65. Insiden Sore Hari

47K 4.4K 253
                                    

"Yang tampak sempurna adalah yang sebenarnya cacat."

***

Seperti biasa di hari yang sudah sore Alda masih berada di dalam kelasnya. Ia menyampirkan tas sekolahnya setelah membereskan barang-barang miliknya, sejak pagi hingga sore Alda terus berada di ruang musik dan tidak mengikuti pelajaran hari ini. Kegiatannya sibuk, apalagi besok tim nya akan melakukan gladi bersih di aula.

Dering ponselnya terdengar membuat fokusnya teralih. Senyumnya mengembang saat melihat siapa yang menelponnya.

'Raksa'

Tidak lagi harus dirinya yang menghubungi nomor cowok itu. Sekarang Raksa lah yang setiap kali akan menelponnya, entah ketika gabut atau saat Raksa rindu, ponselnya akan di datangi dering telpon atau notif pesan dari cowok itu.

Semoga saja tidak manis di awal dan pahit di akhir.

"Iya Sa?" Jawabnya pada orang di seberang telpon.

"Gua kebetulan mau ke rumah Arza, lewat jalan sekolah, mau gua jemput?" Tawarnya.

"Arah jalan sekolah? Bukannya lebih deket jalur satunya lagi?"

Keterdiaman terjadi sesaat, menyadari bahwa cowok itu sedang mencari alasan membuat Alda mengulum senyumnya.

"Ngabisin bensin, kebanyakan." Balas Raksa.

Alda terkekeh, nyatanya Raksa masih saja dengan sikap gengsinya. Enggan mengakui bahwa mereka sudah menjadi sepasang kekasih, atau Raksa hanya malu?

"Gak usah, gua pulang naik gocar aja lagian keburu sore. Tadi lo bilang mau kumpulan sama temen-temen lo, kan?" Alda berjalan ke luar kelas dengan handphone yang masih menempel di telinganya.

Suara helaan napas terdengar dari sana. "Gua mau jemput pacar gua, emangnya salah?"

Alda tertawa pelan. "Emang wajib ya pak, jemput pacarnya?"

"Katanya jemput pacar ibadah." Balas cowok itu membuat Alda mengernyit.

"Kata siapa? Ngaco banget." Ucapnya sambil menggeleng heran.

"Banu."

"Banu lo percaya?"

"Katanya pacar kan orang. Bantu orang dapet pahala. Jadi bantu pacar juga dapet, Al." Tutur nya yang lagi-lagi membuat Alda tertawa dengan pernyataan itu.

"Gak ada aturan kaya gitu."

"Buat lo gak ada yang enggak ada."

Alda menarik senyumnya sambil berjalan di lorong. Mendengar ocehan dengan nada berat dari sseberang telpon cukup membuat hatinya merasa di temani hari ini. Banyak kejutan dari seseorang yang sedang dekat dengannya. Ternyata Raksa tidak irit bicara, malah sebaliknya, Raksa sebenarnya cerewet, terlebih saat memperingatinya untuk makan, Raksa cerewetnya melebihi ibu-ibu mengomel.

"Mau gua beliin apa?"

Alda mendesah pelan. "Gua gak laper, Sa."

"Besok gua marahin si ketos, cewek gua di bikin sakit kaya gitu." Gerutu Raksa dengan nada tidak sukanya.

Alda terkekeh kecil. "Kok gitu?"

"Harus lah, kalo lo sakit yang repot lo siapa? Lo sendiri, terus gua ikutan repot." Balas sosok itu membuat Alda mendengus. Memang sebaiknya Raksa tidak di samakan dengan cowok diluaran sana.

"Semau lo Sa."

Kekehan kecil terdengar dengan suara khas yang sangat candu. "Tau gak Al?"

"Hm,"

KANAGARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang