Chapter 15

423 44 0
                                    

Xiao Zhan saat ini tengah bersiap, malam ini dia dan Fanxing akan pergi bertemu dengan seseorang yang dia sendiri tak tau seperti apa rupanya. Meskipun sejujurnya dia sangat enggan untuk pergi karena berbagai macam perasaan negatif yang menghampirinya, Xiao Zhan juga tak bisa semerta-merta menolak undangan dari seseorang yang mengaku sebagai sahabat Xiaomei dan Yifan, orang yang menyelamatkannya dan bersedia menampungnya sepuluh tahun lalu. Xiao Zhan sungguh takut jika orang yang akan mereka temui malam ini adalah benar-benar orang dalam bayangannya.

"Papa mau pergi?" Suara itu mengagetkan Xiao Zhan, menoleh melihat ternyata ZhiYan. ZhiYan berdiri di depannya, saat ini mereka berada dalam kamar Xiao Zhan, dia sengaja tidak menutup pintu.

"Iya, sayang. Papa pergi cuma sebentar, kok. Kamu dan adik-adik baik-baik di rumah ya, ada Anna jiejie yang akan menemani kalian. Sebenernya papa ingin mengajak kalian, tapi Papa sendiri gak tau acaranya berapa lama. Kalian besok sekolah kan, jadi harus tidur tepat waktu. Maafin papa gak bisa ngajak kalian, ya." Xiao Zhan memberi pengertian, ia tau apa yang dia ucapkan sebagian adalah kebohongan.

ZhiYan tersenyum lalu mengangguk, anak itu tidak berbicara apapun lagi.

"ZhiYan tau Papa bohong, tapi Papa tenang aja ZhiYan gak akan pernah marah sama kebohongan Papa apapun itu. Papa berbohong demi agar ZhiYan tidak khawatir kan, jadi ZhiYan akan memaafkannya asal Papa baik-baik saja." batin ZhiYan.

"Papa, ZhiYan bantu menata rambut Papa, ya."

Bocah sembilan tahun itu mendekat, mengambil sisir yang ada di tangan Xiao Zhan lalu merapikan rambut setengah panjang miliknya, rambut itu sebenarnya sudah ia rapikan tapi Xiao Zhan tak menolak ketika anaknya menyisir pelan rambutnya.

"Selesai."

Xiao Zhan melihat pantulan dirinya di cermin depan, tatanan rambut yang ZhiYan lakukan sebenarnya tak jauh berbeda dari yang dia lakukan beberapa waktu lalu, namun Xiao Zhan tetap senang dan memeluk anak pertamanya itu. Rambut Xiao Zhan setengah panjang, melewati lehernya yang putih dan jenjang, mungkin besok jika ada waktu dia akan mencukur rambutnya.

"Terima kasih, sayang. Papa bahagia memiliki kalian."

Xiao Zhan memeluk putranya itu, menyalurkan kasih sayang yang tak pernah putus.

****


"Mama masak banyak makanan, mau ada acara apa? Jangan bilang mama mau adain arisan di rumah?" Sosok pemuda terlihat menghampiri ibunya di dapur, memeluk dari belakang seolah mereka tak bertemu setelah sekian lama.

"Papa kamu ada tamu, anak sahabatnya mau kesini. Siapa juga yang mau ngadain arisan di rumah, mereka akan selalu heboh dengan menawarkan anak-anaknya pada mama, sungguh membosankan."

Pemuda itu tertawa mendengar ucapan ibunya, dia melepaskan pelukannya lalu beralih ke samping ibunya, berdiri melihat acara memasak sore hari itu.

"Nanti kamu ikut ngobrol juga di bawah, jangan diem aja di kamar. Mama takut nanti kamu bisa-bisa bertelur jika kelamaan di kamar, kamu ini baru tiga hari di rumah tapi kerjaan kamu diem aja di kamar."

Pemuda itu cemberut mendengar omelan ibunya, hah mamanya ini memang sesuatu.

"Mama, aku kan lagi menghabiskan masa liburanku. Nanti juga kalau aku udah sibuk kerja Mama pasti ngomel sepanjang waktu, apalagi kalau kita lagi teleponan. Aku gak pernah di rumah lah, aku terlalu sibuk lah, aku melupakan Mama lah, aku gak sayang Mama lah dan semua drama yang Mama katakan itu. Jadi, Mamaku yang tersayang, harusnya mama seneng aku diem aja di rumah."

Setelah mengatakan itu, pemuda itu pun berlari ke arah kamarnya. Mungkin ia takut dengan resiko yang ia hadapi karena menggoda ibunya.

"Anak itu, udah 25 tahun tetep aja kelakuannya." Wanita paruh baya itu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah anaknya itu.


Terlanjur Mencinta (YiZhan)Where stories live. Discover now