Yang Terlupakan

1.1K 80 0
                                    

"Silahkan, Pak. Nanti anda nyesel bikin saya tertarik. Soalnya beban hidup saya banyak nanti anda kena cipratannya, Pak." Tamara terkekeh lagi.

Pras terdiam. Apa yang gadis itu ucapkan barusan? Pras tidak mengerti kemana arah ucapan Tamara. Pras hanya memandang Tamara sekilas dan mengalihkan tatapannya ke jalanan.

"Eh bercanda lho, Pak. Lagipula anda juga suka bercandain saya sih, Pak." Tamara tidak enak hati ketika melihat Pras terdiam.

Tamara takut salah bicara. Apa dirinya sudah kelewatan menanggapi Pras? Tamara melihat wajah Pras yang datar seperti sedia kala. Seperti kebanyakan orang lihat. Kaku dan juga tampan dalam waktu yang bersamaan.

"Saya juga bercanda Tamara, santai saja." Pras kemudian tersenyum kepada Tamara.

"Saya kira anda marah karena ucapan saya kelewatan." Tamara menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil tersenyum tidak enak hati.

"Ngapain saya harus marah? Kamu sensitif ya orangnya?" Pras bertanya kepada Tamara.

Pras kembali menghentikan laju mobilnya karena ada lampu merah. Pras kemudian menatap Tamara sehingga membuat Tamara sedikit canggung. Yang benar saja, sekarang baru terasa canggung padahal Tamara harusnya sadar bahwa ketika dirinya menyetujui ajakan Pras untuk pergi ke puncak, akan ada momen dimana Tamara bisa saja merasa canggung seperti sekarang. Mereka atasan dan sekertaris!

"Enggak kok, Pak. Saya biasa-biasa aja, cuma kalau sudah merasa nyaman sama orang ya seperti ini cara bicara saya, Pak," jawab Tamara yang membuat sudut bibir Pras tersungging.

"Jadi, kamu sudah merasa nyaman dengan saya?" pertanyaan Pras begitu ambigu di telinga Tamara.

"Eh?" Tamara terkesiap karena merasa salah bicara. Gadis itu nampak salah tingkah.

Tamara hanya tersenyum atas pertanyaan yang Pras lontarkan. Gadis itu kemudian berdehem untuk mengusir rasa canggung yang tiba-tiba menyerangnya. Suasana dalam mobil Pras menjadi sunyi karena Pras sepertinya sedang sangat fokus dengan jalanan dan Tamara sedang sibuk dengan pikiran-pikirannya yang tidak jelas.

Lagu dari Maliq and D'essentials yang berjudul Himalaya mengalun merdu. Pras sesekali ikut bernyanyi. Sementara Tamara masih diam memandangi jalanan melalui jendela mobil. Tamara mulai mengantuk dan tertidur sesaat kemudian.

"Kamu... punya pacar?" Pras bertanya tanpa memandang Tamara.

Tidak ada sahutan. Pras kemudian menoleh sebentar ke sampingnya.

"Tidur?" Pras terkekeh.

Laki-laki itu kemudian kembali fokus menyetir sambil mendengarkan lagu-lagu dari Maliq and D'essentials yang lainnya.

***

"Tamara?" Pras mencoba membangunkan gadis itu dengan memanggil namanya.

Namun tidak ada hasil. Sepertinya Tamara memang kurang tidur. Sekarang Tamara tertidur dengan pulasnya.

Pras kemudian mencoba menepuk bahu Tamara.

"Tamara?" Pras kembali memanggil nama Tamara sambil menggoyangkan bahu Tamara sepelan mungkin supaya Tamara tidak kaget.

"Hm, ya?" mata Tamara masih setengah terbuka.

Kala mendapati wajah atasannya yang sedang memandangnya tanpa berkedip membuat Tamara langsung sadar dimana dirinya berada. Tamara segera menegakkan tubuhnya sambil mengucek matanya. Menggemaskan. Satu kata tersebut yang terlintas di kepala Pras kala melihat segala tingkah Tamara.

"Sudah sampai?" tanya Tamara sambil celingukan menatap sekitarnya.

"Iya, ayo kita masuk!" ajak Pras yang diangguki Tamara.

Mereka berdua menghadiri pernikahan teman semasa SMA Pras yang bernama Evan. Resepsi pernikahan diadakan malam hari dengan tema pesta kebun. Sedangkan akad nikah sudah dilaksanakan pagi hari dan Pras tidak bisa menghadiri karena masih dalam perjalanan dari Jakarta menuju puncak.

Ketika memasuki tempat resepsi, Tamara dibuat kagum dengan dekorasi yang ada. Tamara yakin pasti uang yang dikeluarkan sangatlah banyak. Mengingat kata Pras, keluarga serta teman-teman dekat Evan disewakan villa.

Tamara datang bersama Pras yang merupakan teman dekat Pras jadi otomatis Tamara juga menginap di villa yang disewa oleh Evan. Tamara menggunakan Dress putih selutut pemberian Pras. Terkesan sopan namun tetap terlihat manis dan sangat feminim.

Pras berjalan di samping Tamara. Pria it uterus menatap Tamara tanpa berkedip. Mantan-mantannya kebanyakan berdandan seperti wanita dewasa pada umumnya. Namun Tamara berdandan sederhana namun terlihat sangat cantik dan manis. Sama sekali tidak terkesan lebih tua daripada umurnya. Berbeda sekali dengan wanita-wanita yang mendekatinya.

"Pras, makasih banyak udah datang kesini," sapa Evan ketika Pras dan Tamara sudah sampai di tempat mempelai.

"Selamat bro! Akhirnya nikah juga lo," ucap Pras kemudian beralih ke arah sang mempelai perempuan. "Nana, selamat akhirnya pacaran udah kayak nyicil rumah lo, dihalalin juga sama si Evan." Pras menjabat tangan Nana yang disambut kekehan dari sang mempelai perempuan.

"Lo bawa siapa nih, Pras? Awas lho jangan dimainin!" ucap Nana.

"Iya, Pras. Buruan nikahin juga gih! Biar lo ada yang ngurus," sahut Evan.

"Kalian nggak perlu penasaran begitu." Pras terkekeh.

Kemudian mereka berdua berfoto bersama kedua pengantin. Tamara merasa disambut baik oleh pemilik acara. Setelah berfoto bersama mereka kemudian mulai mengedarkan pandangan. Terutama Tamara. Perutnya sudah keroncongan. Mengingat mereka makan tadi siang pukul 12 di restoran dekat villa dam sekarang sudah pukul setengah 8 malam. Mereka memang datang satu jam setelah acara dimulai karena Pras harus menemui klien yang juga sedang berada di puncak.

"Pak, saya mau ambil makanan dulu, ya?" Tamara bertanya kepada Pras yang nampak memegang segelas champagne.

"Hm! Kamu bisa sendiri, kan? Saya ada perlu sama teman saya," jawab Pras yang fokusnya ke arah lain sejak mereka mengambil gelas berisi champagne tersebut.

"Iya bisa, Pak. Saya pergi dulu kalau begitu." Tamara kemudian melenggang pergi setelah mendapat anggukan dari Pras.

Tamara berkeliling memilih menu apa saja yang akan dia makan. Kemudian gadis itu nampak sibuk berjalan-jalan sendiri dan makan tanpa satu orang pun yang dirinya kenal. Lama-lama Tamara merasa kebosanan mulai menghampirinya. Perutnya juga sudah merasa kenyang. Dia seperti orang hilang. Tamara tidak tahu harus berbicara dengan siapa karena dia benar-benar tidak mengenali siapapun disana.

Tamara kemudian mencari Pras. Dia melihat Pras sedang bersama teman-temannya dan disamping pria itu ada seorang wanita yang sangat cantik dalam balutan dress berwarna hitam. Tamara enggan mendekati mereka karena Tamara takut Pras akan risih dengan keberadaannya. Akhirnya dirinya hanya berdiri seperti anak kecil yang tidak tahu harus berbuat apa selain menatap sekitarnya sambil mendengarkan live music yang mengalun di telinganya.

Netra Tamara kemudian terbelalak ketika melihat Pras menggandeng tangan wanita yang berada di sampingnya untuk menjauhi tempat acara. Tamara kemudian memutuskan untuk mengambil es krim untuk mengulur waktu sampai Pras kembali. Tamara memilih duduk di pojokan dekat dengan stand es krim karena kakinya sudah terasa pegal. Selain es krim Tamara juga mengambil beberapa kudapan seperti kue dan juga pudding buah.

Tamara mulai memakan kudapannya sambil terus melihat sekitarnya barangkali Pras sudah kembali. Acara sudah akan selesai namun Tamara tidak juga melihat Pras datang. Hingga acara benar-benar sudah ditutup oleh MC, Pras juga tidak nampak kembali ke sana.

TerberaiWhere stories live. Discover now