USG?

985 62 0
                                    

Tamara memajukan wajahnya dan mencium bibir Pras tanpa aba-aba sebelumnya. Pras melotot ketika merasakan gerakan seductive bibir Tamara. Tamara terus menggoda Pras supaya pria itu mau membuka bibirnya. Gadis itu memejamkan matanya. Satu telapak tangannya kini sudah berpindah ke pipi Pras dan mengelusnya dengan lembut.

Pras kemudian ikut memejamkan matanya dan memeluk pinggang Tamara semakin erat. Dia membuka bibirnya dan memberikan akses kepada Tamara untuk mengabsen seluruh isi mulutnya dengan lidah gadis itu.

Tamara bisa mencium aroma mint yang memabukkan dirinya dari bibir Pras. "Eumhh..." Gadis itu melenguh kala tangan Pras mulai masuk ke bajunya dan mengelus lembut punggungnya.

Tamara melepaskan ciumannya ketika dia merasa hampir kehabisan oksigen di dalam paru-parunya. Gadis itu menelan salivanya dengan napas yang terdengar memburu. Jarak wajah mereka sangat dekat. Pras bahkan bisa melihat bibir tipis Tamara yang terlihat memerah dan terkesan seksi di matanya. Pras terkekeh.

"Rasanya manis, aku menyukainya." Pras kemudian mengecup bibir Tamara sekilas.

Gadis itu tertegun. Pras kemudian menatap Tamara dengan intens. Wajah gadis itu memerah karena malu ketika dirinya sadar dengan apa yang baru saja terjadi.

"Maaf," kata Tamara lirih.

Pras menaikkan satu alisnya tinggi. "Jangan meminta maaf untuk hal yang kamu sudah tahu pasti risikonya akan seperti apa." Pras kembali mengecup bibir Tamara dan kali ini sedikit lebih lama.

"Kenapa menciumku lagi?" tanya Tamara.

"Karena aku baru tahu kalau bibirmu nikmat dan aku sepertinya sudah kecanduan," jawab Pras sambil terkekeh.

Mata Tamara membulat. "Hati-hati! Nanti kamu jatuh cinta denganku," kata Tamara kemudian terkekeh dengan lelucon yang dia ucapkan.

Pras terdiam. Tamara kemudian juga berhenti terkekeh melihat ekspresi Pras. Gadis itu menggigit bibirnya.

"Jangan gigit bibirmu seperti itu!" Pras memberikan peringatan.

"Kenapa?" Tamara berkedip dengan wajah polosnya yang terlihat sangat menggemaskan di mata Pras.

Pras tidak membalas ucapan Tamara. Pria itu membawa tubuh Tamara untuk berbaring di sofa. Tanpa permisi Pras bergerak menindih tubuh Tamara yang terlihat sedikit kaku karena rasa tidak percaya dengan apa yang sudah Pras lakukan pada gadis itu.

Pras mengunci mata Tamara dengan tatapannya yang berubah seperti seorang pria yang mendamba wanita. Tamara tidak berkedip. Dia sedang menikmati keindahan ciptaan Tuhan yang kini sedang berada di depannya.

Pras terkekeh kemudian menggelengkan kepalanya. "Ayo bangun! Aku antar kamu pulang." Pras kemudian beranjak dari atas tubuh Tamara.

Gadis itu segera duduk dan menampilkan wajah kesalnya. "Apa kamu sedang ingin bermain-main denganku?" tanyanya dengan tangan yang sibuk menyisir rambut panjang sedikit bergelombang di bagian bawahnya dengan jemarinya.

Pras tertawa. "Bukannya kamu yang kayaknya pengen banget bermain denganku?" Pras menaikkan kedua alisnya.

"Ekhm!" Tamara menatap ke arah lain. "Aku hanya ke bawa suasana aja," sanggahnya.

Pras tertawa semakin keras. "Ya, suasana saat bersamaku memang beda." Pras kemudian memajukan tubuhnya supaya lebih dekat dengan Tamara. "Kamu tunggu aja, setelah kita resmi menikah, aku akan memuaskanmu," kata Pras dengan nada berbisik.

Tamara terbelalak. Dia kemudian berdiri dan menoleh ke arah Pras yang kini sudah kembali tertawa terpingkal-pingkal.

"Nggak ada yang lucu, Pras!" Tamara mencebik.

TerberaiWhere stories live. Discover now