena tidak terlahir dari keluarga yang sangat berada, beruntung dirinya ada di keluarga yang cukup, tidak di posisi yang rumit membuat kepalanya rasanya akan pecah.

"Mampus ae dah.. Pusing!" Ujar Kenzo, ia duduk karena merasa segalanya bertambah berat.

"Gibran mana?" Tanya Arza.

Raksa menoleh. "Gibran?" Pikirannya tentuju kepada temannya itu. "Tadi sore gua nyuruh dia jemput Alda." Lanjutnya.

Kenzo menyalakan layar ponselnya dan mengetik pesan di sana.

"Kabarin anak-anak, biar kumpul ke markas." Titah Raksa yang diangguki oleh Kenzo. Cowok itu memberitahukan kepada mereka bahwa dia sedang berada di rumah sakit dan tidak bisa datang tepat waktu.

"Ini RS apa Za?"

Arza menoleh. "RS Bakti Hatama." Jawabnya.

***

Sedangkan di waktu yang sama. Di ruangan yang hanya ditempati dua sosok gadis di dalamnya di selimuti keheningan. Ia duduk menunggu sosok dihadapannya bangun dari tidurnya sejak tadi. Rachel menunduk menatap tangannya yang menaut, otaknya memutar kejadian yang menjadi alasan Rachel bisa menyelamatkan Alda sore tadi.

"Tan,"

"Achel boleh nanya?"

Riu yang saat itu tengah sibuk berkutat di dapur menoleh. "Nanya apa sayang?"

KANAGARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang