Aku Tidak Akan Pergi

1.2K 101 8
                                    

Jangan lupa sambil dengerin lagunya biar paham apa yang Pras rasakan huhuhu

Enjoy the story, yaaa! :)

________________________________________________________________________________

Pras memijit keningnya karena masalahnya kini bertambah. Wanita di depannya mulai merajuk seperti anak kecil. Bahkan Tamara tidak pernah bertingkah kekanakan seperti Melly sekarang.

"Aku nggak mau, Pras!" rajuknya dengan wajah cemberut.

Pras menghela napas panjang. "Kenapa kamu seperti anak kecil? Ini semua demi kebaikanmu, Mel!" kata Pras dengan nada yang sedikit tinggi karena rasa sabarnya mulai berkurang.

Melly mengerjap. Dia tidak menyangka kalau Pras akan berbicara dengan nada seperti itu padanya. Dia kemudian berbalik dan memunggungi Pras. Wanita itu kemudian memejamkan matanya dan mulai membisu.

"Mel? Kamu pasti masih bisa mendengarkan aku, jangan seperti ini! Aku punya istri dan sebentar lagi aku juga bakal punya anak, bisakah kamu memahami aku?" tanya Pras dengan nada penuh frustasi.

Melly membuka matanya. "Tinggalkan mereka dan aku akan melakukan apa yang kamu inginkan!" katanya tegas.

Pras menghembuskan napas dengan kasar. Dia masih fokus menatap punggung Melly dari belakang. Wanita itu bahkan tidak mau menatapnya ketika berbicara. Pras hampir gila menghadapi sifat Melly yang sangat egois.

"Kenapa kamu bisa berubah menjadi wanita egois seperti ini?" tanya Pras.

Melly menggigit bibirnya. Genangan air mulai membuat pandangan matanya mengabur. Wanita itu bahkan merasa sesak yang teramat sangat sampai dia takut untuk menarik napas sedikit saja. Dia takut pertahanannya akan benar-benar hancur.

"Semuanya karena kamu!" katanya.

"Kamu yang memilih pergi waktu itu. Oh, ayolah! Jangan mulai membahas masa lalu lagi denganku! Masa lalu ada di belakang punggung kita dan saat ini kita sedang berjalan ke depan, artinya masa lalu akan semakin tertinggal di belakang. Bisakah kamu mengerti apa yang aku maksud?" tanya Pras.

"Pergilah!"

Pras mengerutkan keningnya dalam. Dia diam sambil mengamati bahu Melly yang terlihat mulai bergetar. Wanita itu sudah menangis. Pras menunduk sambil menggigit tangannya sendiri karena kesal.

"Oke! Aku akan pergi kalau itu yang kamu mau." Pras kemudian berdiri dan meraih jas yang ada di atas sofa.

Pria itu benar-benar berjalan keluar ruang perawatan Melly. Pras sudah cukup lelah dengan urusan pekerjaan dan sekarang Melly sudah semakin sering merengek meminta lebih padanya. Pras bisa gila jika dirinya harus terus seperti ini.

Pria itu memukul kemudinya berkali-kali. "Brengsek!" teriaknya.

Rasa frustasi benar-benar membuat Pras seperti hilang kendali. Pendingin yang ada di mobilnya bahkan tidak bisa membuat kepalanya berhenti beruap.

"Seharusnya belum terlambat untuk kembali seperti semula!" Pras mengusap wajahnya dengan gusar.

Matanya melihat ke arah lampu lalu lintas yang sudah berubah warna. Pria itu menginjak pedal gas sambil berusaha meredam semua emosinya sebelum dia sampai di rumah. Dia berusaha mencengkeram kemudinya dengan kuat supaya jemarinya tidak lagi gemetaran.

"Sialan!" Pria itu kembali berteriak.

Pras tidak mampu meneruskan perjalanannya. Dia segera membanting kemudi ke arah kiri. Pras meletakkan keningnya di atas kemudi. Napasnya terdengar berkejaran. Dadanya naik-turun seolah dia baru saja berlari marathon.

TerberaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang