Berjanjilah Padaku!

953 72 0
                                    

Gangga hendak membuka bibirnya namun gerakannya terhenti karena ponsel Tamara yang berdering dengan nyaring. Wanita itu menghela napas kala membaca nama yang terpampang jelas di layar ponselnya.

"Siapa?" tanya Gangga.

Tamara mendongak dan menatap Gangga dengan wajah gelisah. "Mas Pras," jawabnya dengan nada lirih.

"Gue pinjam ponsel lo!" kata Gangga sambil mengulurkan tangan kepada Tamara.

"Lo mau apa?" tanya Tamara dengan dahi berkerut.

"Gue mau bilang sesuatu, lo nggak perlu takut! Ada gue di sini." Gangga kemudian merebut ponsel Tamara yang kembali berdering.

"Enggak, Ga! Jangan lakukan itu!" pinta Tamara.

Terlambat bagi Tamara yang hendak merebut kembali ponselnya, karena Gangga sudah mengangkat telepon dari Pras di depan dirinya yang kini menampilkan raut cemas.

"Ya, halo?" sapa Gangga dengan nada tenang.

"Lo siapa?"

Gangga menaikkan satu alisnya sambil menatap wajah Tamara yang sudah tidak karuan. "Gue Gangga, sahabat Tamara," jawab Gangga.

"Tamara ke mana?! Gue mau bicara dengan dia!"

Gangga sedikit menjauhkan ponsel Tamara dari telinganya ketika nada bicara Pras terdengar tinggi dan penuh emosi. Gangga menatap Tamara sekilas. Wanita itu sedang menggigiti kukunya sendiri.

"Dia lagi sama gue sekarang, lo tenang aja! Istri lo baik-baik aja," jawab Gangga.

"Brengsek!" Pras langsung mematikan sambungan teleponnya secara sepihak.

Gangga kemudian menyodorkan ponsel kepada Tamara. "Ditutup," kata Pras sambil terkekeh.

Tamara mengambil ponselnya dan langsung memasukkannya ke dalam tas. "Mas Pras marah, ya?" tanya Tamara dengan sorot takut.

"Hm!" Gangga menganggukkan kepalanya. "Lo nggak perlu takut, kalau nanti di rumah dia berani macam-macam, bilang gue, ya?" kata Gangga.

Tamara hanya mengangguk sebagai jawaban. "Gue belum ingin pulang ke rumah. Rasanya bayangan Mas Pras yang lagi selingkuh terus aja datang tanpa permisi, gue capek." Tamara meletakkan kepalanya ke atas meja.

"Gimana kalau kalian tinggal terpisah untuk sementara waktu?" Gangga memberikan ide.

Tamara menegakkan tubuhnya. "Enggak! Gue takut, Mas Pras bisa aja semakin lengket dengan selingkuhannya. Gue nggak mau cari tahu siapa wanita itu tapi gue yakin suatu saat semuanya akan terbongkar dengan sendirinya," kata Tamara menolak ide yang di berikan Gangga.

"Kalau mereka terlalu rapi menyembunyikan bukti sampai lo nggak pernah berhasil menemukan bukti-bukti tersebut, apa yang akan lo lakukan?" Gangga bersedekap.

Tamara mengusap wajahnya yang terlihat lelah. "Gue nggak tahu, Ga." Tamara menggelengkan kepalanya. "Kalau gue tahu siapa wanita itu, gue juga bingung harus bersikap seperti apa," lanjut Tamara.

"Lo istri sahnya, lo bisa minta apapun ke Pras kalau memang benar dia terbukti selingkuh!" sahut Gangga cepat.

"Nggak semudah itu, Gangga." Tamara tersenyum tipis. "Hubungan gue dan Mas Pras nggak seperti yang lo pikirkan dan gue minta jangan pernah tanya gue, hubungan macam apa yang sedang kami jalani ini," pinta Tamara dengan sorot sedih.

Gangga tersenyum sinis. "Gue nggak ngerti apa yang udah dilakukan oleh Pras sampai lo bisa berubah jadi wanita rapuh seperti ini," ucap Gangga. "Tinggalkan dia kalau lo udah nggak sanggup! Tawaran gue tetap berlaku dan gue serius dengan itu semua." Gangga menatap ke dalam manik mata Tamara yang terlihat semakin bingung.

"Ga, apa lo cinta sama gue?" tanya Tamara.

Gangga terdiam sambil terus menatap wanita yang benar-benar sudah merebut seluruh hatinya itu sampai kemudian dia mengangguk pelan. "Gue minta maaf, Ras!" ucap Gangga.

Tamara menghela napas dalam. "Ga..." Tamara tidak bisa melanjutkan kalimatnya sendiri.

"Gue mengerti, gue berharap lo nggak terbebani dengan perasaan gue." Gangga melirik sekilas ke arah pelayan yang melewati meja mereka.

"Ga, gue yang seharusnya minta maaf karena gue nggak bisa membalas perasaan cinta lo," sahut Tamara cepat.

"Nggak apa-apa, Ras!" Gangga terkekeh. "Jangan pernah berubah, ya? Dan gue berharap satu hal, kalau nanti lo lelah dan ingin menyerah, tolong jadikan gue satu-satunya orang yang akan lo andalkan," Gangga menatap Tamara dengan sorot teduhnya. "Gue mau bertanggung jawab atas lo dan anak lo kalau nanti lo berpisah dari si brengsek itu. Gue serius dan gue ingin lo berjanji tentang hal ini!" lanjut Gangga.

Tamara memilih jemarinya sendiri. "Ga, lo berhak dapat wanita yang baik dan masih single," kata Tamara.

"Gue nggak ingin wanita selain lo!" tolak Gangga dengan cepat. "Gue hanya ingin lo berjanji akan hal itu," pinta Gangga.

Tamara terlihat menatap minuman di depannya. Kemudian dia terlihat menganggukkan kepalanya sambil menatap Gangga.

"Oke, gue janji!" kata Tamara pada akhirnya.

Gangga menghembuskan napas lega. "Terima kasih, Ras!" ucapnya tulus.

***

"Kamu dari mana?" tanya Pras.

Tamara yang baru saja memasuki rumah sedikit terlonjak karena terkejut. Ruang tamu yang terlihat remang-remang membuat wanita itu harus menyipitkan matanya untuk menatap Pras yang ternyata sedang duduk diam di sofa.

"Bukan urusan kamu!" jawab Tamara sambil terus berjalan menuju kamarnya

"Kamu pulang malam, apa sekarang kegiatanmu bertambah?" tanya Pras dengan nada sarkas.

Tamara berhenti dan berbalik menatap punggung Pras yang masih berada di posisi yang sama. "Apa maksud kamu?" Tamara sedang menyiapkan hatinya.

"Kamu sekarang menjadi wanita malam, ya?" Pras terlihat berdiri dari duduknya dan berjalan dengan satu tangan yang dimasukkan ke dalam saku celana.

Tamara mengepalkan tangannya kuat. "Kamu menghinaku? Bukannya kamu yang udah jadi pria malam?" Tamara menaikkan kedua sudut bibirnya.

Pras mengeratkan rahanganya dan berhenti tepat di depan istrinya. "Kenapa kamu menuduhku? Kamu sangat lucu, Tamara! Sudah jelas, kamu bersama dengan si bajingan Gangga! Berapa uang yang dia berikan padamu?" Pras menatap Tamara dengan wajah berang.

Tamara memejamkan matanya sambil menelan saliva yang terasa menyakitkan di tenggorokannya. "Dia memberikanku banyak hal yang nggak bisa kamu berikan, karena hari ini aku sedang sangat senang maka aku memaafkan semua ucapan kurang ajar yang udah kamu katakan tadi." Tamara terlihat tenang.

Dia kemudian berjalan meninggalkan Pras yang sedang menampilkan wajah siap membunuhnya. Jantung Tamara terasa berdetak dengan cepat dan juga keras. Dia tahu bahwa Pras pasti akan sangat marah kepadanya.

"Dasar wanita murahan!" kata Pras.

Tamara terlonjak kaget kala mendengar suara benda yang terbuat dari kaca jatuh dan hancur berkeping-keping. Tamara menoleh ke belakang. Dia melihat Pras yang masih menatapnya dengan wajah penuh amarah. Sedangkan di bawah kaki pria itu terdapat vas bunga yang memang sudah hancur karena di banting oleh pria itu sendiri.

Dengan cepat Pras berjalan menghampiri Tamara yang kini berdiri dengan kaki yang sudah bergetar hebat. Keringat dingin mulai membasahi dahi wanita itu. Dia sudah membangunkan setan yang selama ini bersemayam di dalam diri suaminya.

Wajah Pras sudah merah padam, giginya bergemeletuk karena menahan emosi yang sudah tidak bisa dia bendung lagi. "Jangan berbuat seenaknya sendiri, Tamara! Kamu masih berstatus istriku, meskipun aku nggak mencintai kamu dan pernikahan kita hanya berlandaskan kebutuhan masing-masing tapi seharusnya kamu bisa menjaga sikapmu supaya nama baikku nggak tercoreng! Bagaimana jika ada orang lain yang melihatmu sedang menjual diri?!" 

TerberaiWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu