Wanita Lemah

745 63 2
                                    

Hai! maaf banget saya hiatus lumayan lama huhu 

Terberai kembali update ya :)

Terima kasih untuk semua support yang sudah kalian berikan :)

Enjoy! 

_____________________________________________________________________________

Tamara menghembuskan napas lelah. Jam di dinding rumahnya sudah menunjukkan pukul sebelas malam ketika dia menginjak lantai rumahnya. Wanita itu memilih menuruti ucapan suaminya. Pras memang terlihat khawatir dengan kondisi Tamara. Pria itu takut istrinya kelelahan.

Namun, ada yang masih membuat hati Tamara terasa ganjal. Dari sekian banyak mantan kekasih suaminya, Pras hanya bercerita tentang Karin. Sia-sia saja usaha Tamara untuk mencari tahu siapa cinta pertama pria itu. Sepertinya Pras memang tidak mau membuka hal tersebut meski kepada istrinya sendiri.

Wanita hamil itu berjalan menuju ke kamarnya. "Mas Pras beneran nggak mau terbuka sama gue," katanya sambil mendesah.

Di tempat lain, pria dengan kaos berwarna hitam dan topi berwarna putih itu nampak berdiri di depan sebuah pintu apartemen seseorang. Dia sedikit menundukkan kepalanya dan matanya melirik kea rah cctv yang ada di sebelah kiri atas lorong apartemen. Dia terlihat berhati-hati dalam bertindak.

Setelah dia rasa aman, tangannya bergerak mengetuk pintu di depannya. Hanya membutuhkan tiga kali ketukan dan sang penghuni apartemen nampak membuka pintu. Pria itu masuk dan segera berjalan dengan tenang sambil melepaskan topi atas kepalanya. Dia duduk dan memandang wanita yang kini berdiri di depannya dengan tangan bersedekap.

"Ada apa?" tanyanya.

"Gue butuh bantuan dari lo," jawab wanita itu.

"Bantuan apa? Gue udah lakukan tugas gue sebisanya, Mel." Pria itu nampak mengerutkan wajahnya mendengar ucapan Melly.

Melly mendesah berat. Dia duduk di sofa yang ada di seberang Gangga. Wanita itu nampak memejamkan mata sejenak, seolah-olah masalah yang ia hadapi adalah sebuah bencana besar.

"Pras kayaknya udah mulai jatuh cinta sama istrinya, Ga. Dia bahkan nggak lagi mau gue sentuh," ucap Melly dengan nada frustasi.

Gangga terdiam. Matanya beralih menatap jendela besar yang ada di sana. Jantungnya berdentam tidak karuan.

"Bukannya lo udah ahli buat goda Pras?" Gangga masih terlihat tenang.

Melly menggeleng. "Bahkan gue divonis punya kista di rahim sekalipun, Pras kayaknya nggak semudah itu luluh dan bertahan di sisi gue." Melly terlihat menggigit bibirnya dengan mata yang lurus menatap ke arah Gangga.

"Lalu, apa rencana lo selanjutnya?" tanya Gangga.

Melly diam dan menunduk. "Gue nggak tahu. Dia bilang kalau gue sebaiknya menjauh karena dia udah meminta Tamara untuk nunggu dia. Padahal gue udah bilang kalau gue nggak mau operasi kalau dia pergi dari sisi gue." Melly terkekeh pelan. "Gue segila itu, Ga."

Gangga ikut terkekeh dan memijit pelipisnya sejenak. "Ya, lo emang gila. Gue bahkan bisa ingat dengan baik kalau lo bahkan nggak pernah benar-benar mencintai almarhum Kak Gilang." Seketika suasana di ruangan itu terasa berbeda.

Seperti ditampar oleh kenyataan pahit yang pernah susah payah ia hadapi. Melly tercengang mendengar kalimat spontan Gangga yang benar-benar menyinggung perasaannya sebagai mantan kekasih Gilang.

"Lo nggak tahu apa-apa tentang hati gue, Ga! Lo bahkan nggak ngerti gimana hancurnya gue waktu Gilang pergi tanpa pamit!" Mata wanita itu sudah nampak berkaca-kaca.

Dia menegakkan tubuhnya dan menatap Gangga dengan mata yang berubah nyalang. Kedua tangannya terkepal kuat di samping tubuhnya yang terasa kaku dan sulit untuk digerakkan. Padahal dia sangat ingin menampar wajah tampan Gangga.

"Gue rasa kita berdua nggak perlu banyak ngobrol basa-basi kayak gini lagi. Lo cukup goda Pras dengan semua hal yang lo punya. Sisanya, lo bisa serahkan ke gue." Gangga sama sekali tidak merasa bersalah dengan apa yang baru saja ia katakan kepada Melly.

Melly memicingkan matanya. Pikirannya berkelana dan seketika dia melebarkan matanya dengan bibir yang sedikit terbuka. Dia menggeleng tak percaya dengan apa yang baru saja ia simpulkan di dalam kepalanya sendiri.

"Maksud lo?" tanyanya kepada Gangga untuk memastikan.

Gangga terkekeh sinis. "Bukannya lo udah banyak pengalaman?"

Melly mulai tidak sabar. Dia berdiri dan menunjuk wajah Gangga ketika dia tahu apa yang dimaksud oleh pria yang sampai detik itu masih bisa duduk dengan wajah tenangnya.

"Jangan sembarangan bicara! Gue nggak akan menyodorkan tubuh gue untuk Pras!" katanya dengan nada penuh penekanan.

"Kenapa? Kak Gilang bahkan lo tawarin secara cuma-cuma. Lakukan hal yang sama ke Pras dan lo bisa dapatin dia. Urusan Tamara biar gue yang handle."

Melly hanya mampu diam dengan harga diri yang terkoyak. Kedua tangannya masih setia terkepal. Dengan mata yang mengikuti gerakan Gangga. Pria itu berdiri dan memakai kembali topi yang ia bawa. Gangga bergegas pergi dari apartemen Melly.

"Gue cuma tidur dengan Gilang! Jangan pernah berpikir kalau gue akan dengan mudah memberikan kehormatan gue ke Pras atau pria lain! Gue masih waras, Ga!" teriak Melly yang membuat Gangga berhenti tepat ketika tangannya sudah memegang gagang pintu.

Pria itu tersenyum miring kemudian berbalik badan untuk melihat seperti apa wajah wanita yang dia pikir sudah membuat Gilang meregang nyawa sendirian. Melly berjalan pelan ke arah Gangga dengan napas memburu dan dada berdebar kencang.

"Gue dan Gilang memiliki hubungan yang jelas. Sedangkan gue dan Pras? Kami hanya sekedar cuplikan masa lalu yang kembali bertemu karena lo!" Melly nampak marah.

"Dan lo kembali jatuh cinta sama Pras?" Gangga tersenyum licik.

Mata Melly terpejam dengan bibir yang tidak sanggup ia gerakkan. Gangga memang pria yang cerdas dan mampu memberikan serangan yang tidak akan bisa Melly hindari. Melly benci pria di depannya itu. Hanya saja, dia tidak bisa lepas tanggung jawab.

"Kenapa nggak jawab? Lo cinta sama Pras, kan?!" Gangga sedikit menaikkan nada bicaranya.

Melly mengangguk dan terkekeh pelan. Air mata turun dari matanya yang sejak tadi memang sudah terlihat sangat sendu. Pipinya basah hanya dalam hitungan detik. Perasaannya campur aduk dan dia tidak bisa berbuat apa-apa.

"Kalau lo cinta sama Pras, lo harus lanjutkan rencana kita! Ingat janji yang udah lo katakan ke gue dulu!" Mata Gangga terlihat menyala.

Setelah itu, pria itu benar-benar meninggalkan apartemen Melly. Wanita berparas cantik itu meluruh ke lantai dengan tangis yang tidak bisa ia tahan lagi. Suaranya terdengar menyedihkan. Dia memeluk tubuhnya sendiri dengan kepala yang tiba-tiba terasa berat. Masalahnya tidak akan selesai jika dia berhenti dan memilih menghilang.

Tapi, dia juga bertanya-tanya di dalam hati, siapa yang kuat jika menjadi dirinya? Melly menangis meraung dengan mata menatap pintu apartemen yang sudah tertutup rapat. Kilasan masa lalu kembali bergulir dengan cepat di dalam kepalanya. Dia berteriak histeris dengan kedua tangan menutup telinga.

Sedangkan Gangga kini sudah mengemudikan mobilnya membelah jalanan kota. Dia menelan ludahnya beberapa kali. Dan dengan penuh emosi, pria itu memukul kemudinya sendiri.

"Brengsek! Semuanya brengsek!" teriaknya kalap. "Kenapa gue percaya kalau Melly bisa bantuin gue? Seharusnya gue udah tahu, dari dulu dia emang cuma wanita lemah nggak berguna!" lanjutnya dengan mata memerah.

TerberaiWo Geschichten leben. Entdecke jetzt