Benci dan Rindu

748 83 6
                                    

Jangan lupa bantu dukung penulis dengan follow dan voment, terima kasih! :)

WARNING! MATURE CONTENT! (21+)

Maaf yang di bawah umur bisa skip ya! 

________________________________________________________________________________

Tamara mematung dengan mata yang hampir melompat dari rongganya. Dia tidak menyangka bahwa suaminya kini ada di depan matanya. Pras dengan kumis tipis yang mulai tumbuh karena tidak di cukur. Dia hanya mampu menelan ludah tanpa bisa menjawab pertanyaan dari Pras.

"Jawab, Tamara!" bentak Pras mulai tidak sabar.

Tamara menggelengkan kepalanya pelan. "Aku rasa nggak ada yang perlu aku jawab, sebaiknya kamu pergi dari sini, Mas!" ucapnya dengan berani.

Tamara menunduk. Dan tiba-tiba dia merasakan dorongan pada tubuhnya sampai dia bergerak ke samping. Pras masuk ke dalam apartemen itu dengan jantung bergemuruh. Apa yang dilakukan istrinya di apartemen pria lain?

Satu pertanyaan yang kini menyeruak dan ingin segera terjawab. Pras melangkahkan kakinya lebar-lebar. Dia berjalan cepat menuju ke kamar yang ada di apartemen itu. Tamara terbelalak kaget. Tingkah Pras benar-benar tidak bisa dia tebak. Ia pikir Pras hanya akan masuk dan duduk di sofa.

Nyatanya mata Pras kini tengah meneliti seluruh isi kamar yang terdapat beberapa pakaian istrinya sedang tergantung pada capstock. "Jadi kamu tidur di sini selama ini?" tanyanya dengan nada datar.

Tamara yang sudah berada di belakang Pras lantas menarik lengan Pras. "Keluar dari sini! Kamu nggak berhak masuk ke apartemen orang lain dengan seenak hati kayak gini!" ucapnya.

Namun tubuh Pras hanya bergerak satu langkah ke arah pintu. Tamara memaksa Pras untuk keluar dari sana tapi tenaganya tidak cukup kuat untuk membuat Pras enyah dari kamar yang ia tempati selama dia menumpang di apartemen milik sahabatnya itu.

"Kamu bilang aku nggak berhak?!" Pras menatap Tamara dengan mata yang hampir keluar.

Wajahnya merah padam dengan otot-otot di pelipisnya yang menegang. Tamara melepaskan lengan Pras dan beringsut mundur. Dia tahu Pras benar-benar marah kali ini.

Dengan kencang Pras menutup pintu kamar dan menguncinya dari dalam. Tamara mendelik melihat apa yang dilakukan oleh suaminya itu. Pras maju dengan mata yang penuh dengan sorot kecewa.

"Kamu mau ngapain?" tanya Tamara seraya berjalan mundur.

"Meminta hakku sebagai suami sahmu!" jawabnya dengan nada rendah dan tegas.

Tamara bukan anak kemarin sore. Dia tahu apa maksud dari ucapan sang suami. Dengan cepat dia berlari dan hendak meraih gagang pintu. Tapi gerakannya terhenti begitu saja. Pras meraih pergelangan tangan Tamara dan segera menarik wanita itu ke arah ranjang.

"Kamu mau apa, sih?!" Tamara berusaha melepaskan cekalan tangan Pras.

Pras hanya diam dan mendorong tubuh Tamara sampai wanita itu duduk di atas ranjang. Matanya memerah. Wanita di depannya itu jelas tidak tahu apa yang sedang ada di dalam pikirannya. Dia melepaskan bajunya satu per satu. Sampai tidak ada sehelai benang pun yang menempel di tubuhnya.

Tamara dengan cepat membuang wajahnya ke arah kiri. Pras melangkah mendekati sang istri. Tamara masih setia dengan sikapnya. Pras merasa egonya tersentil.

"Lihat aku!" titah Pras.

Tamara dengan tegas menggeleng. "Enggak! Pakai bajumu dulu!" tolaknya.

"Lihat aku, Tamara Sarasvati!" bentak Pras dengan suara menggelegar.

TerberaiWhere stories live. Discover now