Chapter 18

417 47 3
                                    

"Wang Yibo, bisa gak sih bersikap biasa aja ke Xiao Zhan?"

Suara itu mengagetkan Wang Yibo, dilihatnya siapa yang datang menganggu, rupanya adik kecilnya itu yang datang, Wang Zhuocheng.

"Bisa gak tunjukkan rasa sopan santunmu, aku lebih tua darimu kalau kau tidak melupakannya."

Zhuocheng mencebik mendengar ucapan kakaknya, apa urusannya sopan santun kepada orang yang tidak pantas untuk dia beri.

"Gak usah ngalihin pembicaraan, bisa gak sih kau, tuan muda Wang Yibo yang terhormat ini bersikap biasa aja terhadap Xiao Zhan." Zhuocheng mengucapkan itu dengan nada penuh ejekan, kakaknya ini memang gila hormat, dia saja geli mengucapkan kata-kata yang dia ucapkan beberapa waktu lalu.

"Kamu jauh-jauh kesini cuma mau bilang itu? Gak penting sama sekali."

Diletakkannya pulpen yang sedang ia pegang, memundurkan kursi sedikit ke belakang, terakhir ia mencoba bersikap santai dengan menaikkan sebelah kakinya, benar-benar ciri boss sejati.

"Ini bukan perkara cuma, Ge. Bisa gak sih berhenti bersikap seperti ini?" Zhuocheng mendekat ke arah Xiao Zhan, duduk tepat di depannya.

Wang Yibo memperhatikan adiknya yang duduk di depannya, menatapnya seolah dirinya adalah musuh yang paling mengerikan di dunia. Wang Yibo nampak berpura-pura berfikir, membuat Zhuocheng tambah emosi.

"Gini, ya. Adikku tersayang, Gege-mu ini rasa sikap Gege udah biasa aja, darimana coba terlihat berlebihan. Coba kamu pikirkan, bukannya dari dulu juga kaya gini, kan? Gak ada yang berbeda sama sekali. Biasa aja yang kamu bicarakan itu sudah Gege-mu ini lakukan. Lagian, kamu baru bertemu sekali aja udah over kaya gini, aku yang empat kali ketemu bolak-balik aja biasa aja."

Wang Yibo berdiri, berjalan ke arah jendela kaca yang menampilkan pemandangan kota Beijing yang penuh sesak. Pandangan matanya menerawang entah kemana, jauh di dalam dirinya merasa ada sesuatu yang salah tapi Wang Yibo tak tau apa itu.

"Justru karena sifatmu yang seperti ini yang membuat orang sakit hati, Ge. Kamu tau apa yang aku maksud tapi kamu pura-luea tak memperdulikannya."

Zhuocheng berjalan mendekat, kini mereka berdampingan. Dua kakak beradik itu beradu pada pemikirannya masing-masing, menyisakan keheningan selama beberapa saat. Wang Yibo merasa adiknya terlalu mencampuri urusannya, ia tidak suka orang lain masuk ke dalam hidupnya. Siapapun itu, termasuk keluarganya sekalipun.

"Jangan sok tau, kamu tidak tau apa-apa tentangku."

Zhuocheng memandang kakaknya sebentar sebelum kembali melihat pemandangan kota Beijing yang sebenarnya tak menarik itu.

"Aku bukan sok tau, aku memang tau apa yang sebenarnya terjadi. Aku tau apa yang kamu sembunyikan, Ge. Aku tau apa rahasiamu sepuluh tahun yang lalu. Aku tau semuanya dan jangan pernah berfikir kalau aku akan diam saja setelah apa yang kau lakukan kali ini," ucap Zhuocheng santai namun penuh ketegasan.

Wang Yibo sempat merasa terkejut, namun dengan cepat ia menetralkan rasa terkejutnya. Namun, Zhuocheng melihat itu semua. Dia tersenyum miris melihat kakaknya seperti ini.

Sepuluh tahun yang lalu dia tidak bisa melakukan apa-apa, dia hanya remaja lima belas tahun saat itu, namun sekarang Zhuocheng bertekad tak akan pernah membiarkan hal itu terulang kembali, tidak selama dia ada di sini.

"Jadi orang jangan sok tau."

Zhuocheng mendekat, sedikit berjinjit karena memang lebih tinggi Wang Yibo dibanding dirinya. Zhuocheng mulai membisikkan sesuatu yang membuat tubuh Wang Yibo membeku saat mendengarnya.

"Bagaimana bisa dia mengetahuinya?" batin Wang Yibo masih terkejut.

Zhuocheng menatap kakaknya yang membatu di sampingnya, dia hanya tersenyum sebelum pergi meninggalkan ruangan kakaknya. Pergi entah kemana, mungkin mengunjungi teman lama akan membuat pikirannya tenang.

Terlanjur Mencinta (YiZhan)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ