Chapter VII (Kiss VS Strategy)

3.3K 317 37
                                    

Dari atas menara, Jaemin merasa was-was ketika memantau pergerakan tiga anggota Guild-nya yang tersisa, termasuk Sang Pemimpin Eclipse alias Haechan. Meski demikian, sesekali Jaemin mencuri pandang ke arah menara di seberang, dimana terdapat sosok Jeno yang juga terlihat mengawasi pergerakan anggota Godlike.

Kalau boleh jujur, ingin sekali rasanya Jaemin mengarahkan airsoft gun berupa sniper miliknya tepat ke kepala Jeno. Sebab, gara-gara Si Samoyed Sialan satu itu, Jaemin jadi tereliminasi dari Arena, berkat seruan freeze membagongkan yang Ia terima di awal-awal permainan.

Sungguh.

Benar-benar sangat mempermalukan dirinya sekali samoyed satu itu!

Tapi untung saja, di waktu yang tepat, Renjun mampu membuat Jeno turut tereleminasi dengan silent hit.

Kini, harapan Jaemin satu-satunya hanyalah Haechan, yang tengah bersembunyi entah dimana dengan dokumen yang Ia bawa. Semoga saja Haechan dapat membawa dokumen itu dengan aman menuju base mereka, tanpa terkena silent hit ataupun direct hit.

Akan tetapi, meski Jaemin tahu seberapa handal Sang Pemimpin Eclipse di Arena, tetap saja Ia sangat khawatir, sebab Sang Pemimpin Godlike alias Mark juga belum tereliminasi. Dengan kata lain, hasil dari permainan kali ini benar-benar tidak bisa Ia prediksi. Apalagi ketika Ia kembali memikirkan hasil pengamatannya, tentang segala pertemuan Haechan dan Mark selama ini.

Tidak usah jauh-jauh dalam mengambil contoh. Misalkan saja tentang perkara kissmark, yang dengan polosnya dianggap Haechan sebagai gigitan bulan lalu.

Gara-gara itu, Jaemin pun sempat sangsi, bahkan berpikir jika Haechan itu hanya pura-pura polos, lantaran malu berhasil ditandai oleh Mark bahkan sampai dua kali. Dugaan Jaemin ini diperkuat dengan kilas balik yang melintas di kepalanya, tentang adegan emosinya Haechan di ruang detensi, oleh karena Mark yang mengatainya "bottom".

Serius.

Secara logika.

Kalau istilah "bottom" saja Haechan paham, mana mungkin istilah "kissmark" Haechan tidak paham kan?

Setidaknya itulah pemikiran Jaemin saat itu, setelah akhirnya Ia memilih untuk mengonfirmasi langsung pada Haechan, tentang alasan dari sahabatnya itu yang merasa sangat marah perihal "bottom".

Sumpah ya.

Jaemin yang sudah sangat percaya diri akan kebenaran dari logikanya pun terkena mental seketika, kala mendengar perkataan dari mulut Haechan sendiri, yang menjelaskan jika sahabatnya itu merasa tersinggung akan Mark yang menggunakan istilah "bottom", lantaran Ia pikir Mark sedang mengejek pihak Eclipse yang kalah di Arena sebelumnya. Haechan benar-benar sakit hati, karena Ia tidak terima bila Guild yang Ia pimpin tersebut direndahkan peringkatnya dengan kata "bottom".

Dengan kata lain, istilah "bottom" yang sempat menjadi biang kerusuhan di ruang detensi itu pun, ternyata juga disalahartikan oleh kepolosan Haechan yang membagongkan itu.

Iya.

Haechan marah, bukan karena dikatai "bottom", yang diartikan sebagai pihak yang mengangkang di bawah pasangannya untuk digagahi.

Sialan.

Sungguh bukan arti yang itu. Melainkan istilah "bottom" yang berarti "bawah", dan kata "bawah" ini pun didefinisikan oleh Sang Pemimpin Eclipse sebagai penghinaan bagi kekalahan Eclipse di Arena, sehingga skor kemenangan Eclipse saat itu berada "dibawah" Godlike.

Sumpah.

Kurang membagongkan apa sih kepolosan pemimpin mereka satu ini?!

Tidak hanya itu, entah mengapa Jaemin merasa bila kepolosan Haechan ini bisa terpancing keluar, setiap kali berhadapan dengan kebrengsekan Mark.

ReverseWhere stories live. Discover now