Pengecut

721 80 7
                                    

Hai! Sebelumnya saya mau ucapin banyak terima kasih untuk kalian yang selalu setia vote maupun komen. 

Percayalah saya selalu membuka notifikasi vote dan baca komen-komen kalian. 

Thanks a lot sudah support saya dalam berkarya, saya senang sekali!

Btw, jangan lupa follow juga ya :)

Enjoy!

_______________________________________________________________________________

Pras menatap wanita di depannya dengan wajah muram. Sudah dua minggu sejak terakhir kali dirinya bertemu dengan Tamara. Dan pertemuan terakhir mereka tidak berkesan baik. Bahkan bisa dibilang sangat buruk.

"Kenapa nggak di makan?" tanya wanita dengan rambut dicepol itu.

Pras menggelengkan kepalanya. "Aku lagi nggak selera makan, Mel." Dia menunduk dan melihat piringnya tanpa nafsu.

Melly menghembuskan napas pelan. "Apa masakanku nggak enak?" tanyanya dengan wajah sedih.

Pras mendongak dan terdiam. Rasanya jelas berbeda dengan masakan istriku.

"Bukan begitu! Aku memang lagi ngerasa kacau akhir-akhir ini."

Melly menatap Pras selama beberapa detik tanpa bersuara. Dia kemudian meletakkan sendok dan garpunya. Wanita itu berjalan dan duduk di samping Pras. Dia menepuk punggung pria itu pelan.

Dia jelas tahu apa yang telah terjadi pada pria itu. Melly justru senang meski wajahnya nampak terlihat sedih. Dia adalah pemain watak yang sangat hebat, setidaknya pujian itu yang pernah ia dengar dari mulut Gangga.

"Sabar, Pras," katanya. "Kalau memang Tamara ingin berpisah dan dia sudah menunjukkan hal yang kurang baik di depan kamu, seharusnya kamu mulai belajar untuk menerima dan melepaskan," lanjutnya dengan hati membuncah gembira.

Pras menoleh. "Awalnya aku merasa bersalah karena pernah berselingkuh sama kamu. Tapi itu udah berlalu. Seharusnya dia nggak perlu jadi jalang dari pria lain." Pras menggeleng lemah. "Kamu nggak akan tahu rasanya, Mel."

"Maaf," ucap Melly lirih.

Dia berdiri dan pergi ke dapur. Pras masih tidak berselera untuk menyentuh makanan di meja makan. Padahal dia jelas tahu bahwa Melly sudah susah payah untuk memasaknya. Sudah satu minggu ini, Pras selalu datang ke apartemen Melly untuk sekedar mencari teman mengobrol.

Tidak ada hal di luar batas yang mereka lakukan. Pras biasanya numpang makan dan istirahat sebentar sebelum kembali ke rumahnya yang sepi dan tak bernyawa. Selain itu, dia juga sering kali minum bir atau vodka di apartemen Melly.

Ya, wanita itu ikut minum bersamanya. Tidak sampai mabuk tapi cukup membuat Pras sedikit melupakan masalahnya bersama dengan Tamara. Wanita itu menemaninya untuk berbincang hal apa saja dan sesekali membuat lelucon yang bisa memantik tawanya.

Seperti sekarang, Melly kembali ke meja makan dan membawa sebotol minuman beralkohol. Dia meletakkan dua buah gelas berukuran kecil dan menuangkan minuman itu ke dalam gelas-gelas itu.

Pras tersenyum miring. "Aku lebih butuh ini ketimbang makan malam," ucapnya.

Melly mendengus. "Hampir setiap hari kamu minum. Setidaknya kamu masih beruntung karena ada aku yang mengawasimu saat minum."

Pras tersenyum dan meraih gelas di depannya. Dia menenggak minuman itu dan merasakan hangat menelusuri tenggorokannya. Pras memejamkan matanya sejenak. Menikmati sedikit rasa pahit yang tertinggal di lidahnya.

Pras dan Melly berpindah ke sofa dan melanjutkan acara minum mereka seperti biasa. Melly mulai berceloteh dengan riang sementara Pras sesekali terkekeh geli. Tanpa sadar Pras bersandar ke belakang. Kepalanya mulai terasa sedikit pusing. Dia seperti melayang.

TerberaiWhere stories live. Discover now