25. Hasil Seleksi

80.8K 6.6K 402
                                    

"Terlalu lucu jika harus mundur sebelum garis finish bahkan memulai tanpa start."

***

Keduanya saat ini sedang berada di meja kantin. Seperti biasa, dengan Alda yang memesan mie ayam dan Syabina yang memesan soto. Mereka banyak bercerita hingga Alda tak menyadari bahwa dari sedari tadi cowok itu memperhatikannya dari pojok kantin.

Bangku pojok yang bisa menginvasi siapapun yang duduk di sana agar bisa leluasa melihat siapapun dari segala penjuru kantin. Tempat mereka duduk biasanya. Tempat keenam orang itu nongkrong ketika bolos. Dengan Banu dan Gibran yang usil satu sama lain, sampai-sampai kuah bakso saja hampir dicampus es teh. Dan bagai tradisi, hanya ada satu orang yang akan tetap diam diantara mereka.

Arza mengusap wajahnya kasar. "Lo pada ngapain si?"

"Mas tolongin aku mass.." ujar Gibran sambil berusaha merebut garpu di tangan Banu.

Kenzo bergidik. "Sumpah ya Gib. Makin hari lo makin mirip dedemit." Hardik Arza.

"Gua yang model gini aja masih gak belok." Sambung Kenzo.

"Jangan sekate kate kalo speak anjir! Lakik nih gua.. LAKIK."

Banu mengambil makanan itu dengan garpunya. "Tempeh with flour and fried delicious bro."

"Gorengan goblok." Saut Arza gemas membuat Banu terkekeh pelan. Sedangkan diantara mereka yang selalu berisik hanya Raksa yang diam, dan Divel yang acuh sambil memakan baksonya mengabaikan mereka yang selalu berbebat mirip anak TK.

Raksa mendengus melihat keadaan mejanya yang rusuh. Memang tak pernah tenang jika ada Banu dan Gibran disana. Pandangannnya terfokus lagi ke arah Alda, gadis yang menghantui pikirannya selama seminggu ini.

"Jiiaaaakh liatin Alda mulu!" Seloroh Gibran menggodanya.

"Tiba-tiba cinta datang pada bos kuuu..." Senandung Kenzo menimpali.

Raksa melirik cowok itu, kemudian mendengus. Jika sudah begini, tidak aman untuk selanjutnya.

"NENG ALDA! NENG ALDA! ABANG RAKSA LIATIN KAMU NENG!"

"DARI TADI NENG.. GAK KANGEN GITU SAMA DIA?"

Sontak seluruh pasang mata menoleh ke arah meja Raksa dan Alda secara bergantian. Mereka menanti apa yang terjadi selanjutnya, karena berita tentang Raksa Kanagara yang katanya tengah berperang dingin dengan gadis bar-bar itu cukup menjadi kabar baru di seantero Padja Utama kemarin. Namun saat tatapan tajam dari Raksa terangkat, hal itu sukses membuat mereka menundukan pandangannya lagi. Cukup mengintimidasi dan menakutkan, tak akan ada yang berani sekalipun sahabatnya sendiri. Dan..

Lagi-lagi harus terkecuali Alda yang berani kepada Raksa. Alda yang selama ini berani berdebat sengit sampai Raksa hampir naik darah setiap harinya hanya gadis itu. Namun sepertinya tidak dengan kemarin dan hari ini, Alda mulai membuat jarak diantaranya, hati Raksa menjadi sedikit kosong saat tidak mendengar nada cerewet yang selalu mengusik telinganya sampai terasa gatal.

"Gua kurang kenceng apa ya teriak? Gak noleh sama sekali Bu bos." Gumam Kenzo memperhatikan punggung kecil Alda dari sana.

Arza menarik bahu Gibran dan Kenzo untuk duduk. Belum tau saja jika macan tidur di sampingnya ini menyeramkan ketika mengamuk. Terlebih Arza tidak ingin kejadian tahun lalu terulang. Kejadian di atas rooftop, dimana Divel yang habis dijadikan samsak akibat kemarahan Raksa saat itu.

Arza menghela napas dengan tingkah kedua temannya ini, sama-sama tukang rusuh dan pemancing emosi.

"Sorry Rak, peliharaan gua belum di kasih makan, makanya gini." Ucap Arza.

KANAGARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang