30. Friendzone

74.2K 6.4K 277
                                    

"Kata menyesal itu tercipta bukan karena manusia tidak sanggup, namun terlambat."

***

Suasana pagi hari di Padja Utama kali ini terasa berbeda. Tatapan Alda tak lepas dari jendela yang transparan tertuju ke arah pakiran di bawah sana. Hatinya mengeluarkan beberapa kata umpatan saat melihat dua manusia yang tengah datang dengan mesra ke area parkiran. Tebak siapa?

Ya, Rachel dengan Raksa. Meski Alda tahu Raksa dingin kepada siapapun, namun ada setitik rasa cemburu di hatinya saat melihat Rachel yang di bonceng di atas motor hitam itu. Biasanya Alda yang berada di sana, biasanya Alda yang akan mengganggu cowok itu ketika dipagi hari. Semua yang dikata biasa itu mendadak hilang saat rasa sia-sia mulai ada dalam diri Alda. Kecewa dengan hubungan mereka yang mengambang.

Jam pagi hari ini kosong. Syabina beserta Arza menghela napasnya bersamaan setelah ketua kelas mereka mengumkan alasan kenapa gurunya tidak bisa masuk.

Syabina menoleh, niatnya ia ingin duduk dan begosip seperti biasa dengan Alda. Namun tampaknya temannya itu sibuk dengan persiapan Olimpiade semester depan, terlebih persiapan PAS yang sebentar lagi membuat semua murid sibuk dengan waktunya.

Syabina cemberut, ia kembali ke posisi duduknya semula. Sedangkan Arza dan Kenzo sudah nangkring sejak tadi dengan Gibran di pojok kelas.

"Weyy.."

Mata Syabina tertarik untuk mencuri pandang saat Divel dan Banu memasuki kelas mereka. Kedatangannya disambut oleh teman-temannya di belakang.

"Jam kos?" Tanya Gibran.

"Bolos." Singkat cowok berdarah dingin itu yang langsung mengambil gitar dari tangan Harsa, seperti biasa pemiliknya selalu tidur memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin.

Divel mulai memetik gitarnya, suara merdunya mengalun terdengar nyaman, di tambah Arza yang juga ikut menyanyi.

"Genggamlah tanganku bersamaku.. Kau kan menentukan arah.." senandung Arza mengikuti petikan senar gitar itu.

"Bersama diriku yang kan selalu, menjaga, dirimu.."

Divel memang sudah memiliki image sebagai gitaris di band sekolahnya. Kerap kali cowok itu mengisi acara pensi sekolah bersama Arza. Tak heran bila cowok itu banyak di idamkan, bahkan oleh gadis yang saat ini diam-diam mengulum senyumnya ketika mendengar suara manis itu menyapa telinganya.

"Yakinkan hatimu temaniku, disetiap langkah-langkahku,"

"Ku disini, di sampingmu, ku kan selalu.. Ada untukmu.." lanjut Arza mengikuti akhirannya.

"Anjay mendefinisikan mantan!" Celetuk Banu.

"Vanya bukan?" Tanya Kenzo menyeringai geli sambil menatap Divel dan Syabina bergantian.

Dahi Syabina mengernyit. "Mantan?" Gumam gadis itu. "Emang dia punya mantan?" Desis Syabina.

Divel melirik punggung gadis itu, ia sadar sepertinya pembahasan persoalan mantan sedikit menganggunya. Cowok itu mendengus kecil, Kenzo memang ember berkedok manusia.

"Divel gamon nih Nu! Aduh." Sambung Kenzo mendramatis.

"Sama Vel! Gua juga gamon." Balas Banu yang duduk di atas meja dengan bersandar di dinding.

"Lah lo gamon sama siapa? Emang laku?"

Banu lantas menggeplak cowok itu yang kurang ajar. "Gini-gini gua laku bro!"

"Kalo di bandingin sama Raksa, jatoh harga diri lo Nu." Cibir Kenzo pedas.

Temannya pun tertawa, Divel terkekeh kecil memdengarnya. Sedangkan saat itu Syabina sudah dilanda rasa cemburunya, terngiang perkataan mereka perihal gamon. Memangnya Divel punya mantan selain anak IPS 3, Hani. Siapa lagi Vanya?

KANAGARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang