Mengenal Lebih Dekat

658 51 0
                                    

"Apa kamu menyukainya?"

Tamara meletakkan garpunya. "Siapa yang kamu maksud?" tanyanya.

Pras meletakkan pisau dan garpunya kemudian fokus kepada Tamara. "Gangga." Pras mengedipkan matanya sekali. "Apa kamu menyukainya?" Pras menaikkan satu alisnya tinggi.

Tamara kembali menyuapkan pasta ke dalam mulutnya. Dia memilih menggelengkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan calon suaminya. Mood Tamara seketika menjadi buruk.

Pras memang nggak tahu caranya mencari obrolan ketika sedang bersama calon istrinya!

"Jawab aku dengan benar, Saras!" Pras menekankan panggilan khusus Tamara di keluarganya.

Perempuan berambut panjang itu menghela napasnya dalam. "Bisa nggak kita nggak usah bahas mengenai Gangga? Katamu kita sedang pacaran?" Tamara meletakkan sendoknya kemudian bersedekap.

Pras mengamati wajah Tamara yang tetap terlihat cantik sepulang bekerja dengan alis dan bulu mata lentiknya. "Aku nggak suka milikku di ganggu oleh pria lain," kata Pras tegas.

"Terserah kamu! Sekarang bisa nggak kalau kita menghabiskan makanan ini terlebih dulu? Aku lapar dan kamu berjanji membelikanku pasta malam ini, jadi biarkan aku makan, setelah itu aku akan menjawab apapun yang sedang kamu khawatirkan," sahut Tamara dengan cepat.

Pras menatap gerakan tubuh Tamara yang terlihat sedang menahan kesal. Bibir tipis gadis itu bahkan sudah mencebik. Pras menghembuskan napas dengan perasaan kesalnya.

"Baru kali ini aku di atur oleh seorang gadis," gumam Pras.

Tamara menghentikan kunyahannya. Dia menatap Pras yang kembali memakan steak-nya dengan tenang. Tamara mengedipkan matanya sambil mengamati raut wajah Pras. Rahang tegas, mata hitam dan tajam, hidung mancung dan juga kulit yang terhitung putih.

"Apa ada yang salah dengan wajahku?"

"Eh?" Tamara gelagapan. "Eng... Enggak ada," Tamara langsung menunduk dan menggelengkan kepalanya dengan cepat.

Tanpa Tamara sadari, Pras sedang menahan senyumnya.

***

"Kita mau ke mana?" tanya Tamara.

"Ke apartemenku," jawab Pras tanpa mengalihkan tatapannya dari jalanan di depan mereka.

Tamara yang awalnya menatap ke luar jendela mobil langsung menoleh. "Mau ngapain di sana?" tanyanya dengan nada yang terdengar sedikit panik di telinga Pras.

"Aku hanya ingin mengenal calon istriku lebih dekat lagi." Pras menampilkan wajah datarnya.

"Kita bisa ke kafe untuk minum kopi. Kamu bisa bertanya apapun kepadaku di sana, kenapa harus ke apartemenmu?" Tamara memicingkan matanya.

"Tenanglah! Aku nggak akan nyentuh kamu sejengkal pun sebelum kita resmi menikah." Pras masih terlihat sangat tenang.

Tamara memilih mengunci bibirnya. Dia menelan salivanya dengan cepat. Gadis berkulit putih dengan mata berwarna hazel itu menggigit bibirnya sambil memilih memalingkan wajahnya ke samping di mana jendela berada. Pras melirik ke samping sejenak. Dia kemudian membelokkan kemudinya ke kiri.

Dan di sinilah mereka berdua sekarang. Tamara menatap ke sekitarnya. Apartemen Pras memang terlihat mewah dengan gaya modern minimalis. Bibir Tamara yang sudah tidak terdapat jejak lipstick itu setengah terbuka. Dia menelan salivanya dengan cepat.

"Orang kaya beneran," gumamnya.

"Kamu sedang apa?" Pras datang dari arah dapur.

Tamara menoleh dan segera menggelengkan kepalanya. "Aku lagi nggak ngapa-ngapain," jawabnya.

TerberaiDonde viven las historias. Descúbrelo ahora