Tentang Jodoh

715 91 2
                                    

Hai! Saya mau kasih kabar, kalau ada rencana upload beberapa bab terakhir terberai di karyakarsa. 

Jangan lupa untuk follow akun karyakarsa saya ya! :)

https://karyakarsa.com/angeelintang

Selamat membaca!

____________________________________________________________________________

"Kalau aku ngomong jujur, apa kamu bakal percaya?" Pandangan mata pria itu terlihat tulus.

Tamara mendengus kasar. "Enggak semudah itu, sih." Dia berdiri dan berjalan menuju ke dapur.

Pras hanya mampu memperluas sabarnya menghadapi sang istri. Dia kembali berkonsentrasi dengan pekerjaan di depannya karena malam nanti, dia berencana mengajak istrinya itu untuk makan malam di luar. Dia pikir, suasana di antara mereka harus segera berubah.

Namun, tiba-tiba ada sebuah panggilan dari nomor yang sudah sangat dikenal oleh Pras. Pria itu melebarkan matanya kala mendengar sebuah suara yang masih ia ingat dengan jelas.

"Halo?" Dia tersenyum dan segera berjalan keluar dari rumah. "Ya, tentu saja bisa! Mungkin besok kita bisa bertemu." Pras tidak sadar jika Tamara mendengar percakapan pria itu dengan cukup jelas.

Hanya saja, Tamara tidak bisa menebak siapa si penelepon yang mengganggu hari minggu suaminya itu. Dia berjalan mengendap-endap dan berdiri di dekat pintu, tepatnya di sebelah kanan sofa ruang tamu. Telinganya ia pasang dengan mata yang nampak curiga.

"Aku yakin anakmu pasti sangat cantik," ucap pria itu.

Pras duduk di kursi yang ada di teras rumah. "Aku ingin menyerahkan kado untuknya. Aku pikir dia harus tahu kalau ibunya punya teman yang sangat baik hati." Pras terkekeh geli mendengar suaranya sendiri.

Tamara mengerutkan kening dalam. Anak?

"Hm! Sampai jumpa besok sore!"

Tamara buru-buru berjalan pergi dari ruang tamu saat Pras sudah mematikan sambungan teleponnya. Wanita itu kembali ke dapur dan bergegas menyeduh teh hangat. Matanya masih setia melirik wajah sang suami yang terlihat sumringah. Jelas sekali, panggilan telepon barusan adalah alasan pria itu tersenyum.

Beda banget kalau dia lagi sama gue. Lebih banyak nggak bahagia daripada senang.

Tamara kemudian berjalan mendekati suaminya. Pria itu membaca kertas-kertas dokumen dan tidak sadar bahwa Tamara baru saja meletakkan secangkir teh hangat di atas meja. Istrinya kemudian duduk dan menatap sang suami yang kelihatan tidak terganggu dengan kehadirannya.

"Tehnya jangan lupa di minum!" ucapnya.

Tamara merasa tidak berguna di sana. Dia berdiri dan hendak pergi. Tapi, Pras menahan tangannya.

"Mau ke mana? Duduk di sini aja!" titah pria itu.

Tamara menoleh dan kembali duduk di samping sang suami. Pras nampak meminum tehnya.

"Satu... dua... tiga..." Tamara menghitung dalam hati.

Tidak ada satu kata pun yang keluar dari bibir suaminya. Pras kembali asyik dengan pekerjaannya. Mendadak ada sepenggal rasa kecewa yang mencengkram kuat hati Tamara. Beberapa menit lalu, Pras nampak tersenyum senang. Tapi sekarang, setelah Tamara menyiapkan teh dan duduk di samping pria itu, tidak ada gurat senang yang terpancar di wajah Pras. Sekedar ucapan terima kasih juga tidak Tamara dengar.

Bukan karena Tamara mengharapkan terima kasih atau balas budi hanya karena dia melakukan hal remeh seperti membuat teh hangat. Tapi... Tamara bingung. Perasaannya tidak nyaman setelah mendengar percakapan Pras dengan seseorang yang tidak ia ketahui itu. Tamara tiba-tiba merasa tidak dibutuhkan oleh suaminya sendiri.

TerberaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang