Chapter XXXVII (Settle & Interval)

1.5K 157 6
                                    

"Maaf membuat segalanya menjadi lebih sulit."

Baik Taeyong maupun Ten hanya bisa saling melempar pandang sebelum memutuskan untuk menghampiri Mark yang terduduk di sofa dengan kepala tertunduk ringan.

"It's okay, Minhyungie," ucap Ten sembari menepuk bahu Mark pelan, "Aku justru berterima kasih karena kau benar-benar menghargai perasaan Hyuckie."

"Ten benar," ucap Johnny yang sedari tadi hanya menjadi pengamat sebelum turut berjalan mendekat pada Mark, "Dengan sikapmu yang seperti tadi, aku semakin yakin kau memang orang yang paling pantas untuk menjadi pendamping hidup dari putraku."

Mark tidak tahu harus mengungkapkan rasa syukurnya seperti apalagi kala mendapati betapa suportif orang tua dan calon mertuanya ini pada langkah yang Ia ambil. Sungguh, sebenarnya Mark tidak cukup bodoh untuk memahami maksud dari Johnny yang sengaja membombandir Haechan dengan rentetan pertanyaan agar sang pudu tidak punya waktu berpikir untuk menolak pernikahan ini. Selain itu, Mark juga berterima kasih karena berkat itu semua, Haechan terlihat mulai menyadari perasaannya pada Mark.

Namun tetap saja, bagi Mark pernikahan tidaklah cukup hanya tentang dirinya dan segala keinginannya untuk menjerat Haechan dalam genggamannya. Pernikahan adalah tentang dua manusia, tentang dua pikiran, dan tentang dua hati. Mark tidak cukup egois untuk menjebak Haechan dengan memaksanya secara tidak langsung agar menerima pernikahan ini. Mark mencintai Haechan dengan segala hidupnya, maka dari itu Ia pun ingin memberi ruang pada Haechan untuk mengungkapkan pemikirannya dan perasaannya tentang pernikahan ini. Sebab semua ini tentang mereka bersama dan apa yang akan mereka jalani; bukan tentang Mark dan perasaannya seorang.

"Kami hanya bisa mendukungmu sampai di sini," timpal Jaehyun, "Untuk seterusnya, semua tergantung usahamu apakah kau bisa meyakinkan Haechan atau tidak."

Mark tampak meneguk ludahnya gugup sebelum menganggukan kepala.

"Mom, Dad, apa benar-benar tidak apa-apa kalau aku menginap di sini?"

Suara Haechan yang mendadak terdengar memasuki ruang tamu dari Kediaman Jung tersebut lantas membuyarkan segala percakapan yang ada. Bersamaan dengan langkah kaki Haechan yang semakin mendekat ke arah mereka setelah sempat menghilang karena pergi ke toilet, Ten bergegas menghampiri sang putra demi memberi waktu pada Mark Jung agar segera mengubah sikap dan gesture tubuhnya untuk kembali menjadi Mark Lee.

"Tentu saja tidak masalah, Cupcake," balas Ten sembari mengelus surai Haechan dengan lembut.

"Kalian yakin?" tanya Haechan lagi dengan bibir yang sedikit manyun.

Ten lantas terkekeh geli saat menyadari bila putranya itu sedang merajuk secara tidak langsung.

"Kenapa kami harus melarangmu untuk menginap di rumah kekasihmu sendiri, Cupcake?" ucap Ten sambil menangkup pipi Haechan dengan tangannya, "Bukankah harusnya kau merasa senang karena bisa lebih banyak menghabiskan waktu berdua dengan Mark?"

Haechan hanya bisa tersenyum senatural yang Ia bisa usai mendengar perkataan Ten demi menutupi kegundahan yang memporak-porandakan kewarasannya saat ini.

Kekasih?

Dirinya dan Mark?

Aish.

Haechan tidak tahu lagi mengapa dirinya turut mengiyakan kebohongan Mark tentang status mereka di hadapan kedua orang tuanya dan—ehem—calon mertuanya tadi, jika semua itu hanya membuatnya semakin terjebak pada drama serumit ini.

Sial.

Haechan benar-benar harus memberi pelajaran pada Sang Pemimpin Godlike itu, nanti.

"Jangan khawatir."

ReverseWhere stories live. Discover now