Gangga Yang Terbaik!

931 78 4
                                    

Dia seperti orang hilang. Tempat acara sudah mulai sepi. Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri berharap Pras akan kembali. Namun karena sudah merasa lelah dan mengantuk akhirnya Tamara berdiri dari duduknya dan berjalan keluar dari tempat acara. Jarak dari tempat pesta dengan villa yang ditempati Tamara lumayan membuat kaki pegal jika berjalan kaki. Tamara tidak punya pilihan karena Pras tidak menjawab teleponnya maupun chat yang dikirimkan olehnya.

"Gue dan Pak Pras berangkat bersama naik mobil, kenapa pulangnya gue harus sendirian dan jalan kaki?" Tamara mencebik.

Ah! Bahkan selama acara Tamara juga sendirian! Sangat tidak enak merasa seperti orang asing. Sangat tidak enak ketika berada di tengah keramaian namun tidak ada satu orangpun yang dikenali maupun mengajaknya berbicara. Di tengah jalan, Tamara berhenti sejenak untuk melepaskan high heels-nya.

Dia menatap kakinya yang ternyata sudah lecet. "Shhhh!" Tamara meringis saat rasa nyeri serta perih menjalari kakinya kala Tamara menyentuh bagian yang lecet tersebut.

"Pak Pras benar-benar tega! nggak tahu apa kalau gue juga manusia!" Tamara mengomel.

"Lagipula siapa wanita itu?" entah kenapa sebagian hati Tamara merasa kecewa.

Tamara menggeleng demi menghalau segala perasaan tidak jelas yang timbul di hatinya. "Tahu begini gue nggak mau ikut!" kata Tamara emosi.

Jalan yang dilalui Tamara nampak sepi dan membuat bulu kuduk Tamara meremang. Hawa dingin mulai terasa.

"Twinkle twinkle little star, how I wonder what you are," Tamara mulai bersenandung untuk membunuh rasa takut.

Angin malam membuat Tamara memeluk tubuhnya sendiri. Tamara tidak mau berpikiran aneh-aneh. Dia tetap berjalan supaya cepat sampai ke villa yang di tempatinya. Tamara mempercepat langkahnya. Namun, Tamara semakin bingung karena sepertinya jalan yang dia lewati ketika datang ke acara bukan yang dilaluinya sekarang. Lampu jalan yang temaram membuat Tamara kesulitan untuk mengingat jalan yang tadi dilaluinya ketika datang ke acara pesta. Tamara kemudian berhenti dan melihat sekitarnya sejenak.

"Sialan gue salah jalan!" Tamara memutar tubuhnya dengan cepat.

Tamara berjalan kembali ke tempat acara. Kakinya sudah pegal. Setelah sampai di pertigaan Tamara mengambil jalan yang lurus dari arah jalannya yang sekarang. Ternyata dia salah mengambil belokan.

"Tamara bodoh!" rutuknya. "Gangga, Gue mau pulang sekarang!" Tamara mengepalkan tangannya dengan mata memerah.

Setetes air mata turun ke pipi Tamara. Dia lelah dan juga jengkel dengan Pras. Bisa-bisanya Pras melupakannya. Dia tidak mau ikut kalau akhirnya seperti ini. Tamara akhirnya sampai di depan villa yang terdengar riuh dari luar. Napas gadis itu tidak beraturan. Dia mengusap air matanya kasar dan mencoba menenangkan diri.

Dia kemudian masuk dan melewati ruang tamu yang luas serta ramai oleh teman-teman Pras yang sedang berkumpul. Sejujurnya Tamara tidak mengenal mereka. Ketika sampai di sana tadi pagi dia hanya di dalam kamar sampai makan siang. Ketika makan siang dia juga hanya pergi berdua dengan Pras. Setelahnya Pras menemui kliennya dan Tamara tetap berada di kamarnya membaca novel dan bermain game di ponsel.

***

Tamara membuat teman-teman Pras terkejut dengan kondisinya yang nampak berantakan dan kaki telanjang. Gadis itu tersenyum sekilas sambil menunduk kemudian berlalu menuju kamarnya. Tamara berjalan dengan pincang.

Sesampainya di kamar Tamara segera melepas bajunya dan berlalu ke kamar mandi. Dia ingin berendam air panas supaya lelah di tubuhnya sedikit menghilang.

Ketika dia sudah berendam ingatannya memutar kembali kejadian ketika dia memasuki villa. Ada Pras disana. Pria itu sudah memakai baju hangat santai bersama wanita yang sama yang juga sudah berganti pakaian. Mereka nampak tertawa bersama teman-temannya yang lain.

Tamara tersenyum kecut. Dia seperti orang bodoh berada disini. Bibir Tamara melengkung ke bawah. Dia sedikit terisak mengingat dirinya tadi berjalan kaki dan tersesat. Dia bahkan menunggu Pras sampai acara selesai dan mulai sepi. Tamara mengangkat kakinya kemudian menatapnya. Terdapat banyak lecet disana.

"Ssshhhh!" Tamara mendesis.

Perih dan nyeri. Kakinya juga sepertinya terkilir karena dia sempat terjatuh akibat terantuk batu di jalan. Sial sekali nasibnya hari ini.

Tamara kemudian beranjak dari kamar mandi karena ingin segera tidur. Tamara membaringkan tubuhnya yang rasanya sangat lelah ke atas ranjang. Terasa nyaman. Gadis itu nampak berpikir, tadi Pras menatapnya dengan sorot terkejut. Tamara juga sedikit menangkap gerak bibir pria itu yang seperti mengucapkan namanya, Tamara. Namun tidak ada yang dilakukan pria itu sampai Tamara berada di kamarnya kini. Tamara juga sudah memeriksa ponselnya namun tidak ada pesan maupun panggilan dari Pras untuknya. Bahkan pesannya juga belum dibaca oleh pria itu. Tamara kemudian membuka ruang obrolannya bersama dengan Gangga.

Tamara : Ga?

Gangga : Woy?

Tamara tersenyum karena Gangga ternyata langsung membalas teleponnya. Tamara menggenggam erat ponselnya seraya menimbang-nimbang apakah akan mengetikkan pesan yang ada dipikirannya atau tidak.

Gangga : Kenapa?

Tamara : Besok bisa jemput gue?

Gangga : Bisa! Jam berapa?

Tamara : Pagi jam tujuh, ya? Gue share loc.

Kemudian Tamara mengirimkan lokasinya saat ini.

Gangga : Oke! Kenapa? Lo nggak apa-apa, kan? Bos lo nggak aneh-aneh, kan?

Tamara : Enggak kok, cuma gue emang pengen pulang duluan, agak nggak enak badan nih.

Tamara tidak berbohong. Dia merasa meriang setelah selesai mandi. Suhu tubuhnya juga mulai naik. Tamara sedikit pusing dan juga lemas sekarang.

Gangga : Pakai selimut, besok jam enam gue udah sampai di sana. Janji!

Tamara tersenyum lagi.

Tamara : Makasih, lo emang terbaik! Yaudah gue tidur dulu, lo juga.

Gangga : Iya, istirahat gih!

Tamara kemudian hanya membaca tanpa berniat menjawab chat terakhir Gangga. Sudah pukul setengah sebelas, matanya sudah berat. Besok dia lebih baik pulang begitu Gangga tiba disini. Dia tidak mau lagi berlama-lama di tempat ini karena hanya membuatnya sakit hati diperlakukan dengan tidak layak seperti tadi oleh Pras. Tamara menarik selimutnya. Gadis itu tidur dengan lelap sampai pagi menjelang.

***

"Kita mau sarapan dimana nih?" Gangga bertanya sambil menyetir mobil.

"Mana aja deh gue nggak ngerti," sahut Tamara malas.

Gadis itu demam dan tidak enak badan. Wajahnya pucat dan juga kepalanya terasa sangat pusing.

"Oke gue yang pilih, nanti kalau udah sampai pinggir Jakarta aja deh, ya?" kata Gangga.

"Hm," Tamara hanya bergumam.

Kemudian Tamara ingat sesuatu. "Eh lo tadi kesini jam berapa?" Tamara heran karena jam enam pagi Gangga benar-benar sudah sampai.

"Jam enam kurang lima belas menit." Gangga cengengesan.

"Lo di puncak juga?" Tamara memicing.

"Iya, ke villa gue. Bokap gue punya villa juga di sini dan jaraknya lima belas menit dari villa yang lo tempatin," kata Gangga.

Tamara melongo mendengar jawaban Gangga.

TerberaiWhere stories live. Discover now