Chapter XCII (Mark's Hidden Memory No. 2)

904 88 8
                                    

Setelah menunaikan kewajibannya sebagai "istri" maupun "ibu" yang baik dan benar, Ten sempat tersenyum saat membayangkan betapa menggemaskannya pertengkaran antara Hendery dan Haechan, saat merebutkan dirinya untuk memeluk mereka di ranjang agar segera terlelap di malam hari.

Yah.

Meski pada akhirnya kedua putranya itu tidur dengan menjadikan dirinya sebagai guling di tengah-tengah, Ten bersyukur bila pergerakannya untuk bangkit dari ranjang para putranya di malam hari itu pun, sama sekali tidak mengganggu tidur Haechan maupun Hendery yang terlihat begitu pulas.

Dengan demikian, Ten bisa kabur untuk melanjutkan pekerjaannya sebagai CEO Seo Resources Group di ruang kerjanya pada dini hari nyaris subuh, setelah sempat pula memberikan servis plus-plus pada Johnny yang turut tepar di ranjangnya sendiri akibat seks malam mereka yang sangat menggairahkan.

Namun tetap saja.

Semembahagiakan dan semelelahkan apapun tanggung jawab yang Ia emban sebagai pendamping hidup dari pemimpin Keluarga Seo saat ini, semua itu tidaklah membuat kewaspadaan Ten menurun, mengingat segala pengalamannya sebelum pensiun dari pekerjaannya sebagai agen rahasia spesial di SSIA, tidak mengizinkannya untuk mengabaikan posisi tirai jendela di ruang kerjanya yang berubah.

"Aku lebih mengusulkan untukmu menampakan diri, daripada malam yang sunyi ini harus aku lalui dengan menumpahkan darahmu."

Awalnya, Ten sengaja langsung mengonfrontasi siapapun itu yang sedang bersembunyi di balik tirai jendela ruang kerjanya, demi mengefisiensi waktunya yang bisa saja terbuang jika meladeni "tamu tak diundangnya" itu secara bertele-tele, karena ketidaktahuannya akan motif macam apa yang melatari kunjungan dini hari yang tengah dilakukan oleh si penyusup tersebut.

Tapi sumpah.

Sepanjang hidupnya di dunia, baru pertama kali ini Ten benar-benar berusaha tidak mempercayai apa yang Ia lihat, ketika sesosok bocah laki-laki menawan yang sama sekali tidak asing di hidupnyalah yang mulai menampakan diri, diiringi ekspresi wajah yang balik menatapnya dengan penuh tekad.

"Kau—"

"Tuan Shadow."

Ten bahkan tidak mampu melanjutkan perkataannya, ketika melihat bagaimana tubuh dari bocah tersebut yang membungkuk begitu dalam padanya sebagai penghormatan penuh.

"Tolong jadikan aku sebagai muridmu."

"..."

***

"Aku tidak mengerti."

Sembari memegangi wajahnya dengan kekehan kecil yang menghiasi bibirnya, Ten tetap pada posisinya untuk bertopang dagu di pegangan sofa yang Ia duduki, di sela-sela maniknya yang mencuri pandang pada sesosok bocah penyusup yang kini duduk begitu tenang di hadapannya.

"Johnny selalu mengatakan padaku, betapa khawatirnya Jaehyun padamu karena Keluarga Besar Jung maupun cecunguk SSIA sering meragukan kemampuanmu."

"..."

"Aku juga dengar training-mu di SSIA tidak begitu berjalan dengan baik."

"..."

"Tapi apa ini?"

Ten lagi-lagi terkekeh.

"Di umurmu yang hanya selisih setahun dari putra bungsuku, kau sudah mampu menyelinap masuk ke Kediaman Seo tanpa kegaduhan apapun?" ungkap Ten setelahnya, "Bahkan mengetahui kalau aku adalah Shadow?"

Ten lantas menggeleng-gelengkan kepalanya; tidak habis pikir.

"Apa Alpha menjadi sangat bodoh sekarang?"

ReverseWhere stories live. Discover now