Chapter XXIX (Familiar VS Concern)

1.5K 151 12
                                    

Haechan mencium pipi Mark.

Sungguh perilaku Haechan tersebut berhasil membuat Mark tertegun seketika lantaran mengingatkannya akan memori mereka berdua di masa lalu. Memori yang membuat Mark jatuh pada perasaan nostalgia terhadap kebiasaan manis Haechan yang selalu memberikan ciuman di pipinya ketika mereka akan berpisah sementara waktu. Sebuah kebiasaan yang mampu membuat Mark lagi-lagi kehilangan kendali dirinya untuk kembali merengkuh tubuh Haechan seraya menautkan bibirnya pada belahan bibir sang pudu; seperti saat ini.

Tentu saja Haechan terkejut bukan main berkat serangan tidak terduga dari Mark hingga membuatnya merasa panik bukan kepalang. Bagaimana tidak? Meski Haechan menyukai cara Mark yang tengah menciumnya dengan lembut penuh perasaan seperti ini, namun posisi mereka sekarang benar-benar berada tepat di depan rumahnya, yangmana sangat riskan bagi kedua orang tuanya untuk memergoki mereka. Sungguh, dibandingkan merasa malu, Haechan lebih mengkhawatirkan keselamatan Mark di tangan sang Daddy yang terkenal lumayan protektif terhadapnya.

Oleh sebab itulah, di sela-sela ciuman mereka yang terasa semakin intim dan memabukan, Haechan memukul-mukul dada Mark dengan harapan agar Sang Pemimpin Godlike itu segera menghentikan aksinya. Beruntung pula pada detik berikutnya Mark langsung melepaskan tautan bibir mereka seolah-olah memahami kode dari Haechan. Meski demikian, pelukan Mark di tubuhnya sama sekali tidak merenggang, bahkan kening mereka juga turut menyatu di tengah napas mereka yang saling beradu.

"Kenapa?" tanya Mark dengan lirih.

"Ki-Kita sedang berada di depan rum—"

"Kenapa kau menciumku..." potong Mark seraya menggenggam jemari Haechan untuk meletakannya di sisi wajahnya, "...di sini?"

Mark tahu jika pertanyaannya itu merupakan hal yang sebenarnya tidak untuk ditanyakan.

Hanya saja...

...salahkah jika Ia berharap Haechan masih memiliki sisa memori tentang dirinya...

...tentang mereka...

...sekecil apapun itu?

Haechan sendiri hanya bisa menelan ludah gugup usai mendengar pertanyaan Mark, sebab Ia pun tidak tahu mengapa semua itu bisa terjadi. Untuk kesekian kalinya Haechan merasa benar-benar tak mampu mengendalikan reaksi tubuhnya yang bergerak bagaikan auto pilot. Seolah-olah tubuhnya tengah menyimpan muscle memory yang entah mengapa sangat peka sekali jika ada hubungannya dengan Mark.

Seakan-akan...

...segala hasrat Haechan untuk menyentuh, memeluk dan mencium Mark yang Ia rasakan belakangan ini merupakan hal yang sudah lumrah terjadi di antara mereka.

Tapi tidak mungkin kan?

Sebab, baru pertama kali inilah Haechan berinisiatif mencium pipi Mark.

Tapi kenapa Haechan merasa sangat tidak asing dengan semua ini?

Kecuali...

...dirinya benar-benar melupakan sesuatu di antara mereka?

Haechan terhenyak seketika.

"E-HEM!"

Baik Haechan maupun Mark tak mampu menahan reaksi tubuh mereka yang tersentak hebat berkat suara dehaman tersebut. Bahkan gara-gara itu, secara refleks Mark melepaskan pelukannya pada Haechan yang langsung mengambil jarak dari Mark seraya membalikan tubuhnya ke belakang, tepatnya ke arah pintu rumahnya.

Uh oh.

Di sana, tepatnya di sebuah ambang pintu yang terbuka lebar, Haechan hanya bisa menelan ludahnya untuk kedua kali saat manik hazelnya benar-benar menangkap siluet sang Daddy alias Johnny yang berdiri angkuh menatap ke arah mereka dengan kedua tangan yang menyilang di depan dada.

ReverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang