Chapter XXXVIII (Mark & Haechan)

1.8K 163 22
                                    

Tepat saat Haechan membuka pintu semi transparan tersebut, Ia tak mampu menahan ketertegunannya kala menemukan sosok Mark tampak sibuk sekali menata beberapa cangkir dan sepiring kue di atas meja. Tak hanya itu, Haechan juga tidak mampu mengabaikan rasa herannya usai menemukan penampilan Mark yang tubuhnya kini telah terbalut oleh sebuah piyama sutra berwarna biru dongker. Bahkan surai hitam Mark yang tadinya sempat tertata dengan apiknya pun turut luruh oleh beberapa tetes air yang berjatuhan hingga membasahi piyama bagian bahunya.

"Kau habis mandi juga?"

Mark sedikit berjenggit sebelum menolehkan kepala ke belakang untuk memandang ke arah Haechan yang ternyata telah selesai dengan urusan membersihkan dirinya itu.

"Seperti yang kau lihat," balas Mark seraya berjalan mendekat ke arah Haechan.

"Kenapa tidak menungguku selesai mandi saja?"

"Efisiensi waktu."

Mark tidak berbohong tentang ini. Ia memang sengaja memilih untuk membersihkan dirinya di waktu yang bersamaan dengan Haechan di kamar mandi lain lantaran sejujurnya Ia lumayan khawatir jika meninggalkan Haechan sendirian terlampau lama. Selain itu, Mark memang sengaja melakukannya secepat yang Ia bisa karena ingin menyiapkan suasana yang menurutnya sesuai bagi mereka untuk membahas rencana pernikahan ini. Maka dari itu, bukanlah hal yang mengherankan jika pada akhirnya satu set cangkir teh dan sepiring berisikan beberapa macam kue tampak menghiasi meja kaca di kamar tersebut.

"Ini hampir tengah malam, untuk apa teh dan kue itu?" tanya Haechan kebingungan.

Ah, sepertinya sang pudu memang tidak peka dengan maksud Mark.

Sedikit disayangkan, namun apa boleh buat.

"Aku pikir kita akan menghabiskan waktu yang panjang malam ini," jelas Mark, "Dan sepertinya kau akan banyak bicara gara-gara itu," lanjutnya, "Makanya aku sengaja menyediakan semua ini agar kau tidak mati kehausan."

Haechan lantas mengerucutkan bibirnya kesal.

"Oh, sungguh perhatian sekali," cibir Haechan, "Kalau begitu aku akan benar-benar mengoceh panjang-lebar malam ini," lanjutnya sambil menyilangkan kedua tangan di depan dada, "Aku harap kau juga tidak mati gara-gara semua itu."

Mark lantas terkekeh sebelum fokusnya beralih pada piyama merah marun yang kini melekat di tubuh Haechan.

"Sepertinya piyamaku sedikit kebesaran di tubuhmu?"

"Ini piyamamu?"

"Tentu saja. Memangnya punya siapa lagi? Tidak mungkin piyama orang tuaku, kan?"

Untuk kesekian kalinya Haechan mengerucutkan bibirnya.

"Siapa tahu piyama baru."

"Keluarga Jung nyaris tidak pernah menerima tamu secara pribadi seperti ini, apalagi sampai menginap."

"Kau yang memaksaku untuk menginap, brengsek," protes Haechan iritasi lantaran merasa dikambinghitamkan oleh perkataan Mark.

Lagi-lagi Mark terkekeh kecil sebelum meraih kepala Haechan dengan lembut hanya untuk melayangkan sebuah kecupan di sana.

"Aku membutuhkan pendapatmu tentang rencana pernikahan ini," jelas Mark sembari menyisir surai madu Haechan yang masih sedikit basah, "Atau kau lebih suka aku langsung memutuskan untuk menikahimu sekarang?"

Ugh.

Haechan hanya bisa menolehkan wajahnya ke samping usai manik hazelnya menemukan senyum manis yang sama tampak menghiasi bibir Mark diiringi binar obsidian Mark yang menatapnya sangat teduh. Sungguh, Haechan tidak bisa menyangkal lagi jika sosok yang ada di hadapannya ini benar-benar telah jatuh kepadanya. Tak hanya itu, Haechan juga tidak sanggup pula lari dari kenyataan yang menyuarakan padanya bila Ia pun... turut jatuh pada pesona Mark yang kini tengah mencium bibirnya dengan lembut, berhasil membuat jantung Haechan berdegup lebih menggila dari sebelumnya.

Reverseजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें