Pras?

1.7K 109 0
                                    

"Tapi, anda nggak apa-apa ngajak saya?" Tamara sedang memastikan bahwa tidak akan ada yang marah dengannya apabila dia menemani Pras untuk menghadiri acara penting teman atasannya tersebut.

Pras menaikkan sebelah alisnya mencoba memahami maksud Tamara.

"Emm..." Tamara bergumam. "Maksud saya, takutnya kekasih anda marah kalau tahu saya yang datang ke sana dengan anda, saya nggak enak, Pak." Tamara tersenyum canggung.

"Jadi, maksudnya kamu sebenarnya menolak ajakan saya, begitu?" Pras malah salah sangka dengan Tamara.

"Eh? Bukan begitu, Pak." Tamara menggelengkan kepalanya cepat. "Maksud saya, nggak enak kalau ternyata anda punya pacar, apalagi saya hanya karyawan anda. Takutnya nanti jadi omongan orang, Pak," jelas Tamara.

"Saya nggak punya pacar dan saya memang sedang mulai untuk mendekati seorang gadis. Tapi belum jelas juga hubungan kami akan seperti apa. Jadi, kamu tenang saja! Lagipula kenapa kita harus memikirkan omongan orang yang sebenarnya tidak penting dan hanya sekedar gosip?" Pras menatap Tamara tanpa berkedip.

Tamara mengangguk paham karena Tamara sebenarnya takut kalau dia menolak maka Pras akan marah kepadanya. "Baik, Pak," jawab Tamara kemudian.

***

Tamara terlihat sedang mengemasi barang-barangnya. Dia sudah membuat Gangga menunggu setengah jam di basement kantornya. Gadis itu kemudian berjalan cepat keluar ruangan. Tamara menuju lift yang berada di ujung lorong lantai tertinggi di gedung tersebut.

Tidak menunggu lama, pintu lift terbuka. Tamara segera masuk ke dalam lift yang akan membawanya menuju ke basement.

"Gangga pasti bakal ngomel, nih!" gumam Tamara sambil melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul setengah sembilan malam.

Tamara segera menghampiri mobil Gangga begitu sampai di basement. Gadis itu sedikit berlari supaya cepat sampai. Dia lelah sekali seharian ini. Dia ingin merebahkan diri di ranjang kosannya namun dia tidak sampai hati jika harus membatalkan janjinya untuk menemani Gangga makan malam ini.

"Lo lama bener, deh!" decak Gangga begitu Tamara sampai dan masuk ke dalam mobilnya.

"Sorry! Tadi gue harus bikin laporan meeting tadi sore." Tamara nampak memakai sabuk pengaman dengan nafas ngos-ngosan.

"Lo kerja apa dikerjain, sih?" Gangga masih mendumel sambil melajukan mobilnya.

"Ya kerjalah! Gue butuh duit kalau lo lupa," sahut Tamara cepat.

"Bos lo nggak punya bini apa gimana? Jam segini bikin lo lembur sama dia," Gangga masih kesal karena jamnya bersama Tamara menjadi terkikis.

"Dia single," jawab Tamara singkat.

"Pantesan!" sahut Gangga.

"Ga." Tamara menatap Gangga karena ingin mengatakan sesuatu.

"Kenapa?" Gangga melirik Tamara sebentar kemudian kembali fokus pada kemudinya.

"Gue..." Tamara ingin mengatakan sesuatu namun tidak jadi.

"Lo kenapa?" Gangga menunggu ucapan Tamara selanjutnya.

"Nggak apa-apa. Oh ya, kita mau kemana?" Tamara mengalihkan pembicaraan.

"Gimana, sih! Kok nggak jadi?" ucap Gangga. "Kita mau nonton, tadi gue ambil yang midnight. Mau nggak mau, soalnya lo lembur tadi," jawab Gangga.

"Lo bayarin gue nonton malam ini?" Mata Tamara yang semula nampak sayu karena seharian lelah bekerja tiba-tiba berubah menjadi berbinar.

"Hm! Gue yang ngajak." Gangga tersenyum.

TerberaiWhere stories live. Discover now