Chapter CVIII (Mark and Haechan's Universe: Jisung and Chenle's Destiny Vol. 3)

753 65 21
                                    

"Jisung ah, aku tahu semua ini berat untukmu."

"..."

"Kami tidak akan memaksa keputusan apapun yang akan kau ambil setelah ini."

"..."

"Kau masih memiliki waktu untuk berpikir sebelum hari itu tiba."

"..."

"..."

"..."

"..."

"..."

"..."

"..."

"..."

"..."

"..."

"..."

"..."

"..."

"..."

"..."

"..."

"..."

"..."

"..."

Bahkan setelah sebulan berlalu semenjak percakapan antara dirinya dan Jaehyun terjadi, Jisung kecil hanya bisa menghela napas untuk kesekian kalinya, lantaran kepalanya masih saja tak menemukan titik temu dari keputusan apa yang akan Ia ambil setelah ini.

Iya.

Jisung memang masih kecil, umur lima tahun pula. Tapi tentu saja Ia tidak buta, dengan seluruh kenyataan bila kedua orang tuanya merupakan sepasang agen rahasia dari SSIA, yang tentunya semasa hidup mereka juga mengharapkan Jisung untuk meneruskan legacy mereka.

Bukan tanpa alasan.

Tak hanya Jaehyun, bahkan Ten sendiri yang digadang-gadang sebagai "jenius" yang muncul hanya sekali dalam seribu tahun di SSIA pun, turut mengakui bibit kejeniusan maupun bakat terpendam yang mengalir di darah Jisung, berbekal realita berupa Jisung yang secara fasih mampu berbicara bahasa Mandarin, hanya dalam kurun waktu setahun sejak kepindahan keluarga Park ke Tiongkok tiga tahun lalu.**

Benar-benar bibit yang sayang sekali jika tidak diasah sejak dini. Sebuah hal, yang tentunya membuat Jisung gundah selama sebulan belakangan, hingga terus-menerus memainkan makan siangnya di salah satu meja yang tersedia di Yayasan Peduli Anak milik Keluarga Na seperti sekarang.

Tentu saja.

Jisung... tahu kalau takdir yang mengikatnya dengan dunia kali ini, tak mengizinkannya untuk menjalani kehidupan normal seperti anak kecil pada umumnya.

Hanya saja...

Apakah Jisung salah, jika Ia belum bisa terlepas dari rasa berkabungnya akibat kehilangan kedua orang tuanya?

"Jwiiiiiiii! Aku datang untuk menciumuuu!"

Saking terkejutnya dengan teriakan cempreng tersebut, Jisung tersentak begitu hebatnya hingga menjatuhkan sumpit yang sempat Ia pegang dengan jemarinya. Belum juga Jisung sempat membungkukkan badan untuk mengambil sumpit itu, sebuah pelukan erat dari belakang tubuhnya tak ayal membuat satu-satunya keturunan Park tersebut kembali terlonjak, dengan wajah yang secara refleks tertoleh sedikit ke belakang.

"Na-Nana hyung?"

Iya.

Sosok yang kini memeluknya erat, dengan bibir yang monyong-monyong lucu demi dapat mencium pipi Jisung itu, benar-benar sosok Na Jaemin; sebagai putra tunggal dari pemilik Yayasan Peduli Anak yang semenjak sebulan lalu telah resmi menjadi "rumah"nya ini, maupun pewaris tunggal dari perusahaan turun-temurun milik Keluarga Na yang menaungi berbagai lembaga filantropi*.

ReverseWhere stories live. Discover now