New Version!!!
Cameron King Galaksa, leader dari geng motor generasi ke-3 yang ditakuti seantero sekolah. Apalagi jika bukan Asteroid. Satu sekolah menyebutnya dengan 'kulkas berjalan' laki-laki yang mempunyai hobby futsal dan basket itu kerap terli...
Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.
Setelah 23 jam lamanya Caramel merasakan sakit luar biasa dengan ketuban yang pecah, akhirnya disinilah ia berada, di dalam ruangan bersalin. Cameron turut ikut masuk ke dalam, atas permintaan Dokter.
Emppp....
Emppp.....
"Iya, terus menganjen seperti itu." Suara Dokter terdengar. "Tarik nafas, hembuskan, dan menganjen lagi."
Eumppp.....
"Ya, lagi."
Cameron ikut meringis, bahkan laki-laki berkeringat karena tak tahan mendengar suara Caramel dan tangannya di pegang kuat olehnya seakan itu adalah pegangan yang kokoh.
Huhh... Huhh....
Eumppp.....
Caramel menganjen dengan kuat, rasa sakit luar biasa dirasakannya seperti ingin mati saat itu juga.
"Kamu bisa sayang." Cameron membisikan kata-kata itu, laki-laki itu merapalkan doa agar ibu dan anak selamat. "Aduhh!" Cameron meringis, ketika tangan Caramel beralih menarik rambutnya.
Eumppp.....
"Sedikit lagi, ayo. Kepalanya sudah terlihat."
Emppp....
Hemmmppp...
"Cameron!! Harusnya kamu yang ngelahirin."
Arghhh....
Oekkk.... Oekkk....
Bersamaan dengan ganjenan keras Caramel, suara tangisan bayi langsung terdengar. Malam itu, bayi perempuan sehat dan cantik telah lahir, Caramel langsung menangis haru, melahirkan sesakit itu apalagi sempat kesusahan tadi. Cameron menitikkan air matanya, ia mencium kening Caramel. "Udah lahir."
Caramel menganggukkan kepalanya, ketika bayi yang masih merah itu berada dipelukannya.
Oekkk.... Oekkk....
"Kami akan membersihkan bayinya," salah satu perawat mengambil bayi itu lalu membersihkannya. Mereka juga membersihkan Caramel.
Dokter menghampiri Cameron. "Sentuhan pertama untuk ayahnya," tutur Dokter itu sembari memberikan bayi itu pada Cameron.
Cameron mengambil bayi itu dengan hati-hati takut menjatuhkannya, jantung laki-laki itu hampir saja melompat karena sentuhan tangan kecil itu di dadanya.
Oekkk... Oekkk....
"Tidak apa-apa, itu hal yang wajar." Dokter itu tersenyum, ketika melihat raut wajah kebingungan dari Cameron. Kembali laki-laki itu menitikkan air matanya, ia kehilangan kata-kata sekarang.
Di luar sana, keluarga Cameron tengah berbahagia, begitupula dengan teman-teman Cameron dan Caramel.