9. Di hukum

47.7K 3.2K 31
                                    

Syabina menoleh kesana kemari, mulai dari bangku Raksa, Arza, Kenzo dan Gibran.

"Apa?" tanya Alda penasaran.

"Mereka bolos? Dari pagi gua gak liat itu terong-terongan."

Alda juga terpikir akan hal itu, lalu ia mengalihkan tatapannya keluar jendela menyandarkan kepalanya seraya menatap lapangan depan. Tepat pandangannya tak sengaja menangka sosok yang ia cari dari jendela kelas di lantai dua.

"Di hukum lagi?" Tanya Syabina

Alda menatap sekumpulan murid dari kelas mereka yang tengah berlari di lapangan belakang sekolah yang luas.

Luasnya setengah dari lapangan sepak bola nasional. Satu putaran saja sudah bisa menimbulkan keringat sekujur tubuh, apalagi jika 10 putaran, persis yang cowok-cowok itu lakukan saat ini.

Dihukum lari oleh Pak Dino. Mengelilingi lapangan sebanyak 10 kali. Tak heran jika julukan guru itu adalah Dinosaurus yang melegenda, tak segan memberikan hukuman kepada muridnya, sesuai dengan gelarnya sebagai guru BK.

Dahi Alda mengernyit tatkala melihat Banu yang hanya berdiri dengan mengangkat sebelah kakinya di tengah lapang. Tidak berlari bersama Raksa yang tampak kelelahan.

"Gak ada kapoknya emang, minimal seminggu gak di hukum kayanya gak afdol deh buat mereka." Ucap Syabina merasa heran.

"Banu kenapa gak lari, Bin?" tanya Alda.

Syabina mengendikkan bahunya. "Gak tau tuh."

Alda semakin kebingungan saat melihat Raksa yang terus berlari, sedangkan sisanya diam duduk di pinggir lapang dengan napas ngos-ngosan.

"Kok-"

Syabina juga merasakan hal yang sama. "Emang Raksa ngelanggar apa lagi? Biasanya dia juga yang hukumannya paling kurang, secara dia paling pinter." Ucap Syabina.

Alda mengangguk setuju. "Itu dia Bin, jadi kasian gua sama calon pacar." Gumam Alda menatap prihatin kepada Raksa yang masih mengelilingi lapangan sendirian.

Syabina menggeleng terheran. "Kapan istigfarnya lo Al, halu mulu. Inget Tuhan kagak."

Alda menoleh tak terima. "Enak aja kalo ngomong!"

Syabina sudah tertawa berhasil usil pada sahabatnya. "Uuu.. ayang nya kecapean kacian."

"Najis! Geli!"

Bel istirahat berbunyi membuat Alda langsung antusias. Syabina yang menyaksikannya hanya bergidik.

"Akhirnya bisa nemenin dia lariii!" Pekik Alda.

"Yaudah gua mau beli air dulu Bin. Dadaaah!"

Syabina hanya menatap kepergian sahabatnya itu dengan gelengan kepala. Lalu pandangannya terfokus lagi ke arah sosok pria berkulit putih yang saat ini sudah duduk bersama teman-temannya di pinggir lapangan.

"Divel," gumamnya.

Sudut bibir Syabina terangkat. "AL TUNGGU!" Teriak Syabina menyusul Alda yang sudah berlari di koridor.

Tiga menit berlalu. Hanya waktu singkat yang Alda butuhkan untuk menerobos kerumunan kantin dengan segala usahanya untuk membeli sebotol air. Dahi Alda mengkerut saat melihat Syabina baru saja keluar dari kerumunan yang juga memegang benda yang sama di tangannya.

"Lo beli juga?" Tanya gadia itu menatap sahabatnya. Syabina hanya mengangguk.

"Tapi lo kan juga bawa air di tas lo Bin." Ucap Alda dengan nada heran, pasalnya sahabatnya ini tidak pernah absen membawa air setiap harinya. Meskipun pada akhirnya akan habis tandas di minum dua sosok tak tahu diri semacam Gibran, Kenzo dan Harsa.

KANAGARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang