Chapter XXIII (Heartbeat VS Desire)

1.9K 171 4
                                    

Tidak ada yang berubah.

Rasa tentram yang sama.

Bahkan pelukan Mark yang berhasil membuat tubuhnya hangat pun terasa lebih nyaman dan menenangkan dibandingkan cardigan yang sudah seminggu ini Ia kenakan.

Haechan termenung.

Kenapa Ia merasakan perasaan tenang yang sama seperti saat mengenakan cardigan navy milik Mark?

Kenapa Ia sangat familiar dengan semua ini?

Apakah mimpi Haechan tentang pelukannya dengan Mark di Menara tidak sepenuhnya bualan semata?

Apakah pelukan Mark memang semenentramkan ini bagi dirinya?

Tapi sejak kapan?

Sejak kapan pelukan Mark mampu menenangkan perasaan resahnya yang belakangan ini gencar menghantuinya?

Apa yang sebenarnya terjadi?

"Sial, aku tahu ini sangat menggelikan," ucap Mark tiba-tiba, "Tapi bisakah kau berhenti membuatku membenci cardigan milikku sendiri?" lanjutnya seraya mengeratkan pelukannya pada tubuh Haechan, "I'm jealous... you know?"

Haechan menundukkan kepala dalam, berusaha mengendalikan debaran jantungnya yang mendadak sangat berisik.

Apa-apaan sih Camar satu ini?

Kenapa tiba-tiba mengatakan hal cheesy seperti itu?

Meski demikian, Haechan sama sekali tidak membalas perkataan Mark karena memang Ia tidak tahu harus mengatakan apa. Berbeda halnya dengan Mark yang tidak bisa menahan senyum lebarnya usai mendapati Haechan tidak menolak pelukannya sama sekali. Bahkan dagunya kini telah mendarat ringan di pucuk kepala sang pudu, sebagai tanda bila Ia sedang menikmati pelukan manis yang mereka bagi.

Selama itulah, suara rintik hujan yang masih dengan deras membasahi Bumi turut menjadi saksi, betapa Haechan tak mampu menahan rona merah di wajahnya, saat Ia mendapati suara detak jantung Mark terdengar tidak kalah berisik dari miliknya. Tapi anehnya, Haechan malah menyukai suara tersebut. Bahkan gara-gara itu, secara tidak sadar Haechan merapatkan wajahnya di dada bidang Mark. Tak hanya itu, tangan Haechan turut bergerilya untuk melingkar ringan di tubuh Mark, berhasil membuat wajah Mark memerah sempurna diiringi debaran jantungnya yang makin tidak terkendali.

"Berisik sekali..." lirih Haechan sembari mengeratkan pelukannya di tubuh kekar Mark.

Meski merasa salah tingkah, Mark tetap berusaha setenang mungkin saat memutuskan untuk membalas perkataan Haechan.

"Kau juga," kata Mark seraya semakin menenggelamkan Haechan ke dalam rengkuhannya.

Lagi-lagi keheningan menerpa keduanya. Hal tersebut membuat Mark jadi teringat akan kejadian yang hampir terjadi di antara mereka andaikata hujan tidak datang menyerang. Mark lantas menelan ludahnya saat menyadari adegan macam apa yang hendak Haechan lakukan terhadapnya.

Kalau tidak salah...

Haechan tadi nyaris menciumnya kan?

Mark menelan ludah pelan untuk kedua kalinya.

"Hei..." panggil Mark dengan lirih, "Kau tadi..." Mark memposisikan bibirnya di dekat telinga Haechan, "...ingin menciumku kan?" lanjutnya sambil berbisik, "Kenapa...?"

DEG!

Haechan refleks melebarkan kedua matanya sambil menggigit bibir bawahnya gugup. Tidak hanya itu, Haechan juga mengeratkan cengkramannya pada seragam Mark saat merasakan wajahnya memerah padam diiringi detak jantungnya yang nyaris berhenti.

ReverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang