Aturan Permainan

853 62 1
                                    

Follow akun wattpad penulis dulu ya guys sebagai bentuk apresiasi kalian kepada karya penulis :)

Btw, jangan lupa berikan vote kalian seperti biasanya biar penulis semakin semangat update :)

Selamat membaca!

________________________________________________________________________________

Tamara terbangun ketika jam di dinding menunjukkan pukul lima pagi. Wanita itu mengerutkan keningnya dalam seraya memegang perutnya. Dengan gerakan cepat, dia segera beranjak dari ranjang sambil menyingkirkan tangan suaminya. Ya, Tamara menahan rasa marahnya karena malam itu di mana Pras pulang ke rumah pagi-pagi sekali.

Pras memberikan cokelat dan juga es krim untuknya. Tamara akhirnya luluh juga hanya dengan rayuan kecil yang diberikan oleh Pras. Setelah hari demi hari berlalu, Tamara dan Pras menjalani semuanya seperti biasanya.

Hoeeekkk... hoeekkk!

Pras membuka matanya. Dia meraba ranjang di sampingnya. Kosong. Pria itu segera beranjak dan menatap pintu kamar mandi.

"Tamara?" gumamnya pelan.

Pras berjalan dengan cepat ke kamar mandi yang pintunya tidak ditutup oleh Tamara. Pras menemukan istrinya sedang duduk di lantai dengan wajah tepat di depan toilet duduk.

"Kamu kenapa?" tanya Pras mendekat.

"Aku mual," jawab Tamara dengan suara lemas.

Tamara kembali memuntahkan isi perutnya. Pras dengan sigap memijat tengkuk Tamara. Pria itu menahan napas kala Tamara mendongak dengan air mata yang sudah meluncur tanpa bisa di cegah. Bibirnya pucat pasi sedangkan tubuhnya terasa tidak bertenaga.

"Apa sudah lebih baik?" tanya Pras.

Tamara mengangguk. Wanita itu kemudian berdiri dan mengguyur sisa muntahan yang sebenarnya hanya berupa cairan yang berwarna kekuningan.

"Cuma air tapi rasanya mulutku pahit banget," kata Tamara yang beralih ke wastafel dan segera membersihkan mulutnya.

Pras bersedekap dan memandang Tamara dengan dahi berkerut. Matanya memicing menatap pantulan wajah Tamara melalui kaca yang ada di depan mereka. Tangan Tamara yang sedang mengusap mulutnya terhenti kala matanya bertemu pandang dengan suaminya. Ada gelenyar aneh di dada wanita itu.

"Ada apa?" tanya Tamara.

Pras menggelengkan kepalanya. "Mau aku buatkan sesuatu?" tanya Pras yang kemudian berjalan semakin mendekat dan mengusap puncak kepala Tamara dengan pelan.

Tamara masih menatap mata suaminya yang terlihat lembut. Tamara menggelengkan kepalanya seperti anak kecil. Dia kembali membasuh mulutnya dengan air kemudian mengambil tissue untuk mengusap mulutnya yang basah.

Pras mengikuti langkah Tamara yang berjalan kembali ke ranjang mereka. Pras ikut merebahkan diri di samping istrinya yang kini sedang menatap langit-langit kamar dengan kerutan di dahinya.

"Ada apa?" tanya Pras seraya memiringkan tubuhnya ke samping.

Tamara menoleh dengan tubuh yang masih telentang. Tamara menatap mata Pras selama beberapa detik kemudian dia terlihat menggigit bibirnya sendiri.

"Jangan gigit bibirmu seperti itu!" kata Pras. "Aku aja yang menggigitnya."

Pras kemudian merangsek maju dan mencium bibir Tamara dengan cepat. Tamara bahkan sampai terbelalak tidak percaya dengan apa yang Pras lakukan kepadanya. Matanya tidak berkedip bahkan sampai membuat Pras tertawa.

"Kamu menyukai ciuman bibirku sepertinya," kata Pras sambil terkekeh.

Tamara membulatkan matanya. "Kamu menciumku secara tiba-tiba, Mas!" bantah Tamara.

TerberaiWhere stories live. Discover now