ALGORITMA • 55

30K 1.1K 98
                                        

Cameron berbaring di atas ranjangnya sembari menatap langit-langit kamarnya

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou mettre en ligne une autre image.

Cameron berbaring di atas ranjangnya sembari menatap langit-langit kamarnya. Jika tau akan seperti tadi, seharusnya ia melakukan ini sejak lama. Handphone Cameron berbunyi, ia kemudian mengangkat benda persegi itu.

"Sean?" Gumam Cameron, saat melihat nama yang tertera di sana. Laki-laki itu kemudian menjawab telefon dari salah satu anggota Asteroid.

"Ron, malam ini ada balapan di tempat biasa." Ucap Sean dari seberang telepon sana. "Ikut nggak? Juara satu, 10 juta, juara dua 6 juta, juara tiga dua." Jelas laki-laki itu.

"Jam berapa?" Tanya Cameron.

"Jam sebelas." Jawab Sean. Cameron lalu menjauhkan handphonenya dan nelihat jam yang berada di sana, sekarang baru menunjukkan pukul 21.00.

"Oke," putus Cameron.

"Nanti gue isiin formulirnya, udah ada di gue nih."

"Oke."

Setelah itu, sambungan telefon keduanya terputus. Cameron beranjak, ia hendak keluar kamar, namun handphonenya kembali berbunyi. Tanpa melihat siapa orangnya, Cameron langsung menjawab telfon itu.

"Apalagi?"

"Apalagi?" Ucapan berulang itu membuat Cameron menjauhkan handphonenya dari telinganya. Ia melotot saat melihat kontak dengan tulisan 'my girl' disana.

"Ng... Nggak, aku kira Sean. Maaf sayang." Ujar Cameron, ia meringis sendiri ketika mendengar Caramel misuh-misuh di seberang telepon sana. "Tumben nelfon, kenapa?" Tanya laki-laki itu.

"Karna kamu udah nyuruh aku bohong, kamu harus beliin aku durian Medan." Tutur Caramel.

"Durian Medan?" Gumam Cameron, namun masih dapat di dengar oleh Caramel di seberang sana.

"Iya, belinya di Medan."

"APA!"

"Apa sih teriak-teriak, telinga aku sakit."

Cameron menelan salivanya. "Maaf sayang, tapi... Tapi nggak di Medan juga ayy." Cameron tak habis pikir jika, ia ke Medan hanya untuk membeli durian.

"Yaudah, aku aja yang telepon Kalandra."

Cameron melototkan matanya. "Ehhh! Berani kamu? Mau aku bikin Kalandra masuk rumah sakit?"

"Nggak jadi, pokoknya beliin aku durian M.E.D.A.N!" Tutur Caramel, sembari menekan kata terkahirnya.

"Tapi sa—"

Tuttt... Tuttt....

Panggilan telepon itu terputus, Cameron menatap handphonenya. Gadis itu mematikan telfonnya lebih dulu, Cameron menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Jauh amat di Medan." Laki-laki itu memasukkan handphonenya di saku celananya dan keluar dari dalam kamar. Cameron menuruni tangga menuju lantai satu, terlihat ada kedua orangtuanya, granpa, grandma, Arana, Vincent suami Arana, dan Alona yang sedang bermain dengan Caesar.

ALGORITMA 3 : GALAKSA ASTEROID ✓Où les histoires vivent. Découvrez maintenant