Chapter LVI (Madness & Ominous)

1.1K 121 30
                                    

Jujur Mark sangat berekspektasi tinggi jika perilaku manisnya pada Haechan di parkiran Arena waktu lalu, setidaknya mampu membungkam segala gosip tentang siapapun itu para pelakor yang mencemari kisah romansanya dengan sang pudu.

Tapi sumpah,

Kenapa para tukang gosip sialan itu malah menuduhnya sebagai pelakor?!

Benar-benar sialan.

Mark sangat tidak mau mengakui jika dirinya terkena karma saat ini.

Pokoknya itu bukan karma, tapi memang pada dasarnya para tukang gosip itu saja yang terlampau sialan.

Titik.

"Haechanie?"

Berawal dari nama kekasihnya yang dipanggil oleh seseorang dengan nada lembut itulah, kekesalan Mark yang sedang Ia tahan mati-matian itu, mendadak berubah jadi luapan emosi tak terbantahkan, saat manik obsidiannya menemukan sesosok laki-laki berperawakan tinggi sudah berdiri tepat berhadapan dengan sang pudu yang terlihat menegang.

Ho.

Apa ini?

Jangan bilang laki-laki itulah yang digosipkan sebagai kekasih dari pasangan jiwanya ini?

"Sepertinya kondisimu baik-baik saja? Aku—"

PLAK!

Bersamaan dengan suara tepisan tangan yang lumayan kencang itu, Mark berusaha menenangkan refleks tubuhnya yang hampir saja berlari ke arah Haechan, kala manik obsidiannya menangkap pergerakan dari laki-laki sialan itu yang nyaris saja menyentuh miliknya. Sungguh, sepertinya lain kali Mark harus merendahkan egonya untuk berterima kasih pada kelinci peliharaan Jeno itu, lantaran telah melindungi kekasihnya sekaligus menahannya agar tidak bertindak gegabah secara tidak langsung. Meski pada akhinya Mark memutuskan untuk bergeming dalam posisinya, namun maniknya tetap tertuju pada pemandangan Eclipse di ujung sana.

Ck.

Pokoknya masih Mark pantau.

"Ma-Maaf! Aku tidak bermaksud lancang. Aku hanya ingin memastikan kondisi Haechanie."

Apa katanya?

Tidak bermaksud lancang?

Hanya ingin memastikan kondisi dari kekasih manisnya itu?

Modus.

Benar-benar modus khas playboy kelas teri.

Dan apa-apaan panggilan tadi?

Berani-beraninya laki-laki tiang listrik ini memanggil nama kekasihnya semesra itu?

Sialan.

Benar-benar sialan.

"Sungchan!"

Tak hanya perhatian para Eclipse yang teralihkan sepenuhnya ke asal sumber suara tersebut, secara refleks ekor mata Mark yang sempat menatap tajam pada si tiang listrik yang dipanggil dengan nama Sungchan itu pun, jadi teralihkan sepenuhnya pada sesosok laki-laki berpostur tinggi yang sedang berlari menghampiri para Eclipse.

"Oh, Haechan ssi?"

Seakan menyiram bensin pada kobaran api, Mark nyaris meremukan ponsel yang ada di genggamannya, saat mendapati laki-laki itu sepertinya juga memiliki atensi pada sang pudu. Sayang sekali Mark tidak bisa melihat sosok asing tersebut lantaran tengah berdiri dalam posisi membelakanginya, sehingga Mark belum dapat menandai target yang akan masuk dalam daftar "buruan"nya untuk dimusnahkan di Challenge nanti.

Sialan.

Mark tahu Haechan memang semanis madu. Dengan alasan itu pula, sudah menjadi risiko bagi Mark untuk menahan diri agar mampu mengendalikan kadar kecemburuannya oleh karena banyaknya "serangga" yang mendekati sang pudu. Terlebih lagi status mereka saat ini masih backstreet, sehingga Mark tidak bisa leluasa berperilaku impulsif dengan menghajar siapapun itu yang berani mencuri-curi kesempatan untuk menggoda miliknya.

ReverseWhere stories live. Discover now