Tentang Aku dan Karin

1K 67 0
                                    

"Lo lapar banget, ya?"

Tamara mengangguk sambil tersenyum. "Oh, ya! Gimana kerjaan lo?" tanya wanita itu setelah berhasil menelan potongan terakhir steak daging sapi yang sudah di kunyahnya.

Gangga tersenyum kemudian meminum jus mangganya dengan santai. "Baik, semuanya baik." Gangga meletakkan gelas jusnya ke atas meja. "Gue mau mendirikan start up," ucap Gangga.

"Woah! Lo keren banget, sih!" Tamara berdecak kagum.

"Lo boleh gabung kalau berminat," ucap Gangga sambil menaik turunkan alisnya jenaka.

Tamara tertawa renyah. "Untuk sekarang gue belum mau cari kerja. Mungkin nanti kalau sekiranya gue butuh, gue langsung hubungin lo, gimana?" Tamara menatap Gangga yang sekarang terlihat sedikit berantakan dengan rambut memanjang dan juga kumis yang tidak di cukur.

"Oke!" Gangga mengangguk tanpa pikir panjang.

"Lo nggak cukur kumis, ya?" tanya Tamara.

Gangga terdiam. Sedetik kemudian, dia terkekeh dan mengangguk.

"Lo udah nggak pernah ingetin gue lagi soal cukur kumis soalnya," kata Gangga.

"Gue udah punya suami. Lagipula kenapa lo nggak cari pacar aja?" Tamara bersedekap.

"Tipe gue susah banget di cari," sahut Gangga dengan cepat.

"Memangnya tipe yang seperti apa yang lo cari?" Tamara menaikkan alisnya.

Gangga melemparkan tatapannya ke arah pintu sejenak. Bibirnya tersungging mengukir sebuah senyuman penuh kemenangan.

"Tipe gadis yang gue suka itu seperti lo, Ras." Gangga menatap mata Tamara dengan intens.

Tamara menurunkan kedua tangannya. Bibirnya terkunci rapat. Otak Tamara seperti lambat dalam memproses informasi yang baru saja di sampaikan oleh Gangga. Biasanya Tamara paham ketika Gangga hanya memberikan sebuah lelucon kepadanya atau pria itu memang sedang berbicara hal yang serius. Kali ini, Tamara tidak memiliki ide apapun untuk hal yang baru saja di sampaikan oleh Gangga.

"Tamara!"

Wanita itu menoleh dan matanya melebar ketika menemukan sosok Pras yang kini sudah berada di depannya dengan setelan kerja. Hanya beberapa detik ekspresinya bertahan, karena setelahnya, Tamara berhasil menguasai dirinya.

Wanita itu memasang wajah tenangnya dan sama sekali tidak merasa terintimidasi oleh sosok pria yang tidak lain adalah suaminya sendiri itu. Tamara sama sekali tidak menanggapi panggilan dari Pras yang membuat suaminya menarik lengan Tamara dengan cukup posesif.

"Ayo kita pulang!" Pras berhasil membuat Tamara berdiri dari duduknya.

"Aku nggak mau!" Tamara melepaskan cekalan tangan Pras dengan sekuat tenaga.

"Kamu mau membangkang?" Pras menatap Tamara dengan tajam.

Gangga berdiri dengan wajah yang terlampau angkuh. "Tamara pulang bareng gue," kata Gangga santai.

Pras menoleh dan memberikan tatapan penuh intimidasi kepada Gangga. "Dia istri gue, jadi jangan harap lo bisa bebas membawa dia pergi!" hardik Pras.

"Mas!" Tamara menaikkan suaranya. "Aku sudah bilang kalau aku nggak mau pulang dengan kamu, aku akan pulang bersama Gangga." Tamara mengambil tasnya dan berjalan pergi meninggalkan meja dan juga kedua pria yang masih sempat saling melemparkan tatapan setajam elang.

Tamara berjalan menyusuri trotoar jalan dengan tas belanjaan di tangannya. Dia tidak paham dengan sikap Pras. Pria itu benar-benar membuat kepalanya hampir pecah.

TerberaiWhere stories live. Discover now