Chapter CXII (Mark and Haechan's Universe: Renjun's Legacy Vol. 2)

646 66 23
                                    

"Xiaojun bilang, dia akan memberitahu rencananya pada kita nanti malam."

"Begitu ya?"

Masih berada di pangkuan Mark, Haechan sempat merenggangkan tubuhnya sejenak, sebelum kembali menyandarkan punggungnya pada dada Mark; menyamankan diri, dengan ekor mata yang kembali melirik pada sang singa.

"Kalau begitu," ucap Haechan lagi sambil memainkan jemari Mark, "Lebih baik aku tahu secara detail tentang masa lalu calon kakak ipar dan Injunie kan ya?" lanjutnya sambil benar-benar menatap Mark, "Dengan begitu, aku jadi tahu bagaimana harus bersikap seandainya berhadapan dengan Konglomerat Huang nantinya."

Mark mengangguk.

"Aku memang berencana menceritakan segala yang aku tahu padamu," ucap Mark sambil mengecup kening Haechan pelan.

Haechan tersenyum manis seketika.

"Jadi?"

Mark terkekeh sebelum mencuri ciuman kecil di bibir Haechan.

Setelah itu, tanpa basa-basi lagi Mark mulai menceritakan tentang asal-muasal bagaimana Ia bisa bertemu dengan Xiaojun.

Kala itu Mark masih ingat, usai mendengar segala keputusan Jisung tentang jalan hidup macam apa yang akan sahabatnya itu ambil, Mark turut mengucapkan permintaannya maafnya pada Jisung, atas tindakannya yang ikut campur terlalu jauh dalam kehidupan agen termuda dari SSIA tersebut.

Beruntung, Jisung tidak menyalahkan Mark, bahkan merasakan amarah pun tidak. Sebab, justru Jisung kebingungan mengapa Mark malah meminta maaf kepadanya, lantaran menganggap bila apa yang sudah mereka alami ini merupakan takdir semesta, yang telah membuatnya mengetahui segalanya lebih awal.

Atas pemikiran Jisung itulah, Mark sangat merasa lega, karena sepertinya hubungannya dengan Jisung masih baik-baik saja.

Maka dari itu, akhirnya Mark berinisiatif mengajak Jisung ke minimarket, berniat mentraktirnya apapun yang Ia mau, sekaligus memperdalam lagi pembicaraan mereka tentang keputusan Jisung untuk melindungi Chenle secara diam-diam.

Dan ya.

Mana Mark sangka, di malam itu pula Ia tak sengaja bertemu dengan Xiaojun, yang tengah berlari bak orang kesetanan sampai menabrak bahu Jisung begitu keras?

Mark masih ingat, saat itu dirinya langsung membantu Jisung yang sempat tersungkur di trotoar, dibandingkan mempedulikan Xiaojun yang Ia pikir hanyalah bocah nakal biasa yang sedang bermasalah dengan temannya yang lain.

Tapi semua praduga itu terpatahkan seketika, saat dalam bungkukan tubuhnya yang begitu dalam, Xiaojun terus saja meminta maaf, hingga Mark dan Jisung tidak punya pilihan selain mengerubungi Xiaojun.

"Tolong..."

Itu adalah sebuah bisikan begitu pelan dari Xiaojun setelahnya, yang serta-merta membuat Mark maupun Jisung langsung tersadar, bila tak hanya Xiaojun yang tidak baik-baik saja akan luka memar di sekujur tubuhnya, tapi juga mempertaruhkan keselamatan mereka bersama, ketika Mark menyadari bila ada sekelompok orang yang tengah mengawasi mereka melalui ekor matanya.

Di saat itulah, Jisung yang juga memahami situasi, langsung menganggukan kepalanya kecil, sebagai isyarat bila apapun keputusan yang Mark ambil dalam situasi genting ini, Jisung akan menurut.

Sebuah isyarat yang tentunya dipahami oleh Mark, hingga membuatnya sempat menggigit bibir bawahnya, sebelum berbisik pada Xiaojun dengan bahasa Mandarin.

"Kau masih bisa berlari?"

Meski agak terkejut, Xiaojun mengangguk cepat, yang langsung disambut oleh tarikan dari Jisung pada pergelangan tangannya, hingga membuat Xiaojun panik lantaran menyadari bila keduanya meninggalkan Mark yang masih terdiam sendirian di posisinya.

ReverseDonde viven las historias. Descúbrelo ahora