17. Kamar Abu-abu

76.4K 6K 36
                                    

Aku Up lagiiii🥰🥰🥰

Gimana nih? Udah mulai masuk ke bagian misterinya.

Jejak👣👣👣👣

****

"Jahatnya semesta ketika membiarkan manusia terluka dengan ilusinya sendiri."

***

Raksa menuruni anak tangga sambil menenteng tas sekolahnya. Seperti biasa tas yang ia bawa hanya berisi satu buku hingga terlihat ringan. Cowok berseragam SMP itu membelokan tubuhnya berjalan menuju ruang makan.

"Abang mana, Sa?" Saut ibunya yang masih menata makanan di atas meja.

Raksa melangkahkan kakinya ke dapur, lalu menyomot pisang goreng yang baru saja matang.

"Panah bangeh haahh!" Ucapnya saat melahap pisang goreng itu, tentu dengan sebuah tepukan keras dari Riu.

"Masih panas Raksa, makanya duduk dulu jangan main asal comot!" Ujar Riu mengomel.

"Iya maa iyaa.." jawabnya, dan Raksa duduk di salah satu kursi.

"Papa mana?" Tanya Raksa.

Riu mendengus. "Papa kamu emang kapan mau sarapan pagi? Biasanya juga mau di anterin ke kantor kalo siang, tuh.. Tadi berangkat duluan." Gerutu Riu.

Raksa terkekeh, lalu ia menyalakan ponselnya.

Sebuah pesan muncul dari nomor yang tidak di kenal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebuah pesan muncul dari nomor yang tidak di kenal. Kening Raksa mengernyit, ia membaca kalimat itu lagi.

"Hati-hati?" Gumamnya menerka.

"Omong-omong gimana sama ulangan kemarin?" Tanya Riu membuyarkan fokus cowok itu.

"Hah?"

"Pagi Ma.." saut Raffa yang mendekat ke arah mereka dengan seragam sekolahnya yang terpasang rapi. Berbeda jauh dengan Raksa, seragamnya setia Raksa keluarkan, rambutnya tidak tertata rapi. Mirip anak brandalan, jelas ia memang berandal.

"Pagi.." balas Riu dan meletakan dua gelas susu di hadapan mereka.

Kedua putranya memang memiliki sifat bertolak belakang satu sama lain. Namun Riu tidak pernah membanding-bandingkannya. Setiap anak punya keistimewaan masing-masing yang ada dalam diri mereka, dan Riu percaya itu. Tidak harus membanggakan orang lain demi memotivasi seseorang bukan?

"Gua gak di salamin, Raf?" Saut Raksa yang mencegah Raffa untuk mengambil pisang goreng di piring, sikapnya memang tidak sopan meski Raffa lebih tua darinya.

Raffa meliriknya sekilas. "Mau juga gitu? Biar keliatan harmonis?" Sarkas Raffa.

Raksa terkekeh, dan meletakan kembali piring berisi pisang goreng itu di meja makan.

KANAGARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang