Hidup Orang Lain Lebih Menarik

708 48 4
                                    

Tamara mematung sejenak dengan mata memerah. Dia terbelalak setelah beberapa detik Gangga pergi dari sana. Tamara melangkahkan kakinya dengan sedikit berlari menyusul Gangga.

"Gangga!" Tamara menahan tangan Gangga.

Gangga berbalik. "Ada apa?" wajah datarnya mampu membuat jantung Tamara terasa perih.

Tamara tersenyum. "Gue yang salah karena nggak bilang-bilang sama lo. Maaf, Ga. Lo tahu, kan? Lo tetap sahabat terbaik gue." Tamara menepuk bahu Gangga pelan.

Gangga mengangguk dan tersenyum. "Hm, gue balik dulu, ada janji sama orang," kata Gangga berbohong.

Laki-laki itu ke kantor Tamara ingin mengajak gadis itu makan siang bersama. Namun, karena berita yang sudah menghancurkan niatnya dan juga hatinya, pria itu memilih beranjak pergi dari kantor Tamara dengan perasaan yang tidak menentu.

Tamara mengangguk dan mengucapkan kalimat yang malah membuat Gangga semakin hancur. "Lo harus tahu kalau gue sayang sama lo karena lo udah seperti kakak gue. Urusan gue cinta sama calon suami gue atau enggak, gue bisa jawab kalau gue udah mulai cinta sama dia." Tamara tersenyum. "Jadi lo nggak perlu cemas karena gue pasti akan baik-baik aja. Hati-hati di jalan, ya, Ga!" ucap gadis itu.

Gangga membisu. Pria itu kemudian menganggukkan kepalanya sambil mengembangkan senyum dengan setengah hatinya. Dia kemudian beranjak pergi dari sana tanpa menoleh ke belakang lagi.

Hatinya patah. Bahkan dirinya belum sempat menyatakan perasaannya kepada Tamara. Perasaannya kepada Tamara muncul sudah sejak lama. Gangga akan kehilangan Tamara. Pria itu tidak tahu bagaimana hidupnya nanti. Dia bahkan betah menyendiri karena Tamara.

"Gue menolak banyak wanita yang mendekat karena lo, Ras," batinnya dengan mata yang lambat laun berubah memerah.

Selama ini Gangga cukup tenang untuk tidak gegabah dengan perasaannya karena dia pikir Tamara belum terpikirkan untuk mempunyai seorang pacar. Tapi ternyata dirinya salah, Tamara malah langsung akan menikah satu bulan dari sekarang.

Gangga kembali memukul kemudinya dengan keras. Dia mengumpat namun rasa di dadanya tidak kunjung membaik.

"Brengsek!" Gangga mengumpat.

Gangga tidak tahu alasan pasti Tamara dan bos gadis itu menikah karena Tamara tetap tidak mau menjelaskan kenapa mereka akan menikah dengan tiba-tiba seperti ini. Gangga terdiam dengan pandangan lurus ke depan.

Dia menghela napas selama beberapa kali demi menghalau segala perasaan sedih, kecewa dan sakit yang terus berdatangan.

"Oke, apapun alasan lo, gue nggak bisa ikut campur, kan? Selamat, ya, Ras! Gue ikut senang dan sorry kalau sikap gue bikin lo kesal." Gangga memaksakan senyumnya.

Monolog yang dia ciptakan sendiri bahkan terdengar begitu menyesakkan di telinga Gangga sendiri. Laki-laki itu kemudian mengemudikan mobilnya meninggalkan parkiran kantor Tamara.

***

Tamara sedang berada di dalam mobil Pras. Pria itu sudah mengatakan rencana lamaran dan pernikahan kepada orang tuanya. Pras tidak mau menunggu lama, jadi dia dan Tamara ingin menikah satu bulan lagi dari sekarang. Sejauh ini semuanya berjalan lancar. Tamara dan Pras memakai jasa Wedding Organizer untuk membantu mereka mempersiapkan pernikahan yang mereka inginkan.

"Mau mampir, nggak?" Tamara membuka seatbelt-nya ketika mobil Pras sudah berhenti di depan gerbang kosannya.

"Enggak. Aku ada urusan lain setelah ini, jadi aku langsung pergi aja." Pras menatap Tamara dengan tenang.

Tamara mengangguk dan segera keluar dari mobil Pras. Pria itu langsung pergi menuju tempat yang sudah di tentukan oleh seseorang yang masih mengisi hatinya sampai sekarang.

TerberaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang