Chapter XL (Dating & Flirting)

1.7K 162 8
                                    

"Saat ini kita adalah pemimpin dari masing-masing guild yang bermusuhan di Arena. Apa kau bisa membayangkan betapa heboh drama yang akan terjadi antar anggota guild jika mereka sampai mengetahui 'status' kita saat ini?"

"..."

"Ada kalanya sebuah informasi tidak selalu harus diberitahukan secepat mungkin, meski itu pada sahabatmu sendiri sekalipun. Kita perlu pintar-pintar menentukan timing yang sesuai dengan membaca situasi sekitar."

"..."

"Aku tidak berniat mengekangmu dengan pemikiranku ini. Jika kau merasa pendapatku tidak sejalan denganmu, aku tidak keberatan mendengarkan sudut pandangmu."

"..."

"Dari situ aku harap kita dapat mendiskusikan jalan tengahnya bersama-sama. Karena masalah ini tidak hanya tentang aku saja, atau kau saja. Ini tentang kita."

"..."

"Bagaimana menurutmu?"

Dalam keterdiamannya, Haechan benar-benar tengah merenungi segala perkataan Mark. Selama itu pula, jujur Haechan tidak sanggup menyembunyikan kekagumannya akan ketajaman cara berpikir Mark yang terbias begitu apiknya dari perkataannya yang terkesan diplomatis. Tak hanya itu, Haechan sangat menyukai bagaimana Mark selalu mengikutsertakan suaranya dalam setiap keputusan yang akan mereka ambil. Sungguh, sisi Mark yang seperti ini benar-benar sangat menakjubkan bagi Haechan yang menyukai kebebasan dalam berekspresi tanpa perlu merasa stres akan pemaksaan kehendak dari orang lain. Berkat semua itu, bagaikan menemukan kepingan puzzle yang sempat menghilang di hidupnya, sedikit-banyak Haechan mulai yakin bila pilihannya untuk berani melabuhkan hatinya pada Mark bukanlah sebuah kesalahan.

Atau semua ini memanglah definisi dari pasangan sefrekuensi yang sering Haechan dengar di hidupnya itu?

"Sepertinya aku sependapat denganmu," balas Haechan pada akhirnya.

Mark tersenyum tipis seraya mendaratkan telapak tangannya di atas kepala Haechan untuk menepuknya pelan.

"Sejujurnya aku benci harus menyembunyikan 'status' ini di hadapan mereka," ucap Mark, "Bahkan aku ingin semua orang tahu kau adalah milikku," lanjutnya seraya semakin merapatkan tubuh mereka dalam sebuah pelukan yang erat, "Dengan begitu, aku punya hak untuk memusnahkan siapapun itu yang berani mengusikmu."

Aish.

Haechan tidak mampu lagi menahan rasa panas yang menjalar di wajahnya bersamaan dengan debaran jantungnya yang menggila.

Sial,

Bisa-bisanya Mark mengatakan hal cheesy seperti itu di saat mereka sedang mendiskusikan permasalahan serius.

Sungguh,

Bisakah sebentar saja Mark berhenti untuk membuat Haechan semakin jatuh kepadanya?

"Haechan."

Panggilan dari Mark yang terkesan tiba-tiba itu lantas membuat Haechan menolehkan wajahnya ke arah Mark.

"Sebenarnya ada suatu hal yang mengangguku," ucap Mark lagi sambil merenggangkan pelukannya, "Apa kau..." lanjutnya seraya menelan ludahnya pelan, "...ti-tidak berniat mencobanya denganku?"

Uh?

Haechan sedikit memiringkan kepalanya seraya mengerjapkan kelopak matanya dengan bingung.

Mencoba?

Mencoba apa?

"Apa maksudmu?"

Mark hanya bisa meneguk ludah untuk kedua kali ketika merasa jika kata-kata yang ingin Ia ungkapkan pada Haechan mendadak tersangkut di tenggorokannya. Tidak hanya itu, ekspresi serius yang tadinya menghiasi wajah Mark turut berubah menjadi sebuah kegugupan yang begitu kentara pada air mukanya; terlebih saat mendapati reaksi Haechan yang baginya terlampau menggemaskan tersebut.

ReverseWhere stories live. Discover now