76. Permulaan 24

47.9K 4.2K 717
                                    

"Terkadang manusia terlalu kuno dalam bermain logika."

****

Pagi hari tepat di tanggal 24 April yang memulai sebuah hari penting dalam sejarah Dargez, Raksa memasuki rumah megah yang menjadi saksi bisu ia tumbuh selama belasan tahun di sana.

Ya, hari ini Raksa mendatangi rumah kedua orang tuanya. Rumah yang menyimpan begitu banyak cerita, rumah yang menyaksikan bagaimana cerita itu sangat membekas di ingatan Raksa.

Dengan balutan jaket kebanggaannya, Dargez, Kanagara bermata elang itu melangkah ke tengah ruangan, mata segelap obsidian itu yang menatap ke sekeliling ruangan, tatapannya memaku pada sofa di sana yang membuat Raksa teringat kepada saudara kembarnya, sekilas memori masa kecil nya muncul membuat Raksa membayangkan gerakan gerakan nya yang masih ia ingat. Raksa tersenyum tipis saat berhasil menyatukan kepingan memori masa kecil yang membahagiakan.

"Eh Raksa!!" Seruan yang sangat bahagia keluar dari Riu yang baru saja menuruni anak tangga.

Raksa mendekat dan menerima pelukan Riu. Cowok itu memeluk Riu dengan hangat membuat Riu mendadak hanyut dalam rasa harunya.

"Kamu mama tungguin pulang, malah gak pulang-pulang!"

Raksa terkekeh kecil. "Maaf ma, Raksa gak ngabarin mama."

"Sebulan loh Sa! Ih bandel banget, mama sampai mohon-mohon sama papa kamu buat nyari kamu." Gerutu Riu.

"Sibuk kali ma, sama pacarnya tuh, papa mana berani ganggu." Saut Stevan yang datang dengan secangkir kopi di tangannya.

"Mentang-mentang punya pacar, lupa sama mama hm?"

Melihat suasana rumah yang berubah menjadi hangat membuat senyum Raksa terbit. "Enggak ma, Raksa kan sibuk mau persiapan Olimpiade nanti, bentar lagi."

"Gak usah di forsir sama belajarnya. Perhatiin kesehatan kamu tuh." Saut Stevan meletakan kopinya di meja.

Riu mengangguk. "Papah kamu tuh emang. Dulu aja marah-marah, eh pas kamu punya pacar malah di suruh gak usah belajar. Heran mama, coba aja dari dulu kamu punya pacar Sa."

Stevan menoleh. "Kan aku cuma bimbing dia ma. Kalo sekarang kan pacarnya aja juga ikutan Olimpiade, papa gak harus turun tangan."

"Emm.. Dasar,"

Raksa terkekeh mendengar perdebatan kecil antara Riu dan Stevan. Ia melirik ke arah tangga. "Rachel mana ma?"

"Tumben nanyain dia."

"Raksa mau ngobrol bentar."

Riu memperhatikan jaket yang Raksa kenakan itu. "Jaket geng kamu ya?" Tanya Riu tatkala melihat logo serigala di dada kiri Raksa.

"Iya ma, mama baru liat kan?" Tanyanya.

"Kaya gak asing." Gumam Riu semakin memperhatikan logo itu dengan lekat.

"Rachel di ruang TV, coba kamu cek sekalian suruh dia sarapan." Ujar Stevan.

Raksa mengangguk dan melangkah menaiki tangga. Sedangkan Riu berusaha mengingat logo itu berkali-kali karena merasa tidak asing.

"Aku kaya kenal sama logo nya Mas." Ujar Riu seraya duduk di hadapan Stevan.

Stevan meminum kopinya sejenak. "Kan itu geng punya sahabat kamu."

Riu melotot terkejut. "Gara?"

Raksa melangkah menaiki tangga, cowok itu membuka kamar Raffa dimana kamar Rachel ada di sebelahnya. Raksa membuka pintu kamar saudara kembarnya hingga ruangan rapih itu terlihat.

KANAGARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang