Chapter I (Godlike VS Eclipse)

15.8K 573 21
                                    

Star Music School.

Hanya dibaca secara sekilas pun, di benak orang-orang pasti membayangkan sebuah sekolah khusus kejuruan yang menekuni bidang musik. Sebenarnya hal itu wajar terjadi, mengingat siswa dan siswi terlihat mondar-mandir di sekitar sekolah tersebut berbekal alat musik dan berlembar partitur di tangannya. Karenanya, tidak salah kan jika orang-orang akan memiliki gambaran seperti tadi?

Ya, memang tidak ada salahnya.

Hanya saja, kurang tepat.

Bagaimana bisa?

Jika ingin mengobservasi lebih dalam. Sebenarnya sekolah yang terletak di tengah kota Seoul ini memiliki sebuah rahasia, yang tergantung dari sudut pandang si pengobservasi ingin menganggapnya rahasia umum atau bukan.

Sebuah rahasia lumayan terkenal di kalangan para siswa di kota Seoul, yang mengisahkan tentang keberadaan dua buah kelompok saling bermusuhan. Bahkan saking terkenalnya, orang-orang sampai mengetahui bila Sang Pemimpin dari masing-masing kelompok memanglah musuh bebuyutan sejak lama.

Kebetulan sekali, di pagi hari yang teduh dan berhawa lumayan sejuk ini, setidaknya rahasia tersebut bisa sedikit dibuktikan seca—

"HAECHAN! KEMBALIKAN!"

—ra langsung berkat suara seorang pemuda bersurai pirang, yang tampak meneriakan nama dari salah satu Sang Pemimpin kelompok di taman belakang sekolah tersebut dengan nada penuh amarah.

"TIDAK MAU!"

Bahkan teriakan sahutan yang turut keluar dari bibir Sang Pemimpin pun, seakan menjadi saksi jika perseteruan di antara keduanya tidak akan berlangsung singkat.

Hal tersebut lantas membuat sesosok pemuda bersurai cokelat gelap yang menyaksikannya hanya bisa menghela napas, usai melihat betapa hebohnya perilaku kedua sahabatnya yang kini tengah berkejar-kejaran layaknya bocah. Tak hanya itu, telapak tangannya tampak menutupi wajahnya, demi menyembunyikan ekspresi malu yang kini menghiasi paras tampannya.

Ya.

Sang pemuda yang sering dipanggil dengan nama Jaemin itu pun, bahkan sampai membalikan tubuh ke arah lain; sengaja memberi kesan jika dirinya tidak ikut-ikutan dengan segala kegaduhan yang terjadi.

Berbeda halnya dengan kondisi para pelaku kegaduhan saat ini. Sang pemuda pirang yang sempat meneriaki nama sahabatnya dengan lantang itu, terlihat menghentikan larinya ketika merasa mulai kehabisan napas.

Sungguh.

Sembari menyeka peluh yang membanjiri kening berponinya tersebut. Renjun benar-benar tidak habis pikir, bagaimana bisa Ia tidak mampu mengimbangi kecepatan berlari sahabatnya alias Haechan, yang kini malah melambai-lambaikan sebuah buku catatan ke arahnya dari jarak yang lumayan jauh.

Tentu saja perilaku Haechan yang terkesan mengejeknya itu, berhasil membuat Renjun merasa emosinya kembali naik ke ubun-ubun.

"YA! CEPAT KEMBALIKAN BUKU PR JAEMIN! KITA TIDAK PUNYA BANYAK WAKTU LAGI!"

"TIDAK MAU!"

Diiringi teriakan tanda penolakan dari Haechan yang kembali menggema di seluruh pelosok taman belakang sekolah itulah. Surai madu bergelombang miliknya tampak terayun lembut, di sela-sela kakinya yang kembali berlari ke sembarang arah, saat mendapati sosok Renjun telah berancang-ancang untuk mengejarnya lagi.

ReverseWhere stories live. Discover now