Aku Senang Karena Kamu Ada Di Sini

1.6K 105 3
                                    

Hai! Ada yang kangen dengan Pras dan Tamara?

Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih untuk kalian yang tetap setia datang ke lapak saya dan membaca terberai, jujur itu adalah hal yang membuat saya semakin bersemangat.

Dan saya berharap semoga hari kalian menyenangkan!


________________________________________________________________________________

Tamara kembali ke ruangan suaminya setelah makan siang. Dia berdiri di depan pintu dengan pandangan mengarah ke ranjang suaminya. Melly sudah ada di samping ranjang Pras dengan baju pasien yang masih ia pakai. Pras nampaknya sedikit terkejut dengan kedatangan istrinya.

Dia yang sedang bersandar ke belakang dengan punggung yang diganjak bantal, langsung menegakkan badan. Pras lega, hatinya sangat lega karena Tamara kembali ke hadapannya. Dia pikir istrinya tidak mau menemaninya yang sedang sakit di sana. Pras mengulas senyum manis dan mengulurkan tangannya.

"Sini!" ucapnya dengan wajah yang tiba-tiba berubah cerah.

Tamara mengangguk dan ikut tersenyum. Dia berjalan mendekati sang suami dan duduk di pinggiran ranjang. Sementara Melly, wanita itu terlihat menatap Pras dan juga Tamara dengan pandangan datar. Dia tidak menyukai sikap Pras kepada Tamara yang terang-terangan pria itu tunjukkan di depan Melly.

Bahkan Melly sampai lupa bahwa dia sama sekali tidak menyapa Tamara sejak wanita itu hadir di ruang perawatan Pras. Tamara merasakan sikap Melly yang berbeda kepadanya. Dia sama sekali tidak tersenyum dan malah sibuk menatap Tamara dan juga suaminya. Padahal ketika Tamara baru saja membuka pintu ruangan tersebut, dia masih bisa mendengar suara tawa Melly.

"Ada apa? Apa lo merasa pusing?" tanya Tamara terlihat cemas.

Melly mengerjapkan matanya. Dia cukup terkejut dan baru sadar jika sikapnya mungkin membuat Tamara bertanya-tanya. Melly memaksakan senyumnya dan menggelengkan kepala pelan.

"Ah! Gue baik-baik aja! Mungkin sebaiknya gue kembali ke ruangan, gue khawatir perawat bingung nyari pasiennya," ucap Melly sambil terkekeh.

Tamara tersenyum dan ikut tertawa. "Ya! Apa perlu gue antar sampai ruang perawatan lo?" tanya Tamara.

Melly yang sudah berdiri dengan cepat menggelengkan kepalanya. "Nggak perlu! Pak Pras membutuhkan istrinya di sini, iya kan, Pak?" Melly yang sebelumnya menatap Tamara kemudian mengalihkan perhatiannya kepada Pras.

Pras mengangguk dan memaksakan senyuman di bibirnya. "Ya, kamu benar, Mel, saya membutuhkan istri saya di sini," jawab Pras.

Rahang Melly sudah menguat ketika mendengar kalimat menohok itu. Padahal ekspresi dan nada bicara Pras terdengar biasa saja. Namun justru karena Pras terlihat sangat tenang, Melly menjadi merasa bahwa Pras memang sudah jatuh cinta kepada Tamara.

"Baiklah! Saya permisi, Pak Pras!" ucap Melly sedikit membungkukkan tubuhnya di hadapan Pras dan pria itu hanya menanggapinya dengan senyuman dan anggukan kepala. "Gue pergi dulu, ya!" lanjutnya sambil menepuk bahu Tamara.

"Hmm! Hati-hati ya, Mel!" ucap Tamara.

Melly kemudian melangkah pergi dari sana. Dia berjalan menyusuri koridor rumah sakit yang terasa dingin dan menyakitkan. Senyum wanita itu hilang dengan kedua tangan terkepal kuat di samping tubuhnya. Melly butuh melampiaskan amarahnya tapi bagaimana caranya?

Dia kemudian menghubungi seseorang melalui pesan singkat yang langsung ia kirimkan tanpa banyak berpikir lagi. Melly sedang hilang akal.

"Gue butuh lo, datang malam ini ke apartemen gue, bisa?"

Melly kemudian mengganggam ponselnya dan berjalan lurus ke ruangannya. Dia ingin pulang sore ini, dia butuh sesuatu yang bisa membuatnya sedikit lupa tentang Pras. Pria itu masih sama seperti dulu. Sangat sulit digoda jika sudah jatuh hati pada seorang wanita. Melly kesal sekali hari ini.

Di ruangan Pras, Tamara sedang mengupas jeruk untuk Pras. Pria itu baru makan dan Tamara sangat heran karena Pras makan dengan sangat lahap. Tamara meletakkan buah jeruk yang siap di makan ke atas piring kecil dan meletakkannya di hadapan Pras.

"Apa rasanya enak?" tanya Tamara.

Pras mendongak dan menatap Tamara. Dia tersenyum dan menganggukkan kepala.

"Ya! Apa kamu ingin mencobanya?" Pras menyodorkan sendok yang berisi sup ayam.

Tamara menatap sendok tersebut dengan dahi berkerut. "Enggak! Buat kamu aja, makan yang banyak supaya cepat sembuh," kata Tamara.

Pras tersenyum dan mengangguk. Dia kembali memakan makanannya dengan perasaan senang. Setidaknya Pras ingin bersyukur karena Tamara gagal bertemu dengan Gangga pagi tadi. Meskipun dia harus sakit seperti ini tapi entah kenapa Pras malah merasa semuanya sudah benar sekarang.

"Udah habis," ucap Pras sambil menumpuk piring yang telah kosong.

Tamara segera beranjak berdiri dan meraih gelas air minum pria itu. "Minum yang banyak supaya nggak dehidrasi!" ucap Tamara.

Pras mengangguk patuh. Dia meminum air putih di dalam gelas sampai setengahnya dan memberikan gelas tersebut kepada Tamara.

"Terima kasih!" ucap Pras tulus.

Tamara tersenyum dan mengangguk. "Sekarang, ayo makan buah!" Tamara menyingkiran nampan berisi piring kotor dari hadapan Pras.

Pria itu mengabil sepotong buah jeruk dan memakannya sambil terkekeh pelan. Tamara kembali duduk di depan Pras dan menatap wajah pria itu dengan heran.

"Ada apa?" tanyanya.

"Enggak! Aku hanya senang karena kamu ada di sini dan melayaniku dengan baik. Terima kasih karena lebih memilih menjagaku di rumah sakit daripada bertemu dengan Gangga," jawab Pras.

Tamara menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga dan menunduk dalam. Tatapan Pras yang terlihat sangat lembut membuat jantungnya berdetak tidak normal. Tamara hanya mengangguk tanpa mengeluarkan kalimat apapun.

"Dan mengenai kejadian tadi pagi, aku sangat serius, Tamara," ucap Pras,

Tamara mendongak. Matanya bertemu dengan manik kelam sang suami. Dia meneguk ludah dengan kepayahan. Tamara bisa saja tenggelam ke dalamnya kalau dia tidak ingat bahwa Pras berselingkuh di belakangnya.

"Kita lupakan aja, Mas!" ucap Tamara.

Pras meletakkan jeruk yang tersisa setengah dan menatap istrinya dengan tatapan sendunya. "Kenapa? Apa kamu nggak percaya kalau aku udah jatuh cinta sama kamu?" tanya Pras.

Tamara menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Sebaiknya kita nggak membahas masalah ini di sini, kamu sedang sakit, Mas. Kita harus fokus pada kesembuhanmu," jawab wanita cantik itu.

"Tapi..." Pras seperti tidak terima.

"Ayolah! Kamu sedang sakit dan aku nggak mau kamu terlalu banyak pikiran, kamu harus sehat lagi dan kita bisa kembali membahas masalah tadi pagi," sahut Tamara dengan cepat.

Pras mengusap wajahnya dan menghela napas panjang. Dia hanya bisa pasrah dan mengangguk lesu. Bagaimanapun Tamara juga berhak memutuskan. Wanita itu juga memiliki ego yang sama dengannya saat ini. Pras tidak ingin memaksa istrinya jika dia memang tidak mau.

"Malam ini, kamu sebaiknya pulang ke rumah. Aku takut kamu capek," ujar Pras saat Tamara baru saja duduk di atas sofa.

"Kenapa?" Tamara menaikkan satu alisnya tinggi.

Pras yang kini sudah kembali berbaring menatap wajah istrinya. "Aku takut kalau kecapekan. Kamu dan anak kita, kalian juga perlu istirahat," ucap Pras.

Rasa hangat menjalari dada Tamara. Wanita itu mengulus senyumnya. Dia sangat suka sikap Pras ketika pria itu memberikan perhatian kepadanya. Tamara menggelengkan kepalanya.

"Aku mau di sini sama kamu, kalau kamu risih, kamu bilang sama aku. Aku juga akan mendengarkan keluh kesahmu tentang aku, semampuku, Mas."

TerberaiWhere stories live. Discover now