20. Pendatang Baru

78K 6.3K 553
                                    

"Lantas jika Aku dan Kamu tidak menjadi Kita, lalu apa? Luka?" -Aldaraya

***

Setelah rapat anggota yang terganggu karena kedatangan sosok gadis yang tak di undang. Raksa menarik Alda keluar dari markas.

"Sa lo mau ngajak gua kemana?"

Raksa tidak menjawab, ia tetap menarik gadis itu untuk melangkah mengikutinya. Raksa berhenti dan melepaskan cekalannya seraya menatap gadis itu. "Lo gak denger ucapan gua kemarin?" Tanya cowok itu.

"Ucapan apa?"

"Gua nyuruh lo buat gak keluyuran malam-malam."

"Lo tau kan akibatnya sekarang?" Tanya Raksa merasa geram. Bahkan tatapannya sudah menjelaskan bahwa cowok itu sedang di selimuti amarah.

"Gua cuma mau ketemu lo, masalah kemarin—"

"Gua gak peduli." Potong Raksa. "Lo sama gua gak punya masalah apapun. Dan lo sama gua gak punya hubungan apapun."

Bukankah orang-orang bilang perasaan itu muncul karena terbiasa? Lantas usahanya selama ini di sebut apa jika hasilnya tetap sama?

Alda tersenyum kecut. "Perasaan gua ke lo tulus. Apa gak ada balasan lain selain lo nolak gua lagi?" Tanya gadis itu. Biarkan mulutnya bertanya tentang jawaban yang ingin ia dapatkan meski tidak mungkin. Untuk hari ini, biarkan dirinya menjadi bodoh.

"Gak papa gua sakit Sa, karena obatnya adalah lo."

Raksa tersenyum sinis. "Lo tau? Semenjak lo ada, waktu gua selalu terbuang gara-gara lo." Balas Raksa yang berhasil membuat hati Alda merasa tercubit lagi. "Lo cuma pengganggu." Tukasnya sukses membuat Alda membisu dalam diam. Manik hazelnya menatap mata Raksa dengan tatapan sakit.

"Lo cuma pengganggu."

"Lo cuma pengganggu."

Lo cuma pengganggu?

Kalimat itu melekat di pikirannya. Ia menarik napas dalam-dalam mengisi rongga dadanya yang terasa sesak. Jika ini jawabannya, maka sadar adalah keharusan yang akan Alda lakukan. Alda tidak bisa membiarkan hatinya sakit oleh luka yang sama. Luka juga butuh waktu untuk sembuh.

Gadis itu menarik senyumnya dengan terpaksa, ia mengangguk pelan. "Oke, kalo itu mau lo. Gua nyerah." Lirihnya.

Gadis itu menatap Raksa dengan pandangan nanar. Meski dengan perasaan yang sakit Alda terpaksa harus mengatakannya.

"Lo luka, Sa."

Setelah mengatakan itu Alda berbalik dan langsung melangkah pergi meninggalkan Raksa yang diam dalam perasaan yang mengambang.

"Lo luka, Sa."

Raksa mendesah kasar dan mengusap wajahnya. "Shit."

Ponselnya tiba-tiba berdering, dengan segera Raksa mengangkatnya saat melihat nama ibu nya yang menghubunginya.

"Hallo ma?"

"Pulang dulu Sa."

"Kenapa?"

"Ada yang mau mama obrolin."

Kanagara bermata elang itu menatap punggung kecil milik Alda yang semakin menjauh dari radarnya. Haruskah Raksa mengantar gadis itu di saat mereka sedang tidak baik-baik saja?

KANAGARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang