Satu Kemajuan

689 61 2
                                    

Dorrrr!

Ada yang nungguin Pras dan Tamara, nggak?

Selamat membaca dan jangan lupa tinggalkan jejak kalian! :)

________________________________________________________________________________

Tamara sudah menyiapkan sarapan untuk pria yang masih tidur dengan lelap. Dia memasak udang asam manis dan juga chicken teriyaki. Pagi ini, dia sedang ingin sarapan dengan menu yang lebih berat daripada menu sarapan yang biasa dia makan.

"Sudah selesai!" katanya girang sambil melepas celemek yang masih menempel di tubuhnya.

Dia kemudian berjalan menuju kamarnya dan membangunkan Pras. Pria itu mengernyitkan keningnya dalam menatap Tamara yang sedang tersenyum lebar di depan wajahnya.

"Kenapa kamu senyum-senyum seperti itu?" tanyanya yang kemudian bangun dari ranjang.

Tamara duduk di pinggiran ranjang sembari menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga. "Hari ini aku ingin pergi ke bioskop, kamu mau mengantarku?" tanya Tamara dengan wajah cerianya.

Pras masih mencoba mencerna permintaan Tamara. "Oke!" jawabnya kemudian yang disambut teriakan kegirangan dari Tamara.

"Terima kasih, Mas!" katanya.

Dengan cepat, Tamara memajukan tubuhnya dan mengecup pipi Pras. "Itu hadiah karena kamu mau menemaniku jalan-jalan." Tamara kemudian beranjak pergi sambil bersenandung riang.

Pras, pria itu masih menatap pintu kamar yang terbuka lebar setelah Tamara keluar dari ruangan itu. Dia berkedip beberapa kali untuk menghilangkan segala rasa gugup di dalam dirinya.

"Ada apa dengannya?" tanyanya kepada ruang hampa di sekitarnya.

Tamara, wanita itu duduk di kursi sambil menatap penuh minat pada hasil masakannya pagi itu. Dia menikmati hari-harinya sebagai istri Pras dan melupakan kejadian-kejadian tempo hari yang hanya membuatnya merasa kesal dan juga sedih.

"Gue harus bersyukur untuk kehidupan hari ini. Jadi, gue nggak perlu memikirkan hal yang hanya membuat gue sedih dan kecewa, kalau Mas Pras benar-benar emang jodoh gue pasti jalannya akan terbuka pada waktunya."

Tamara sedang memberikan penghiburan untuk hatinya sendiri. Wanita itu menoleh ke belakang kala mendengar langkah kaki berjalan menuju ke arahnya. Dia tersenyum melihat Pras yang masih mengenakan piyama tidurnya. Menggemaskan!

"Kamu mau makan dulu?" tanya Tamara ketika suaminya itu sudah sampai di depannya.

Pras menarik kursi dan duduk di sana sambil menatap hidangan pagi ini. "Woah! Kamu udah masak ini semua sedari pagi, ya?" tanya Pras.

"Ckh!" Tamara berdecak. "Tentu saja! Emangnya siapa lagi yang ada di dapur sejak pagi?" kata Tamara dengan wajah pura-pura sebal.

Pras terkekeh. "Aku ingin makan banyak pagi ini!" katanya penuh semangat.

Tamara tersenyum lebar melihat bagaimana suaminya terlihat antusias melihat masakannya pagi itu. "Baiklah!" katanya yang kemudian mulai mengambilkan sepiring nasi lengkap dengan lauknya. "Ini, makanlah!" Tamara mengulurkan piring yang sudah terisi dengan makanan ke meja yang ada di depan Pras.

Pras tersenyum lebar. "Sepertinya enak sekali, mari makan!" katanya.

Tamara tertawa. "Terima kasih!" kata Tamara tulus.

Pras yang hendak menyuapkan nasi ke dalam mulutnya, berhenti bergerak dan menatap istrinya dengan dahi berkerut. "Untuk apa?" tanyanya heran.

"Karena kamu udah mengapresiasi masakanku pagi ini," jawab Tamara yang kemudian terlihat menyendokkan nasi ke dalam mulutnya.

Pras tertegun. Kemudian dia mengangguk dan tersenyum tipis. Pras memakan sarapannya dengan mata yang sesekali melirik ke arah istrinya yang pagi itu terlihat sangat bersinar. Ada perasaan bersalah yang tiba-tiba menyelinap masuk ke dalam hatinya. Merayap dan mendekam di dalam sana sampai dada Pras terasa penuh.

"Hari ini kita jalan-jalan sampai malam, bagaimana?" ucap Pras yang membuat Tamara menghentikan gerakan tangannya.

Wanita itu menatap tidak percaya kepada Pras yang baru saja memberikan tawaran tak terduga. "Kamu serius, Mas?" tanya Tamara masih dengan wajah terkejut.

"Hm!" Pras menganggukkan kepalanya. "Emangnya aku kelihatan lagi bohong, ya?" tanya Pras.

Tamara menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Enggak!" Tamara tersenyum lebar.

***

"Tam?"

Tamara yang sedang berjalan tiba-tiba menghentikan langkahnya dan menoleh ke samping. "Ada apa?" tanya wanita berwajah cantik tersebut.

"Kamu tunggu di bangku pengunjung sebentar, ya? Aku mau ke toilet," kata Pras sambil menoleh ke samping kanannya dan mengusap tengkuk dengan telapak tangan.

"Oh, oke!" Tamara mengangguk dan tersenyum.

Dia kemudian berjalan menuju bangku pengunjung yang tidak terlalu ramai. Sedangkan Pras pergi menuju ke toilet. Tamara asyik memainkan ponselnya dan tidak memperhatikan suaminya yang sudah melesat dan tidak terlihat lagi.

Wanita itu tersenyum melihat deretan foto candid yang dirinya ambil ketika mereka berdua sedang berada di bioskop tadi. Saat sedang mengantri untuk membeli tiket, saat sedang membeli popcorn dan minuman dan juga saat sedang menunggu jam tayang film yang mereka ingin tonton.

Semuanya berisi tentang Pras, dua foto yang menampilkan bioskop dan juga makanan ringan yang mereka beli. Tamara tidak ada di dalam foto tersebut.

"Ckh! Seharusnya aku menyempatkan diri untuk berfoto dengan Mas Pras," gumamnya di dalam hati.

Tamara kemudian memasukkan ponselnya ke dalam tas dan mulia menatap ke kanan dan kirinya. Pras belum juga kembali dari toilet setelah lima belas menit pria itu pamit kepadanya. Tamara berdiri dan berjalan menuju stand yang berada di lobi mall.

Matanya berbinar menatap jajaran kemeja bermotif kotak-kotak yang dijual di sana. Kemeja khusus pria yang menurutnya sangat cocok untuk sosok suaminya itu. Tanpa pikir panjang, wanita itu mengambil kemeja yang harganya sudah pasti jauh di bawah harga kemeja yang dimiliki oleh suaminya itu.

Tamara menatap kantong belanjaannya dengan bibir tersungging. "Beli pakai uang gue sendiri, Mas Pras pasti suka!" batinnya sambil melangkah menuju bangku yang sebelumnya dia tempati.

Wanita itu kembali duduk dan menunggu suaminya yang tidak kunjung menampakkan batang hidungnya. Tamara melirik jam di pergelangan tangannya.

"Lapar," gumamnya nyaris seperti berbisik.

Dia mengusap perutnya dengan lembut. Jam sudah menunjukkan pukul satu siang dan Pras sudah setengah jam pergi ke toilet. Tamara berdiri dan mulai menampilkan wajah cemasnya. Dia menggigit bibir bawahnya sambil menghela napas berkali-kali guna menyingkirkan kekhawatirannya.

Beberapa menit kemudian, mata wanita itu melebar. Dia tersenyum dan berjalan cepat ke arah pria yang sudah ditunggunya sedari tadi.

"Mas!" Tamara langsung menggandeng lengan Pras. "Kenapa lama banget?" tanyanya sambil memberikan raut wajah cemberut.

"Oh... toiletnya antri makanya aku lama," jawab Pras santai sambil melepaskan gandengan tangan Tamara dengan pelan.

Dada Tamara terasa berdetak lebih kencang kala tebakannya keliru. Dia pikir Pras akan melepaskan gandengan tangannya begitu saja ternyata pria itu menggenggam tangan Tamara dan berjalan dengan tenangnya.

"Mimpi apa gue semalam?!" teriak Tamara di dalam hati.

"Kamu ingin beli sesuatu?"

Tamara tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Enggak, aku lagi nggak butuh apa-apa," jawabnya sambil diam-diam mengagumi wajah tampan suaminya itu.

Hidung mancung dan mata yang sanggup membuat Tamara tenggelam berkali-kali setiap Pras menatapnya. Satu kemajuan terjadi di hari itu dan Tamara bersyukur untuk itu semua. Hubungannya dengan Pras berjalan sesuai harapannya.

TerberaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang